BerandaHits
Kamis, 19 Jul 2023 11:05

Kekeringan, Warga Grobogan Sampai Ambil Air Keruh dari Dasar Sungai

Ilustrasi: Kekeringan melanda sebagian wilayah di Jawa Tengah. (Medcom)

Sejumlah wilayah di Jawa Tengah seperti Grobogan, Kabupaten Magelang, hingga Klaten sudah melaporkan masalah kekeringan. Di Grobogan, warga bahkan sampai mengonsumsi air keruh dan asin yang diambil dari belik di dasar sungai.

Inibaru.id – Dalam waktu dua bulan belakangan, warga Desa Geyer, Kecamatan Geyer, Grobogan, Jawa Tengah merasakan dampak kekeringan akibat dari musim kemarau. Sungai-sungai di sana sudah nggak lagi dilalui air. Tak ada setetes pun air yang tersisa di sumur tadah hujan yang selama ini mereka gunakan.

Padahal dua sumber air itulah yang selalu diandakan oleh lebih dari 5 ribu warga desa yang dikenal cukup terpencil tersebut. Maklum, di area tersebut, sumber air sulit untuk ditemukan. Sayangnya, sampai sekarang Desa Geyer juga belum mendapatkan akses pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sekaligus Program Peyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).

Pada musim-musim kemarau beberapa tahun sebelumnya yang cenderung ‘basah’, masalah kekeringan nggak begitu ekstrem di sana. Sayangnya, khusus untuk tahun ini, musim kemarau berlangsung lebih kering sehingga warga Desa Geyer pun kelimpungan.

Di dasar sungai yang sudah mengering, warga sampai menggali tanah tandus menjadi ‘belik’, semacam galian atau rongga dengan kedalaman satu meter yang bisa menampung resapan air sungai. Karena berada di dasar sungai, belik-belik itu terisi dengan air keruh.

Hanya belik-belik itulah harapan terakhir bagi warga Desa Beyer untuk mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka pun sabar mengantre untuk mendapatkan air dengan rasa asin tersebut sembari membawa ember, jerigen, galon, dan wadah lainnya.

Padahal, untuk mengisi sebuah jeriken dengan ukuran 40 liter, dibutuhkan waktu sekitar 10 menit. Warga pun rela bolak-balik dari rumah ke sungai untuk memenuhi penampungan air di rumahnya.

“Saya perlu bolak-balik tujuh kali sehari agar kebutuhan air di rumah mencukupi untuk mandi dan mencuci. Air belik itu asin, tapi saya sudah nggak punya pilihan lain,” keluh Rukayah, warga Geyer sebagaimana dilansir dari Kompas, Rabu (19/7/2023).

Warga Grobogan mengambil air asin dan keruh dari belik di dasar sungai. (Kompas/Puthut Dwi Putranto)

Warga lain, Sri, mengaku mengonsumsi air dari belik tersebut. Dia menyebut warga Geyer sudah terbiasa dengan hal ini pada musim kemarau.

“Kalau kemarau memang terbiasa seperti ini. Air belik yang asin itu kami masak dulu sebelum dikonsumsi,” jelasnya.

Kekeringan nggak hanya terjadi di Grobogan. Medcom, Jumat (23/6) melaporkan bahwa sejumlah wilayah lain di Jawa Tengah sudah mengalaminya sejak satu bulan lalu. Di Klaten, pihak BPBD sampai sudah mendistribusikan air bersih dengan memakai mobil tanki sebanyak 30 ribu liter demi membantu sejumlah warga di daerah yang sulit air seperti di Kecamatan Kemalang.

Hal serupa terjadi di Kabupaten Magelang. Pada Juni 2023 lalu, BPBD setempat juga sudah mengirim sekitar 10 ribu liter air bersih ke sejumlah wilayah, termasuk desa Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan.

Kondisi ini diperkirakan bakal semakin memburuk karena probabilitas hujan bakal semakin menurun di sisa musim kemarau yang diperkirakan masih bakal berlangsung cukup lama ini.

“Sebelumnya BMKG menyebut musim kemarau tahun ini bakal lebih panjang dan lebih kering karena adanya fenomena El-Nino,” terang Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam laporan tersebut.

Semoga pemerintah setempat bisa secepatnya memberikan solusi dari permasalahan kekeringan ini ya, Millens. Bersyukurlah kamu yang masih bisa menemukan sumber air bersih di sekitar dengan mudahnya. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024