Inibaru.id – Dalam waktu dua bulan belakangan, warga Desa Geyer, Kecamatan Geyer, Grobogan, Jawa Tengah merasakan dampak kekeringan akibat dari musim kemarau. Sungai-sungai di sana sudah nggak lagi dilalui air. Tak ada setetes pun air yang tersisa di sumur tadah hujan yang selama ini mereka gunakan.
Padahal dua sumber air itulah yang selalu diandakan oleh lebih dari 5 ribu warga desa yang dikenal cukup terpencil tersebut. Maklum, di area tersebut, sumber air sulit untuk ditemukan. Sayangnya, sampai sekarang Desa Geyer juga belum mendapatkan akses pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sekaligus Program Peyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).
Pada musim-musim kemarau beberapa tahun sebelumnya yang cenderung ‘basah’, masalah kekeringan nggak begitu ekstrem di sana. Sayangnya, khusus untuk tahun ini, musim kemarau berlangsung lebih kering sehingga warga Desa Geyer pun kelimpungan.
Di dasar sungai yang sudah mengering, warga sampai menggali tanah tandus menjadi ‘belik’, semacam galian atau rongga dengan kedalaman satu meter yang bisa menampung resapan air sungai. Karena berada di dasar sungai, belik-belik itu terisi dengan air keruh.
Hanya belik-belik itulah harapan terakhir bagi warga Desa Beyer untuk mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka pun sabar mengantre untuk mendapatkan air dengan rasa asin tersebut sembari membawa ember, jerigen, galon, dan wadah lainnya.
Padahal, untuk mengisi sebuah jeriken dengan ukuran 40 liter, dibutuhkan waktu sekitar 10 menit. Warga pun rela bolak-balik dari rumah ke sungai untuk memenuhi penampungan air di rumahnya.
“Saya perlu bolak-balik tujuh kali sehari agar kebutuhan air di rumah mencukupi untuk mandi dan mencuci. Air belik itu asin, tapi saya sudah nggak punya pilihan lain,” keluh Rukayah, warga Geyer sebagaimana dilansir dari Kompas, Rabu (19/7/2023).
Warga lain, Sri, mengaku mengonsumsi air dari belik tersebut. Dia menyebut warga Geyer sudah terbiasa dengan hal ini pada musim kemarau.
“Kalau kemarau memang terbiasa seperti ini. Air belik yang asin itu kami masak dulu sebelum dikonsumsi,” jelasnya.
Kekeringan nggak hanya terjadi di Grobogan. Medcom, Jumat (23/6) melaporkan bahwa sejumlah wilayah lain di Jawa Tengah sudah mengalaminya sejak satu bulan lalu. Di Klaten, pihak BPBD sampai sudah mendistribusikan air bersih dengan memakai mobil tanki sebanyak 30 ribu liter demi membantu sejumlah warga di daerah yang sulit air seperti di Kecamatan Kemalang.
Hal serupa terjadi di Kabupaten Magelang. Pada Juni 2023 lalu, BPBD setempat juga sudah mengirim sekitar 10 ribu liter air bersih ke sejumlah wilayah, termasuk desa Bulurejo, Kecamatan Mertoyudan.
Kondisi ini diperkirakan bakal semakin memburuk karena probabilitas hujan bakal semakin menurun di sisa musim kemarau yang diperkirakan masih bakal berlangsung cukup lama ini.
“Sebelumnya BMKG menyebut musim kemarau tahun ini bakal lebih panjang dan lebih kering karena adanya fenomena El-Nino,” terang Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam laporan tersebut.
Semoga pemerintah setempat bisa secepatnya memberikan solusi dari permasalahan kekeringan ini ya, Millens. Bersyukurlah kamu yang masih bisa menemukan sumber air bersih di sekitar dengan mudahnya. (Arie Widodo/E10)