BerandaHits
Selasa, 30 Sep 2024 16:24

Kampanye Politik dan Pentingnya Menjaga Lingkungan

Kampanye seharusnya nggak menyakiti lingkungan. (via Matakita)

Kampanye politik sering kali meninggalkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti sampah visual dan kerusakan fasilitas umum akibat pemasangan alat peraga kampanye (APK) yang sembarangan. Untuk menjaga keindahan dan kelestarian lingkungan selama masa pemilu, penting bagi para kandidat dan tim kampanye untuk menerapkan strategi yang lebih ramah lingkungan, seperti memanfaatkan kampanye digital dan mengurangi penggunaan bahan fisik yang menghasilkan sampah.

Inibaru.id - Kampanye politik merupakan bagian penting dari proses pemilihan umum, di mana calon pemimpin menyampaikan visi, misi, dan program kerja kepada masyarakat. Namun, dalam euforia pemilihan, sering kali aspek lingkungan terlupakan. Pemasangan alat peraga kampanye (APK) seperti baliho, spanduk, poster, hingga selebaran kertas, kerap dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak ekologisnya. Padahal, menjaga lingkungan selama kampanye adalah tanggung jawab yang harus diemban semua pihak, baik kandidat, tim sukses, maupun masyarakat.

Salah satu masalah yang muncul selama masa kampanye adalah peningkatan jumlah sampah visual. Baliho dan spanduk yang dipasang sembarangan seringkali merusak pemandangan kota dan lingkungan sekitar.

Nggak ketinggalan, selebaran dan poster yang ditempel di berbagai tempat, seperti pohon, tiang listrik, hingga bangunan umum, nggak hanya mengganggu estetika, tetapi juga merusak fasilitas publik. Lebih parah lagi, setelah kampanye usai, banyak alat peraga kampanye yang nggak dibersihkan, sehingga menimbulkan tumpukan sampah di banyak lokasi.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan regulasi yang ketat terkait pemasangan APK. Komisi Pemilihan Umum (KPU) di beberapa daerah sudah mulai menetapkan aturan larangan pemasangan alat peraga kampanye di tempat-tempat tertentu seperti rambu lalu lintas, tiang listrik, dan bangunan pemerintah.

Selain itu, penting juga bagi para kandidat dan tim sukses untuk lebih kreatif dalam menyampaikan pesan politik mereka dengan cara yang ramah lingkungan.

Para kandidat calon kepala daerah maupun legislatif wajib menyadari dan ikut menjaga lingkungan. (Koordinator APEL via Tempo)

Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi penggunaan bahan kampanye yang menghasilkan sampah, seperti kertas atau plastik, dan beralih ke kampanye digital. Teknologi dan media sosial dapat menjadi alat yang efektif untuk menjangkau masyarakat tanpa harus merusak lingkungan.

Kampanye tatap muka yang lebih kecil dan berfokus pada dialog langsung dengan masyarakat juga bisa menjadi pilihan, kok menggantikan metode kampanye yang terlalu bergantung pada alat peraga fisik.

Kandidat politik juga bisa memanfaatkan kampanye sebagai momen untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. Dalam setiap kegiatan kampanye, mereka bisa menyertakan program yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan, seperti kegiatan penghijauan atau membersihkan kawasan publik dari sampah. Dengan begitu, kampanye politik nggak hanya menjadi ajang untuk memperkenalkan diri, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.

Pada akhirnya, menjaga lingkungan selama kampanye politik bukanlah hal yang mustahil. Ini membutuhkan kesadaran dan komitmen bersama, dari kandidat, tim kampanye, hingga masyarakat. Dengan kampanye yang lebih ramah lingkungan, kita nggak hanya memilih pemimpin yang baik, tetapi juga memastikan masa depan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

Kalau kamu kira-kira bakal simpati sama calon yang nggak mengindahkan lingkungan ketika kampanye atau justru illfil, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024