BerandaHits
Kamis, 10 Sep 2025 11:01

'Just Resting', Tren Hidup Menganggur yang Dilakoni Banyak Anak Muda Korea

Banyak anak muda Korea Selatan yang memilih untuk beristirahat karena lelah dengan tuntutan kehidupan. (NYTimes)

Nggak mendapatkan kepuasan hidup, banyak anak muda Korea Selatan yang akhirnya berada dalam status 'just resting' di statistik Korea. Artinya, mereka nggak bekerja, nggak bersekolah, dan nggak aktif mencari pekerjaan. Apa alasannya, ya?

Inibaru.id - Dalam data sensus Korea Selatan, terlihat semakin banyak anak muda di sana yang berada dalam kondisi memilih untuk menganggur sementara atau istilah kerennya "just resting". Bukan karena lapangan pekerjaan semakin sulit, anak-anak muda Korea Selatan melakukannya justru karena merasa lelah.

Istilah "just resting" merujuk pada anak muda usia produktif yang tidak sedang bekerja, sekolah, ataupun aktif mencari pekerjaan. Per Juli 2025 ini, jumlah pemuda usia 20-an dalam kategori ini mencapai 421.000 orang alias jadi rekor tertinggi sepanjang masa.

Park Min-jin (nama samaran), 26 tahun, adalah salah satunya. Setelah bertahun-tahun mengejar nilai sempurna, kampus ternama, berbagai jenis sertifikat, dan pengalaman internasional, ia tetap gagal mendapatkan pekerjaan tetap. Padahal ia sudah melamar ke puluhan lembaga keuangan.

"Aku berhenti karena burnout. Rasanya habis tenaga,” ucapnya sebagaimana dinukil dari Koreaherald, Minggu (7/9/2025).

Fenomena ini bukan soal malas atau tidak mau bekerja. Layaknya Min-jin, banyak yang memilih berhenti sementara bukan karena keinginan, melainkan karena kelelahan setelah bertahun-tahun ditekan sistem yang menuntut tanpa henti.

“Kami dibesarkan dengan janji sekolah yang bagus akan membawa ke kehidupan yang bagus. Tapi nyatanya, hidup terasa semakin sulit,” ujar Lee Joo-ho (32) yang sempat mengirim lebih dari 30 lamaran pekerjaan tanpa hasil.

Banyak anak muda Korea yang kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan. (Getty Images/Park Ji-hwan)

Label kampus dan perusahaan pertama di Korea sering kali melekat seumur hidup. Maka tak heran jika banyak lulusan tak ingin asal bekerja di perusahaan kecil dengan gaji dan tunjangan yang jauh di bawah perusahaan besar. Karena nggak kunjung mendapatkan hal ini, mereka yang kelelahan akhirnya memilih untuk beristirahat.

Namun, bukan berarti dengan beristirahat mereka akhirnya bisa kembali menikmati hidup. Di balik “istirahat” itu, kecemasan justru tumbuh semakin besar. Banyak yang merasa gagal, malu, dan tertekan oleh pencapaian teman sebayanya.

“Aku ingin mencari tahu apa yang benar-benar aku suka,” kata Kim Jin-sol yang akhirnya berhenti jadi perawat karena merasa kehilangan arah. Saat “istirahat,” ia mencoba hal-hal baru seperti membuat video, menulis esai, bahkan membuka kanal YouTube meski belum membuatnya merasa tenang menjalani kehidupan.

Kalau menurut para ahli di negara setempat, fenomena ini bukan kesalahan individu, melainkan cerminan tekanan struktural yang bahkan dimulai dari anak-anak seperti ranking sekolah, status universitas, hingga reputasi tempat kerja. Semuanya membentuk hierarki sosial yang terus membandingkan anak muda satu sama lain.

“Rehat ini bukan kemewahan, tapi cara bertahan hidup,” kata Kim Seon-hee dari lembaga Education for Spring. Ia menyebut terlalu banyak anak muda yang tersesat dalam sistem kompetitif tanpa ruang untuk mengenal diri sendiri.

Menyebut mereka “sekadar istirahat” jelas mengecilkan perjuangan yang sebenarnya. Mungkin, saatnya kita melihat mereka bukan sebagai pemalas, melainkan sebagai generasi yang sedang mencari napas di tengah tekanan hidup yang tak memberi ruang untuk jeda.

Lantas, bagaimana dengan generasi muda di Indonesia yang hidupnya lebih keras? Kalau kamu Gez? Apakah juga pengin beristirahat untuk sementara? (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: