BerandaHits
Sabtu, 2 Sep 2022 16:19

Jateng Alami Deflasi pada Agustus, Kabar Baik atau Buruk?

Jateng Alami Deflasi pada Agustus, Kabar Baik atau Buruk?

Deflasi Bulan Agustus di Jawa Tengah dipengaruhi oleh penurunan harga bawang merah, cabai merah, tarif angkutan udara, minyak goreng, dan cabai rawit. (MI/Djoko Sardjono)

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat, Agustus ini Jateng mengalami deflasi sebesar -0,39 persen. Apa pengaruhnya untuk kita?

Inibaru.id - Belakangan ini agaknya hampir nggak ada yang menyangkal keluhan seputar harga-harga barang yang kian mahal. Kenaikan itu bahkan terasa pada harga jajanan murah seperti cilok atau menu makan siang sederhana di warteg. Kita memang tengah mengalami laju inflasi yang tinggi.

Eits, tapi Jawa Tengah bulan ini justru diklaim tengah mengalami deflasi, lo. Hal tersebut dinyatakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah beberapa hari lalu. Menurut mereka, pada Agustus 2022, Jateng mencatatkan penurunan harga atau deflasi sebesar -0,39 persen dibanding bulan sebelumnya.

Alhamdulillah setelah sekian lama mengalami inflasi, bulan ini kita (Jateng) mengalami deflasi dengan besaran yang cukup besar, bahkan lebih besar dari deflasi nasional yang -0,21 persen," ungkap Kepala BPS Jateng Adhi Wiriana melalui rilis daring di kanal Youtube BPS Prov Jateng, Kamis (1/9/2022).

Indikasi tersebut, lanjutnya, memperlihatkan adanya penurunan harga pada sejumlah komoditas, di antaranya bahan makanan dan turunnya harga tiket penerbangan pada bulan tersebut.

Penurunan Harga di Kota Besar

Ilustrasi: Kota Tegal mencatatkan deflasi tertinggi di Jateng, yakni sebesar -0,64 persen. (Dinas Ketahanan Pangan Jateng)

Adhi mengatakan, turunnya sejumlah harga, baik makanan atau nonmakanan, terjadi di kota-kota besar di Jateng. Berdasarkan pantauan BPS Jateng, ada enam wilayah yang mengalami penurunan harga, yakni Kabupaten Cilacap dan Kudus, lalu Kota Purwokerto, Surakarta, Semarang, serta Tegal.

Deflasi tertinggi tercatat di Kota Tegal sebesar -0,64 persen, disusul Cilacap -0,55 persen, kemudian Purwokerto dan Kota Semarang masing-masing -0,44 persen. Selanjutnya adalah Kudus sebesar -0,31 persen, dan terakhir Surakarta dengan -0,06 persen.

“Ini menandakan pada Agustus 2022 terjadi penurunan harga komoditas, baik makanan maupun nonmakanan. Secara tradisional pada 2020 dan 2021 terjadi pula deflasi, tapi relatif kecil, berada pada kisaran -0,01 persen dan -0,03 persen,” jelas Adhi.

Dia menambahkan, faktor penyebab deflasi pada Agustus 2022 adalah penurunan harga bawang merah, cabai merah, tarif angkutan udara, minyak goreng, dan cabai rawit. Sementara, penahan deflasi adalah kenaikan upah tukang bukan mandor, harga beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, dan pisang.

Sedang Panen Besar

Ilustrasi: Panen bawang merah menjadi salah satu alasan Jateng mengalami deflasi. (Kementan)

Adhi mengungkapkan, penurunan harga pada komoditas bawang merah maupun cabai merah terjadi karena beberapa daerah yang merupakan sentra produksi komoditas itu sedang panen besar, sehingga pasokan dan distribusi pun terjaga.

"Agustus ini juga terjadi penurunan tarif angkutan udara, karena harga avtur turun, sehingga maskapai melakukan penyesuaian tarif angkutan udara,” sebutnya.

Ini menjadi kabar yang baik. Namun begitu, Adhi mewanti-wanti agar momen penurunan harga atau deflasi di Jateng bisa terjaga. Alasannya, karena jika dilihat dari inflasi tahun ke tahun, Jateng sudah mencapai level psikologis.

“Terlihat dari inflasi Year on Year (YoY), kita sudah di atas batas angka psikologis tiga plus minus satu, untuk tahun kalender (inflasi) kita sudah berada di atas 4 persen yakni 5,03 persen. Mudah-mudahan kondisi deflasi ini bisa terjaga sampai akhir tahun,” pungkas Adhi.

Ya, meski kabar baik ini mungkin nggak begitu kentara untuk sobat cilok seperti kita, marilah terus berharap agar deflasi ini terus berlanjut sampai akhir tahun ini. Jika itu terjadi, mungkin barulah kita merasakan pengaruh yang nyata dari deflasi ya, Millens? (Siti Khatijah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025