BerandaHits
Selasa, 19 Jun 2023 15:04

Jalan Panjang Menuju Zero Stunting di Kota Semarang

Seorang ibu sedang berkonsultasi dengan petugas administrasi Posyandu Cempaka. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Cita-cita mulia zero stunting di Kota Semarang membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Selain kerja keras para kader untuk mengedukasi, yang lebih penting adalah kesadaran setiap orang akan dampak buruk stunting pada anak. Bisakah hal itu terwujud?

Inibaru.id - Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu atau yang akrab disapa Mbak Ita beberapa waktu lalu pernah berkata bahwa dirinya optimistis Kota Semarang akan memiliki angka prevalensi stunting sebesar nol persen. Pihaknya akan berusaha mencapai target dengan menyinergikan peran Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

"Saya optimistis angka prevalensi stunting di Semarang sebesar 1,4 persen pada 2022 menjadi nol persen pada akhir 2023. Biar anak-anak kita jadi anak yang hebat, generasi emas Indonesia," kata Ita sekitar Januari 2023 lalu.

Yap, itu merupakan sebuah harapan yang sudah selayaknya kita amini bersama. Sayangnya, target nol persen di akhir 2023 nanti tampaknya nggak akan mudah terwujud. Beberapa wilayah di Semarang yang tengah gencar memerangi stunting hingga kini masih kesulitan menangani permasalahan tumbuh kembang pada anak tersebut.

Perlu kamu tahu, Pemkot Semarang tengah gencar menekan angka stunting, terlebih sejak 2021. Pemerintah mengadakan pilot project Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada anak-anak yang terindikasi stunting.

Pilot project tersebut menekan angka stunting di tiga kelurahan yakni Banjarharjo, Kemijen, dan Tanjungmas. Meski ada perubahan, sayangnya angka stunting di Kota Lunpia masih tergolong tinggi yaitu 1.267.

Bukan Pekerjaan Mudah

Para orang tua dan anak ketika mengikuti edukasi stunting di balai RW 15 Kelurahan Tanjungmas. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Bagi masyarakat Semarang di wilayah tertentu, terlebih di pesisir utara Kota Semarang, mengentaskan stunting bukanlah perkara mudah. Menurut kader Posyandu Cempaka Kelurahan Tanjungmas Suntiah, ada banyak faktor yang memengaruhi anak-anak di sana mengalami gangguan pertumbuhan.

Selain karena pengetahuan yang minim soal pencegahan stunting dan sikap takacuh dari warga, menurut Suntiah banjir yang menggenangi wilayahnya sehari-hari juga menjadi penyebabnya.

Oleh sebab itu, saat Walikota Semarang sangat yakin jika akhir 2024 ini Ibu Kota Jawa Tengah ini bakal zero stunting, Suntiah justru nggak seoptimistis itu. Ya, hal itu lantaran dirinya paham betul seperti apa kondisi lapangan.

"Zero stunting tidak mungkin. Sulit menyeragamkan pola pikir untuk cegah stunting. Sejauh ini ada ibu-ibu yang sengaja ingin terus-menerus hamil biar dapat PKH (Program Keluarga Harapan). Itu kan pola pikir yang salah. Selain itu banyak ibu pesisir yang kurang memperhatikan pola makan. Misal, anak kecil udah dikasih bakso keliling yang ada MSG-nya," resahnya.

Tetap Berjuang untuk Zero Stunting

Sebagai kader yang bertugas untuk mengedukasi masyarakat, sudah berulang kali dia sampaikan bahwa stunting bukanlah suatu penyakit yang bisa sembuh dengan minum obat. Maka, pencegahan justru harus digalakkan kepada para remaja yang belum menikah.

"Orang tua harusnya beranggapan kalau anak itu aset. Mereka harus memberikan pola asuh yang terbaik," ungkapnya.

Meski bukan pekerjaan mudah, Suntiah sebagai kader Posyandu Cempaka yang tergabung dalam pilot project pengetasan stunting di Kelurahan Tanjungmas itu tetap memupuk harapan stunting di wilayahnya akan berkurang, bahkan nggak ada lagi. Dia berharap semua warga di sana memiliki kesadaran dan bahu-membahu memerangi stunting.

"Harus ada sikap gotong royong untuk mengentaskan stunting. Hilangkan ego masing-masing untuk melahirkan generasi yang lebih berkualitas!" tukas Suntiah.

Suntiah sadar, dirinya nggak sedang berjuang sendirian. Upaya penanganan stunting di Kelurahan Tanjungmas juga berkat dukungan dari Dinas Ketahanan Pangan, BKKBN, Dinas Pengendalian Penduduk, Dinas Kesehatan, Pemkot Semarang, Puskesmas, akademisi, dan banyak pihak lainnya.

Semoga saja kerja keras para kader dan pihak yang mendukung di daerah-daerah dengan kasus stunting tinggi ini berbuah manis di kemudian hari ya, Millens! Kita semua berharap Kota Semarang dan kota lain di Indonesia sudah nggak ada lagi anak-anak malang yang kurang gizi dan bermasa depan suram. (Fitroh Nurikhsan/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024