Inibaru.id – Meski angka prevalensi stunting di Indonesia telah turun, bukan berarti kita boleh berleha-leha. Pasalnya, kasus stunting di Indonesia masih tinggi.
Disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pusat di Istana Wapres, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 6 Jakarta Pusat, (11/05/2022) lalu, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4 persen.
Angka ini didapat berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan. Adapun pada 2018 berada pada 30,8 persen. Padahal, angka yang ditoleransi WHO di bawah 20 persen.
Prihatin akan tingginya kasus stunting di Indonesia, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta membuat makanan tambahan dari bahan baku lokal untuk mencegah terjadinya stunting.
Sebagai informasi, selama ini Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa biskuit oleh pemerintah untuk menangani kejadian stunting menggunakan fortifikasi untuk menambah zat gizi. Masalahnya, bahan baku tersebut harus didatangkan dari luar negeri sehingga menimbulkan persoalan biaya.
Karena itu, mahasiswa UGM membuat inovasi PMT dengan harga terjangkau dan bahan yang mudah ditemukan, berupa Sprouted Snack Bar (SSB). Jangan salah, makanan tambahan ini dapat memenuhi 3 zat gizi utama untuk mencegah stunting, yaitu protein, zat besi, dan seng (zinc).
Bahan Utama
Bahan utama SSB ini yaitu kacang merah berkecambah, beras merah berkecambah, kacang kedelai berkecambah, dan pisang.
"Alasan dipilihnya produk snack bar karena camilan ini disukai anak-anak dan memiliki masa simpan yang cukup lama," kata mahasiswa Fakultas Biologi Adiva Aphrodita.
Adiva nggak sendiri. Mahasiswa angkatan 2020 ini mengembangkan produk bersama empat mahasiswa UGM lainnya, yaitu Matilda Jesseline Gabriela Giovanni (Fakultas Biologi 2020), A Najib Dhiaurahman (Fakultas Biologi 2020), Felisitas Mellania Ajeng Anggraeni (FK-KMK 2019), dan Nur Afni Oktri Fiana (FTP 2019). Mereka berada di bawah bimbingan Lisna Hidayati SSi MBiotech.
Menurut Adiva, kandungan protein dan mikronutrien bijian berkecambah lebih tinggi dibanding biji utuh. Ini karena proses perendaman dan perkecambahan dapat meningkatkan nutrien yang terkandung.
Kedelai, beras merah, dan kacang merah yang berkecambah memiliki protein tinggi sementara kadar fitat menurun sehingga mampu meningkatkan kadar zat besi dan seng.
"Konsumsi pangan tinggi protein dapat meningkatkan sintesis albumin serum darah sehingga memicu pembentukan sel saat pertumbuhan dan menjaga organ hati sehat. Selain itu, zat besi membantu sintesis kolagen jaringan tulang, sementara seng membantu peningkatan panjang dan berat tulang femur," papar Adiva.
Bukan cuma membandingkan kandungan produk antara bijian berkecambah dengan biji dorman, tim ini juga telah melakukan perbandingan dua metode pengolahan, yaitu metode sangrai dan oven. Adiva dan kawan-kawan kemudian melakukan uji organoleptik produk pada anak SD, uji nutrition facts, dan uji in vivo.
"Inovasi SSB ini mampu menjadi alternatif jajanan bergizi untuk anak sekolah. Dengan adanya produk ini, diharapkan ada peningkatan kualitas makanan untuk anak-anak sehingga dapat menekan angka stunting di Indonesia," ungkap Adiva.
Semoga inovasi ini bisa segera dikembangkan sehingga angka stunting cepat turun ya, Millens? (Siti Zumrokhatun)
Artikel ini telah terbit di Media Indonesia dengan judul Mahasiswa UGM Ciptakan Snack Bar Anti Stunting.