Inibaru.id - Ketika emosi memuncak, terkadang tanpa sadar kita melontarkan kata-kata negatif tentang pasangan di hadapan anak. Entah itu karena kecewa, marah, atau frustrasi, kebiasaan ini sebenarnya bisa berdampak buruk bagi perkembangan psikologis anak.
Anak-anak melihat orang tua sebagai panutan dan tempat bergantung. Ketika salah satu orang tua menjelekkan pasangannya, anak bisa kehilangan rasa percaya, baik kepada orang tua yang dikritik maupun kepada yang melontarkan kritik. Mereka akan merasa bingung dan nggak tahu siapa yang benar atau siapa yang bisa mereka jadikan teladan.
Seorang anak mencintai kedua orang tuanya secara alami. Ketika mereka mendengar salah satu orang tua berbicara buruk tentang yang lain, mereka bisa merasa terjebak di antara dua pihak. Hal ini menimbulkan tekanan emosional yang dapat membuat anak merasa bersalah atau bahkan memicu stres yang berlebihan.
Apa yang anak lihat dan dengar dalam keluarga akan menjadi dasar bagi mereka dalam membangun hubungan di masa depan. Jika mereka terbiasa melihat orang tua saling merendahkan, mereka bisa menganggap bahwa hubungan yang sehat adalah hubungan yang dipenuhi dengan celaan dan kritik. Ini bisa berdampak pada cara mereka berinteraksi dengan teman, pasangan, atau bahkan keluarga mereka sendiri di kemudian hari.
Mengajarkan Sikap Nggak Hormat
Saat anak sering mendengar satu orang tua menjelekkan yang lain, mereka bisa mulai kehilangan rasa hormat terhadap orang tua yang dikritik. Bahkan, bukan nggak mungkin mereka meniru perilaku tersebut dan mulai berbicara kasar kepada salah satu atau kedua orang tuanya.
Hal ini dapat merusak keharmonisan dalam keluarga dan menciptakan lingkungan yang nggak nyaman bagi anak. Karena itu, kebiasaan ini harus dihindari dengan cara:
1. Kelola Emosi dengan Baik – Jika sedang marah atau kecewa dengan pasangan, coba tahan diri untuk nggak mengeluarkan kata-kata negatif di depan anak. Tarik napas dalam, tenangkan diri, dan pilih waktu yang lebih tepat untuk membicarakan masalah tersebut dengan pasangan secara langsung.
2. Gunakan Komunikasi Positif – Jika ingin menyampaikan ketidakpuasan kepada anak terkait perilaku pasangan, gunakan bahasa yang lebih netral dan tidak menjatuhkan. Misalnya, daripada berkata "Ayahmu memang pemalas, makanya rumah berantakan," lebih baik mengatakan, "Ayah sedang sibuk, yuk kita bantu sama-sama."
3. Beri Contoh Hubungan yang Sehat – Tunjukkan kepada anak bahwa setiap hubungan pasti memiliki perbedaan pendapat, tetapi bisa diselesaikan dengan cara yang baik tanpa harus menjatuhkan satu sama lain.
Menjaga ucapan dan perilaku di depan anak adalah salah satu bentuk tanggung jawab orang tua dalam membangun lingkungan keluarga yang sehat.
Jika ada masalah dengan pasangan, sebaiknya diselesaikan secara dewasa tanpa harus melibatkan anak. Dengan begitu, mereka dapat tumbuh dalam lingkungan yang harmonis dan penuh kasih sayang. Meski mulut sudah geregetan pengin meluapkan amarah, coba deh ambil napas dalam-dalam biar efeknya nggak sampai memengaruhi psikologis anak, Millens. (Siti Zumrokhatun/E05)