Inibaru.id - Tanggal 26 September menandai satu hari sederhana tapi sarat konsekuensi, yakni World Contraception Day (WCD) atau Hari Kontrasepsi Sedunia. Peringatan ini mengingatkan satu gagasan mendasar, bahwa keluarga berencana dan akses kontrasepsi adalah soal hak; bukan sekadar pilihan.
Hari Kontrasepsi Sedunia diluncurkan pada 2007 oleh konsorsium organisasi keluarga berencana internasional dengan tujuan menyebarkan informasi yang benar dan inklusif tentang metode kontrasepsi; lalu menjadi "ritual" tahunan untuk penguatan layanan kesehatan reproduksi secara global.
Di Indonesia, peringatan ini menjadi momentum untuk advokasi kebijakan sekaligus edukasi publik terkait penggunaan alat kontrasepsi sebagai bagian dari upaya merencanakan keluarga. Hal itu sebagaimana dikatakan Niswatul Qonita, seorang penyuluh KB di Kabupaten Pemalang.
"Kontrasepsi membantu merencanakan keluarga; memberikan jarak kehamilan sehingga tiap anak mendapatkan perhatian yang cukup," tuturnya via telepon, Jumat (26/9/2025).
Fakta yang Perlu Diketahui
Menurut WHO, sekitar 874 juta perempuan di seluruh dunia telah menggunakan kontrasepsi modern di seluruh dunia, tapi masih ada puluhan juta yang belum mendapat akses yang mereka butuhkan. Jika upaya dipercepat, akses untuk mereka diproyeksi bisa didapatkan maksimal pada 2030.
Kemajuan ini akan berkaitan erat dengan pendanaan untuk layanan seksualitas dan kesejahteraan di tiap negara, menurut laporan dari UNFPA. Pendanaan yang dikurangi tentu saja akan mengurangi percepatan akses tersebut.
Masih menurut UNFPA, keputusan atas kesehatan reproduksi, termasuk pilihan kontrasepsi, berkaitan langsung dengan hak asasi, kesehatan ibu, dan kesetaraan gender. Namun, di banyak negara, termasuk Indonesia, meski prevalensi penggunaan kontrasepsi modern meningkat, kesenjangan tetap nyata.
"Harus diakui bahwa di perdesaan, penggunaan kontrasepsi masih didominasi perempuan. Mindset dan lingkungan sangat memengaruhi prevalensi ini. Padahal, perlu diketahui bahwa perencanaan keluarga adalah urusan bersama," tutur Qonita.
Isu Global yang Diangkat
Secara garis besar, tujuan WCD dapat dirangkum menjadi tiga hal krusial. Pertama, memberi informasi yang akurat tentang metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, cara penggunaan). Kedua, mendorong tersedianya pilihan kontrasepsi yang aman, terjangkau, dan tersedia secara lokal.
Sementara, yang ketiga berkaitan dengan hak dan otonomi; menegaskan bahwa setiap individu berhak membuat keputusan bermakna tentang reproduksinya tanpa tekanan atau diskriminasi.
UNFPA menegaskan, pada peringatan 2025 ini, ada beberapa masalah yang mendapat sorotan serius dari komunitas internasional:
- Pendanaan yang menyusut untuk layanan kesehatan seksual dan reproduksi. Ketika anggaran menipis, prioritas program keluarga berencana berisiko dipangkas, yang berdampak pada ketersediaan kontrasepsi gratis atau murah. (UNFPA).
- Ketimpangan akses antar-wilayah dan kelompok; remaja, penyintas kekerasan seksual, perempuan di daerah terpencil, dan kelompok rentan sering menghadapi hambatan geografis, kultural, atau administratif untuk mendapatkan kontrasepsi.
- Otoritarianisme dan undang-undang regresif di beberapa negara yang membatasi layanan kesehatan reproduksi, atau mengkriminalisasi aborsi, membuat perempuan kehilangan ruang pilihan. (isu ini muncul di banyak laporan UNFPA dan LSM hak reproduksi).
- Misinformasi dan stigma; salah info tentang efek samping kontrasepsi, mitos fertilitas, dan norma sosial menghalangi orang mencari layanan. Kampanye edukasi hari ini menantang mitos tersebut dengan bukti ilmiah.
- Kesenjangan kualitas layanan; bukan hanya ketersediaan alat kontrasepsi, tetapi juga ketersediaan konseling yang ramah, pelatihan tenaga kesehatan, dan jaminan mutu layanan. WHO menekankan bahwa metode hanya efektif apabila ditopang oleh layanan yang baik.
Yang Bisa Kita Lakukan
Indonesia telah mencatat kemajuan dalam penggunaan kontrasepsi. Namun, bukan berarti masalah kontrasepsi selesai di negeri ini. Stigma negatif, pemerataan wilayah, perhatian khusus untuk kelompok rentan, serta kualitas layanan harus menjadi perhatian bersama.
Agar nggak berhenti sebatas seremoni, apa yang bisa kita lakukann untuk memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia ini? Berikut adalah beberapa ide yang bisa kamu lakukan:
1. Mengedukasi diri dan teman sebaya
Mengikuti webinar, diskusi publik, atau membaca sumber terpercaya tentang kontrasepsi, kesehatan reproduksi, dan hak-hak seksual menjadi hal yang sangat penting. Selain itu, membagikan informasi yang benar melalui media sosial juga bisa dilakukan agar orang-orang nggak terjebak hoaks.
2. Membuat konten kreatif
Kamu bisa membuat poster digital, video pendek, reels, atau infografik edukatif seputar pentingnya kontrasepsi dan akses kesehatan reproduksi yang aman. Hal ini penting untuk meningkatkan kesadaran publik sekaligus menjadi ruang aman untuk merencanakan keluarga dengan baik
Kamu juga bisa membagikan kisah atau pengalaman pribadi terkait penggunaan kontrasepsi tertentu atau edukasi apa saja yang pernah kamu dapatkan.
3. Menggelar diskusi komunitas
Mengadakan obrolan santai di kampus, sekolah, atau komunitas pemuda tentang perencanaan keluarga, kesehatan reproduksi, serta pentingnya menghargai pilihan individu terkait kontrasepsi juga bisa menjadi pilihan.
Nggak harus sendiri; kamu bisa bekerja sama dengan puskesmas, klinik, BKKBN, atau lembaga non-profit untuk penyelenggaraan diskusi ini secara lebih formal; sekaligus mengadakan kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis, penyuluhan, atau pembagian alat kontrasepsi yang aman dan legal.
6. Merefleksikannya dalam kegiatan kesenian
Kalau suka menulis, kamu bisa membuat artikel, esai, atau cerita reflektif tentang pentingnya kontrasepsi dalam kehidupan modern, lalu mempublikasikannya di blog pribadi atau media.
Selain itu, kamu juga bisa menggelar pertunjukan musik, mural, atau pameran seni dengan tema kesehatan reproduksi dan kontrasepsi, sesuai dengan kegiatan kesenian yang kamu sukai agar pesan tersampaikan dengan cara yang lebih kreatif.
Hari Kontrasepsi Sedunia adalah pengingat bahwa kesehatan reproduksi adalah landasan hak asasi, kesehatan publik, dan keterlibatan sosial. Upaya ini memerlukan kerja bersama antara pemerintah, pekerja kesehatan, komunitas, dan individu. Menurutmu, apa yang paling penting dari peringatan ini? (Siti Khatijah/E10)
