BerandaHits
Senin, 18 Sep 2022 08:37

‘Graha’ Berarti Buaya, Kenapa Jadi Nama Kompleks Perumahan?

Graha Maria Annai Velangkanni di Medan, salah satu tempat yang menggunakan kata 'graha'. (Getlost)

Kamu yang tinggal di kompleks perumahan bernama “graha” wajib membaca ini, karena kata itu sejatinya berarti buaya, bukan rumah.

Inibaru.id – Suatu pagi, saya berkunjung ke rumah seorang teman di bilangan Tembalang, Kota Semarang. Dia tinggal di sebuah kompleks perumahan elit bernama Graha bla-bla-bla. Iseng saya bertanya ke teman saya, “Dulu tempat ini kawasan penangkaran buaya?”

Kawan saya bingung; saya pun tertawa. Sejurus kemudian, saya membuka gawai dan mencari arti kata graha di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lalu membacakan artinya. Di KBBI, lema “graha” mempunyai dua arti: (1) menangkap; (2) buaya. Keduanya berasal dari bahasa Sanskerta.

Dari dua arti tersebut, nggak ada satu pun yang merujuk pada perumahan, rumah, kawasan permukiman, bahkan bangunan. Namun, sebagian besar orang agaknya nggak akan mempertanyakan saat ada yang menamai bangunan atau kompleks perumahan dengan nama “graha”. Betul?

Graha untuk nama perumahan memang nggak asing di telinga. Sebutlah misalnya kompleks permukiman Graha Padma dan Graha Estetika di Semarang. Ada juga bangunan yang dinamai demikian, contohnya Graha Maria Annai Velangkanni di Medan. Kenapa demikian? Mari kita cari tahu!

Mengenal Graha

Ada banyak tempat menggunakan kata 'grha' yang berarti 'rumah', salah satu contohnya adalah Grha Unilever. (Esdm)

Menyoal istilah “graha” nggak bisa dilepaskan dari ilmu astrologi dalam ajaran Hindu yang mengenal Nawagraha atau sembilan pengikat atau penanda pengaruh yang paling umum berupa sembilan benda langit.

Kesembilan benda langit ini adalah Matahari (Surya), Bulan (Candra), Mars (Mangala), Merkurius (Budha), Jupiter (Guru), Venus (Sukra), Saturnus (Sani), serta titik-titik persimpangan Utara (Rahu) dan Selatan (Ketu) antara bulan dengan orbit bumi di sekitar matahari.

Nah, dalam Hindu, secara harfiah “graha” berarti mengikat, menangkap, atau memegang. Mengutip Siwasakti, Graha adalah penanda pengaruh kosmis pada makhluk hidup di bumi (Pertiwi). Hal ini juga ada kaitannya dengan kata graha di Indonesia, khususnya di kalangan masyarakat Jawa-Bali.

Dikutip dari Inibaru.id (8/11/2017), kata graha juga dikenal dalam bahasa Jawa, yang kemungkinan disunting dari bahasa Kawi yang berkembang di Bali. Graha dalam bahasa Jawa berarti planet, gerhana, roh jahat, dan buaya. Lebih detailnya, kamu bisa mengeceknya via Wikipedia.

Salah Kaprah

Besar kemungkinan masyarakat telah salah kaprah dalam mengasosiasikan 'graha' dengan 'gerha' atau 'grha'. (Pexels/Thelazyartistgalery)

Dari penjelasan di atas, bisa dipastikan bahwa kata graha nggak ada hubungannya dengan bangunan, permukiman, atau hal semacamnya. Lalu, ide dari manakah penamaan kompleks perumahan atau bangunan dengan nama “graha”?

Jawabannya, besar kemungkinan masyarakat telah salah kaprah dalam mengasosiasikan graha dengan gerha. Bukalah KBBI, maka kamu akan menemukan kata “gerha” yang salah satu artinya adalah tempat tinggal. Makna lainnya, gerha berarti istri atau permaisuri.

Selain gerha, kata lain yang menyerupai graha adalah “grha” yang kurang lebih memiliki arti yang sama dengan gerha, yakni rumah, bangunan, atau singgasana. Jadi, sebutan yang benar untuk kompleks perumahan atau bangunan adalah gerha atau grha.

Meski banyak yang keliru, nggak sedikit pula orang yang menyebutnya dengan benar, kok. Misalnya, Grha Sabha Pramana di UGM Yogyakarta atau Grha Unilever di Jakarta. Namun, agak sulit menemukan contoh untuk gerha, kecuali Gerha Sehat di Pati atau Gerha Adipraya di Jombang.

Dari segi pengucapan, kata “graha” memang lebih nyaman di lidah orang Indonesia ketimbang “gerha” atau “grha”. Namun, saya pikir ini masalah pembiasaan saja, sih. Atau, ganti saja dengan griya yang lebih familiar di telinga! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024