BerandaHits
Selasa, 4 Sep 2023 18:11

Dikenal Sering Kecelakaan, Mengapa Tetap Banyak Penumpang Naik Bus Sugeng Rahayu?

Kecelakaan bus Sugeng Rahayu dan bus Eka pada Kamis (31/8/2023). (Twitter @Jateng_Twit)

Sebelum kini bernama Sugeng Rahayu, dulu Sumber Kencono dikenal beberapa kali mengalami kecelakaan. Menariknya, meski populer sering mengalami nasib nahas, tetap banyak penumpang naik bus ini. Apa alasannya, ya?

Inibaru.id – Kecelakaan bus Sugeng Rahayu yang bertabrakan dengan bus Eka pada Kamis (31/8/2023) lalu bikin heboh banyak orang. Nggak hanya membuat kedua bus rusak parah, ada korban meninggal dunia. Selain itu, kecelakaan tersebut seperti memperpanjang deret kasus kecelakaan yang menimpa bus Sugeng Rahayu.

Bagi masyarakat Yogyakarta, Solo, atau Jawa Timur, nama bus Sugeng Rahayu populer karena dua hal. Yang pertama adalah banyaknya kasus kecelakaan yang menimpa bus tersebut, khususnya saat masih bernama Sumber Kencono. Yang kedua adalah karena cepatnya bus tersebut melaju. Saking ‘gilanya’ kecepatan dan manuver bus tersebut, banyak yang menyebut bus ini sebagai raja jalanan.

“Kalau naik Sumber Kencono, rasanya sudah siap ‘setor nyawa’. Busnya seperti nggak mengenal rem. Apalagi kalau nggak dapat tempat duduk dan harus berdiri. Tubuh diombang-ambing semua,” ucap Tiha, warga Sidoarjo yang kerap menumpang bus ini saat akan ke Yogyakarta, sebagaimana dilansir dari Detik, Sabtu (5/3/2022).

Sumber Kencono, atau yang sekarang kita kenal sebagai Sugeng Rahayu ini sudah beroperasi di bawah pengelolaan Sumber Group sejak 1981. Garasinya ada di Jalan By-pass Krian, Sidoarjo, Yogyakarta dengan rute Surabaya – Yogyakarta.

Bus ini mendapatkan banyak pelanggan karena dikenal mampu mencapai tujuan dengan cepat. Sopirnya pun dikenal mahir dan lincah. Berkat hal ini, pada 2005, Sumber Group bahkan sampai mendapatkan penghargaan dari pemerintah karena dianggap sebagai salah satu PO bus yang memberikan pelayanan terbaik kepada penumpang pada musim lebaran tahun tersebut, Millens.

Sayangnya, kebiasaan sopir yang mengemudi dengan ugal-ugalan hanya demi bisa cepat sampai tujuan pada akhirnya memakan korban. Pada periode 2009-2011, cukup banyak kecelakaan fatal yang melibatkan bus ini. Saking seringnya, masyarakat sampai memelesetkan namanya jadi ‘Sumber Bencono’ alias sumber bencana.

Gubernur Jawa Timur yang gerah dengan keluhan warga terkait dengan aksi ugal-ugalan bus ini sampai mengancam akan mencabut izin trayek bus ini. Tapi, sanksi tersebut urung diketok palu. Sumber Kencono hanya disanksi pengurangan armada sampai 40 persen dalam sepekan.

Bus Sumber Kencono.(Otobalancing)

Sumber Group yang tahu bahwa nama Sumber Kencono sudah buruk dan identik dengan kecelakaan akhirnya mengubah namanya jadi Sumber Selamat pada 2011. Sayangnya, aksi ugal-ugalan sopirnya tetap terjadi.

Akhirnya, Sumber Group memberikan peraturan tegas. Jika ada sopir yang ugal-ugalan dan merusak nama baik perusahaan, akan langsung diberi SP3. Lebih dari itu, dibuka SMS Center yang bisa dipakai masyarakat untuk melaporkan aksi ugal-ugalan bus ini. Berkat aturan ini, aksi ‘gila’ Sumber Selamat pun berkurang di jalanan.

Setelah mampu menarik kembali pelanggan, Sumber Group akhirnya juga menambah armada dengan nama lain, yaitu Sugeng Rahayu. Tapi, dari livery busnya, semua orang tahu kalau bus ini masih ‘bersaudara’ dengan Sumber Selamat dan mewarisi kisah kelam dari Sumber Kencono.

Jika punya masa lalu yang buruk, mengapa bus ini tetap populer? Salah seorang penumpang yang jadi korban kecelakaan Sugeng Rahayu vs Eka pada Kamis (31/8) Sri Utami, mau mengungkap jawabannya.

“Tiket busnya murah dan bisa cepat sampai tujuan. Memang sudah biasa bus ini ngebut. Tapi saya nggak mempermasalahkannya dan tinggal tidur saja,” ungkapnya sebagaimana dilansir dari Detik, Senin (4/9).

Yap, cepat sampai tujuan adalah kata kunci utama mengapa Sugeng Rahayu dan Sumber Selamat masih dijejali penumpang. Meski begitu, dengan banyaknya kasus kecelakaan yang berdampak fatal, ada baiknya memang Sumber Group mulai memperbaiki pelayanannya agar kasus-kasus kecelakaan lain nggak sampai terjadi di masa depan. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024