Inibaru.id – Karena makanan pokok orang Indonesia adalah nasi, wajar jika tempat-tempat makan selalu menyediakan nasi. Tapi, khusus untuk tempat makan di Desa Randegan, Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, nggak ada satu pun yang menjual nasi. Apa alasannya, ya?
Kalau kamu mampir ke desa yang hanya berjarak kurang lebih 5 kilometer dari pusat kabupaten Sidoarjo ini, nggak akan ada penjual nasi rawon, nasi goreng, atau warteg yang menyediakan nasi. Meski begitu, kamu bisa menemukan olahan nasi seperti lontong pada warung lontong tahu, lontong mi, dan sebagainya.
Mengapa bisa begitu? Ternyata hal ini disebabkan oleh warga setempat yang memiliki kepercayaan turun-temurun nggak boleh berjualan nasi di desa tersebut. Kalau nekat melakukannya, mereka yakin akan mendapatkan kesialan.
“Warga Randegan percaya kalau jualan nasi, bakal kena sial," ungkap salah seorang pengurus RT di desa tersebut, Sholkan sebagaimana dilansir dari Detik, Senin (28/8/2023).
Hal serupa diungkap penjual lontong lodeh di wilayah RT1/RW1 bernama Anik. Dia sudah mengetahui pantangan ini sejak kecil, tepatnya dari neneknya. Selain dilarang jualan nasi, warga juga dilarang membuka usaha rujak ulek.
“Konon, kalau ada yang nekat jualan nasi, nggak hanya sering kena sial, rumah tangganya juga jadi nggak harmonis. Saya sendiri nggak berani melanggar agar selamat dan mendapatkan rezeki yang barokah," ungkap Anik.
Apa yang diungkap Sholkan dan Anik nggak asal cuap, Millens. Soalnya, sudah ada kasus yang membuktikan bahwa pantangan tersebut memang harus dipatuhi. Jadi, ceritanya pada 2002 lalu, ada warga pendatang yang nekat membuka usaha nasi goreng di pinggir jalan. Dia berpikir akan untung karena nggak ada pesaing yang berjualan hal serupa.
Warga sudah mengingatkan penjual nasi goreng tersebut namun nggak digubris. Nggak disangka, baru tiga kali berjualan, musibah mendatanginya.
“Pas melayani pembeli, gerobaknya terbakar sendiri. Saking besarnya api, penjualnya lari terbirit-birit,” cerita Sholkan.
Yang lebih mengherankan, warga Randegan juga tetap nggak boleh berjualan nasi meski sudah tinggal di desa lain. Ada beberapa orang yang sudah mencobanya dan akhirnya berujung pada kegagalan bisnis tersebut. bahkan, rumah tangganya berantakan.
Konon, pantangan ini berawal dari petuah Mbah Sosro, leluhur yang jadi "pembabat alas" alias pembuka lahan yang kemudian jadi cikal bakal Desa Randegan. Nah, pada zaman dahulu, dia melihat penjual nasi nasibnya menyedihkan. Karena alasan inilah, dia berpesan kepada anak cucunya yang juga tinggal di Desa Randegan untuk nggak berjualan nasi. Alasannya, agar nggak mengalami nasib sebagaimana yang dialami penjual nasi pada masa itu.
Setiap desa memiliki tradisi dan pantangannya masing-masing. Menarik untuk kita simak untuk memperluas wawasan kita ya, Millens? (Arie Widodo/E10)
