BerandaHits
Kamis, 10 Jan 2024 16:57

Demi Pembangunan Berkelanjutan, Pemerintah Perlu Hitung Dampak Kerusakan Lingkungan

Pertumbuhan ekonomi belum menghitung dampak kerusakan lingkungan. (IMD org)

Pembangunan ekonomi biasanya hanya berfokus pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Ini patut disayangkan karena seharusnya pemerintah juga harus menghitung dampak lingkungan dari peningkatan ekonomi.

Inibaru.id – Mengimplementasikan konsep “sustainability” dan mitigasi perubahan iklim merupakan sebuah kewajiban bagi Indonesia, bukan lagi pilihan. Apalagi Indonesia sudah ikut serta dalam "Paris Agreement". Meskipun telah mencoba melakukan transisi energi menuju sumber daya terbarukan dan merencanakan "net zero emission" pada 2060, realitasnya terbukti nggak semudah yang diharapkan.

Dalam acara "Green Webinar" dengan tema "Tantangan Pembangunan dan Ekonomi Berkelanjutan", yang diselenggarakan oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan BBC Media Action pada Selasa, 9 Januari 2024, terungkap bahwa dampak kerusakan lingkungan belum sepenuhnya terhitung dalam pertumbuhan ekonomi.

Salah satu upaya pemerintah untuk menerapkan "sustainable development" adalah melalui transisi energi ke sumber daya terbarukan. Memang terlihat peningkatan penggunaannya, terutama dalam bauran energi primer, tapi jumlahnya masih jauh dari penggunaan batu bara, minyak, dan gas bumi. Di satu sisi, transisi energi dianggap bukan solusi satu ukuran untuk semua dalam konteks pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Menurut Bambang Brodjonegoro, seorang guru besar ekonomi yang pernah menjabat sejumlah posisi menteri, implementasi pembangunan ekonomi yang paling sulit dalam konteks "sustainability" adalah ketidakinklusifan perhitungan pertumbuhan ekonomi terhadap "depletion" atau berkurangnya nilai aset lingkungan.

"Pembangunan ekonomi biasanya akan berujung pada pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) yang intinya belum memasukkan unsur-unsur dari lingkungan hidup," ujarnya.

AMSI mengajak semua pihak untuk memahami pentingnya isu lingkungan. (Tangkapan Layar Youtube)

Peran swasta dan pelaku usaha juga diakui penting dalam upaya menerapkan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Chairperson of Advisory Board, Social Investment Indonesia, Jalal, menyatakan bahwa hampir tidak ada pelaku usaha yang memiliki komitmen dalam konteks "sustainable financing".

Hal ini disebabkan oleh lambatnya penerapan "roadmap" keuangan berkelanjutan yang dimulai pada tahun 2014 dan regulasi yang baru berlaku pada tahun 2019.

Dampak dari krisis iklim semakin terasa di tahun 2023, dengan suhu bumi yang meningkat, bencana alam, dan kekhawatiran akan krisis pangan. Oleh karena itu, penting untuk terus mendorong pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi yang memperhatikan lingkungan.

Ketua Umum AMSI, Wahyu Dhyatmika mengajak semua pihak untuk memahami pentingnya isu lingkungan dan bekerja sama dalam mencari model pembangunan ekonomi alternatif.

"Kita akan terus bergerak ke arah jurang yang akan menjadi titik balik dari bumi yang kita diami bersama, jika tidak bisa mengubah gaya hidup dan menemukan model pembangunan ekonomi alternatif," tegasnya.

Hm, implementasi sustainability memang nggak mudah. Tapi, kita hanya bakal jalan di tempat jika nggak dimulai dari sekarang. Betul, Millens? (Siti Zumrokhatun/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024