Inibaru.id - Natal dan Tahun Baru (Nataru) harusnya menjadi momen bahagia semua orang. Namun, situasi kurang menyenangkan justru dialami para nelayan Tambakrejo, Gayamsari, Kota Semarang. Terhitung sejak Natal, sebagian besar nelayan di sana memilih menambatkan perahunya jauh-jauh dari garis pantai.
Laut Jawa yang menjadi ladang rezeki mereka tengah bergejolak. Ombaknya tinggi-tinggi, imbas dari cuaca ekstrem yang mendera pesisir utara Kota Lunpia. Demi keselamatan, para warga Kampung Nelayan itu pun memilih nggak melaut.
Charis, salah seorang nelayan Tambakrejo, memilih berdiam diri di daratan. Sesekali dia duduk-duduk sembari bergurau bersama tetangganya yang juga nelayan, nggak jauh dari rumah. Dia mengatakan, selama cuaca masih jelek, aktivitas melaut bakal mereka kesampingkan lebih dulu.
"Andai saya punya sembilan nyawa kayak di gim-gim itu mungkin saya berani melaut," kelakar pemuda murah senyum tersebut pada 27 Desember 2022 lalu, yang segera disambut tawa teman-temannya.
Memilih Pasrah
Charis mengaku sudah nggak mau lagi menggerutu dan memilih pasrah dengan kondisi yang terjadi saat ini. Meski begitu, kentara sekali raut kesedihan di mukanya. Dia sedih karena momen Tahun Baru bakal membuatnya nggak bisa apa-apa karena nggak punya uang.
"Pada 23 Desember lalu ada dua kapal tongkang yang terbawa ombak; satu sudah dievakuasi, satunya terdampar di bibir pantai," cerita Charis terkait alasan yang membuatnya kian takut untuk melaut. "Lha wong tongkang saja sampai diempas ombak, kok!"
Menurutnya, cuaca buruk pada akhir tahun sebaiknya memang dihindari. Pengalamannya selama 15 tahun sebagai nelayan yang membuatnya paham betul situasi tersebut.
"Cuaca kayak gini paling lama selesai satu bulanan," kata dia.
Kerja Serabutan
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Charis memilih bekerja serabutan. Salah satu pekerjaan yang biasa dia andalkan saat cuaca ekstrem datang adalah menjadi kuli bangunan. Lalu, kalau proyek sedang nggak ada, dia biasanya memilih mencari kerang hijau atau memperbaiki perahu dan jaring.
"Kerang hijau (Perna viridis) bisa menjadi sampingan kalau nggak melaut. Tapi, itu pun saat ini harganya lagi kurang bagus," ujarnya.
Menurut penuturan Charis, harga kerang hijau sekarang juga sedang rendah banget, yakni nggak lebih dari Rp5.000 per kilogram.
"Kalau sedang bagus bisa tembus Rp9.000 per kilogram," ungkap lelaki yang biasa melaut dengan perahu kecil bersama kakak kandungnya tersebut.
Duh, kasihan juga, ya! Semoga Tahun Baru menjadi awal yang baik untuk para nelayan Tambakrejo, Millens! (Fitroh Nurikhsan/E03)