BerandaHits
Minggu, 4 Feb 2023 11:22

Cara Tepat Memperlakukan Sampah Elektronik di Sekitar Kita

Sampah elektronik perlu penanganan khusus karena termasuk kategori B3 (Bahan Berbahaya Beracun). (Antara/Irwansyah Putra)

Sampah elektronik nggak bisa dibuang begitu saja bebarengan dengan sampah rumah tangga lainnya. Ia mengandung bahan berbahaya dan beracun yang bisa mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia. Lalu, bagaimana cara yang tepat memperlakukan sampah elektronik?

Inibaru.id – Di sekitar kita, nggak cuma sampah rumah tangga yang menumpuk. Sampah eletronik bekas penggunaan barang-barang elektronik rumah tangga seperti baterei, ponsel, kulkas, radio, televisi, dan lainnya juga jumlahnya sangat banyak.

Jika ada sampah jenis tersebut di rumah, apa yang seharusnya kita lakukan? Tentu saja membuangnya di tempat sampah bukan jawabannya. Sampah elektronik perlu penanganan khusus karena termasuk kategori B3 (Bahan Berbahaya Beracun). Jika dibuang bebas, sampah elektronik itu akan mencemari lingkungan serta membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan sekitar.

Sebelum membuang ke tempat yang tepat, terlebih dulu kita harus bisa membedakan jenis sampah eletronik. Setidaknya, di sekitar kita ada enam jenis sampah elektronik.

  1. Sampah peralatan rumah tangga seperti rice cooker, setrika, hair dryer, dan lainnya;
  2. Sampah peralatan hiburan seperti DVD player, kamera, radio, dan lainnya;
  3. Sampah peralatan teknologi informasi dan komunikasi seperti ponsel, laptop, komputer, flashdisk, dan lainnya;
  4. Sampah peralatan listrik seperti baterai, kabel, dan lainnya;
  5. Sampah perlengkapan cahaya seperti bohlam, lampu LED, dan lainnya;
  6. Sampah mainan dan alat olahraga seperti konsol gim dan treadmill.

Sekilas tentang EwasteRJ

Komunitas EwasteRJ merupakan komunitas yang bergerak dalam bidang pengelolaan sampah elektronik. (Instagram/ewasterj)

Setelah memilah-milahnya, kemudian kamu baru bisa menghubungi pihak yang mau menerima sampah elektronik, salah satunya adalah komunitas EwasteRJ. Itu merupakan komunitas yang bergerak dalam bidang pengelolaan sampah elektronik.

Komunitas yang didirikan oleh RJ atau Muhammad Rafa Ibnu Sina Jafar itu sudah memiliki layanan yang tersebar di berbagai kota di Indonesia seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, Salatiga, Surabaya, Tuban, Palembang, Banjarmasin, Manado, serta Makasar.

Jika sampah eletronik dari rumah sudah kamu siapkan, maka selanjutnya masukkan sampah-sampah itu ke dropbox dari komunitas EwasteRJ yang ada di kota-kota tadi ya, Millens.

"Kumpulkan e-waste (sampah elektronik) ke dropbox terdekat. Pisahkan per jenis e-waste sebelum dikirim, terutama baterai yang seringkali cairan hitamnya sudah keluar-keluar. Jangan membuang e-waste bercampur dengan sampah jenis lain," jelas External Relation EwasteRJ Pranandya Wijayanti, dilansir dari Liputan6, Kamis (8/7/2021).

Sampah-sampah yang sudah terpilah menjadi enam kategori tersebut kemudian diangkut secara berkala satu sampai dua bulan sekali oleh perusahaan pendaur-ulang khusus sampah elektronik rekanan EwasteRJ yan tersertifikasi oleh KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan).

Dengan alur sampah elektronik dari rumah kita menuju perusahaan daur ulang itu, Komunitas EwasteRJ berharap mereka bisa mengurangi sampah nggak terkelola yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).

Nah, sekarang kamu sudah nggak bingung lagi untuk membuang sampah elektronik, kan? Meski sudah ada komunitas atau pihak yang mengelola sampah tersebut, alangkah baiknya kita juga melakukan upaya pengurangan sampah elektronik, ya.

Cara meminimalisasi sampah elektronik antara lain dengan nggak buru-buru membeli barang elektronik baru sebelum berusaha memperbaikinya ya, Millens! Bisa kan? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

KPU Jateng Fasilitasi Debat Cagub-Cawagub Tiga Kali di Semarang

4 Okt 2024

Masih Berdiri, Begini Keindahan Bekas Kantor Onderdistrict Rongkop Peninggalan Zaman Belanda

4 Okt 2024

Gen Z Cantumkan Tagar DESPERATE di LinkedIn, Ekspresikan Keputusasaan

4 Okt 2024

Sekarang, Video Call di WhatsApp Bisa Pakai Filter dan Latar Belakang!

4 Okt 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Indonesia Terjerat Pinjol?

4 Okt 2024

Ini Waktu Terbaik untuk Memakai Parfum

4 Okt 2024

Wisata Alam di Pati, Hutan Pinus Gunungsari: Fasilitas dan Rencana Pengembangan

4 Okt 2024

KAI Daop 4 Semarang Pastikan Petugas Operasional Bebas Narkoba Lewat Tes Urine

4 Okt 2024

Indahnya Pemandangan Atas Awan Kabupaten Semarang di Goa Rong View

5 Okt 2024

Gelar HC Raffi Ahmad Terancam Nggak Diakui, Dirjen Dikti: Kampusnya Ilegal

5 Okt 2024

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

5 Okt 2024

Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa, Pengakuan atas Kontribusi Luar Biasa

5 Okt 2024

Ekonom Beberkan Tanda-Tanda Kondisi Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik

5 Okt 2024

Tembakau Kambangan dan Tingwe Gambang Sutra di Kudus

5 Okt 2024

Peparnas XVII Solo Raya Dibuka Besok, Tiket Sudah Habis Diserbu dalam 24 Jam

5 Okt 2024

Pantura Masih Pancaroba, Akhir Oktober Hujan, Masyarakat Diminta Jaga Kesehatan

6 Okt 2024

Pasrah Melihat Masa Depan, Gen Z dan Milenial Lebih Memilih Doom Spending

6 Okt 2024

Menikmati Keseruan Susur Gua Pancur Pati

6 Okt 2024

Menilik Tempat Produksi Blangkon di Gunungkidul

6 Okt 2024

Hanya Menerima 10 Pengunjung Per Hari, Begini Uniknya Warung Tepi Kota Sleman

6 Okt 2024