BerandaHits
Sabtu, 18 Okt 2024 08:00

Ajudan yang Lakukan Tindakan Represif ke Wartawan Akhirnya Minta Maaf

Seorang wartawan Wisnu dan Ajudan Pj Gubernur Jateng Tri Antoro (tengah) memenuhi permintaan maaf terbuka di Pemprov Jateng. (Inibaru.id/ Danny Adriadhi Utama)

Seorang ajudan Pj Gubernur Jateng Tri Antoro akhirnya meminta maaf secara terbuka atas insiden ditariknya kaki wartawan saat konfirmasi kepada Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana.

Inibaru.id - Seorang ajudan Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah, Tri Antoro menyampaikan permohonan maaf secara terbuka terkait kasus tindakan represif menarik kaki seorang jurnalis di Semarang, Wisnu Indra Kusuma. Aksi represif itu dilakukan saat melaksanakan wawancara pada Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana usai acara Rakernas ASKOMPSI di Hotel Patra Jasa Kota Semarang, Kamis (26/9).

Permohonan maaf Tri Antoro disampaikan di halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah dan disaksikan puluhan wartawan lainnya. Tri didampingi oleh Kabag Humas dan Protokol Biro Umum Setda Provinsi Jawa Tengah, Dicky Adinurwanto.

Sementara Wisnu Indra Kusuma selaku korban didampingi oleh Wakil Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah Zainal Abidin Petir dan Koordinator Bidang Advokasi Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Kota Semarang M Dafi Yusuf.

"Saya selaku pribadi memohon maaf kepada Mas Wisnu dan tentu rekan rekan wartawan atas kejadian yang berlangsung pada saat bertugas di Hotel Patra Jasa," kata Tri Antoro di hadapan puluhan wartawan, Kamis (17/10).

Dia menyebut tindakan tersebut tidak ada niat sedikitpun untuk melukai Wisnu dan tidak bermaksud menghalang-halangi wartawan yang betugas mencari dan memperoleh informasi. Kejadian ini akan menjadi evaluasi dan pembelajaran, khususnya bagi dirinya.

"Saya mohon maaf kepada Mas Wisnu secara pribadi. Dan tentunya ini akan menjadi evaluasi bagi kami dalam melaksanakan tugas selanjutnya untuk lebih berhati-hati," ungkapnya.

Pada kesempatan itu, Wisnu menerima permohonan maaf Tri Antoro. Dia menjelaskan bahwa wartawan tidak memiliki niat buruk terhadap Pj Gubernur Jateng Nana Sudjana. Apa yang dilakukan adalah bagian dari tugas wartawan yang mencari informasi.

"Kita sebagai jurnalis, insan pers atau wartawan, kalau meliput kita gak mungkin melukai pimpinan. Kita hanya bekerja mencari informasi dan mengkonfifmasi ke beliau dalam hal ini Pak Nana Sudjana," ungkap Wisnu.

Ajudan Pj Gubernur Tri Antoro mengatakan bahwa dirinya tidak ada niat sedikitpun melukai wartawan Wisnu.(Inibaru.id/ Danny Adriadhi Utama)

Wakil Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah Zainal Abidin Petir mengatakan sangat menyayangkan adanya aksi represif yang dilakukan seorang ajudan Pj Gubernur Jateng terhadap wartawan. Wartawan hanya menjalankan tugas mulia untuk klarifikasi terkait informasi kepada masyarakat.

"Jadi jangan pakai aksi kekerasan. Ini ajudan dari Polri saya tahu disiplin, dan harus diketahui juga wartawan tidak ada niatan buruk mencelakai kepada narasumber," kata Zainal.

Seharusnya bila tidak berkenan pimpinannya, cukup memberitahu saja tidak harus mencelakai dengan menarik kaki seorang wartawan.

"Langkah ini penting karena agar tidak terjadi lagi tindakan represif kepada wartawan saat amankan pimpinannya," ujarnya.

Karena pihak Pj Ajudan sudah meminta, dan permintaan maaf sudah diterima oleh korban dalam hal ini seorang wartawan bernama Wisnu, lantas laporan penganiayaan atau tindakan represif ajudan terhadap wartawan tidak diteruskan dalam laporan kepolisian.

"Mereka sudah damai. Bila tidak minta maaf terbuka bisa kami teruskan ke laporan polisi," jelasnya.

Sementara itu, Koordinator Bidang Advokasi AJI Kota Semarang M Dafi Yusuf mengapresiasi permintaan maaf Tri kepada Wisnu. Dia menekankan, jurnalis dalam menjalankan tugasnya dilindungi oleh UU dan tindakan menghalang-halangi jurnalis merupakan pelanggaran.

"Untuk itu menghalangi-halangi jurnalis dalam memperoleh informasi termasuk pelanggaran. Kami juga berharap kejadian ini bisa menjadi evaluasi bersama bahwa ketika kita wawancara beliau hanya untuk mengkonfirmasi kebenaran suatu peristiwa," ujar Dafi. (Danny Adriadhi Utama/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024