BerandaFoto Esai
Minggu, 2 Okt 2021 23:49

Pandai Besi Semarang Juyono, Profesi Warisan yang Disandang Sejak 1970-an

Sudah paruh baya, tapi Juyono masih setia dengan profesi warisan yang disandangnya sejak 1970-an, yang membuatnya menjadi salah satu pandai besi Semarang yang paling terkenal.

Inibaru.id - Tatapan mata Juyono nggak berpaling sedikit pun dari gerinda yang dipakai untuk menajamkan gaman buatannya. Dia agaknya juga nggak menyadari kedatangan saya pada Jumat (1/10/2021) siang itu. Di sebelahnya, api yang menyala menimbulkan suara keras, membuat saya kesulitan menyapanya.

Setelah agak mendekat, saya memberanikan diri memanggilnya dengan suara agak melengking; barulah lelaki paruh baya itu menoleh. Sebentar menyapa, dia segera berpaling dan kembali fokus dengan pekerjaannya sebagai pandai besi.

Menjadi pandai besi bagi Juyono adalah sebuah panggilan hidup. Maka, wajar kalau dia melakoninya dengan sepenuh hati. Inilah profesi warisan yang diturunkan oleh sang ayah, yang dilakoninya sejak 1970-an hingga sekarang.

"Dulu bapak saya pandai besi, lalu saya. Sekarang anak saya juga pandai besi," tutur lelaki 62 tahun yang tinggal di Desa Kaligetas, Kecamatan Mijen, Kota Semarang, tersebut. "Ini jadi keahlian turun-temurun."

Juyono memang tampak begitu mendalami profesinya sebagai pandai besi. Kendati harus bersaing dengan banyak pabrik pembuat perkakas yang diperkuat peralatan canggih, dia nggak gentar. Dia mengaku cukup percaya diri dengan gaman-gaman yang dihasilkannya.

“Saya selalu mengutamakan kualitas, mengerjakan dengan sungguh-sungguh, telaten, dan tekun; supaya pelanggan puas dan datang kembali,” ujarnya.

Barang-barang yang dibuat Juyono antara lain parang, cangkul, sabit, dan linggis. Perkakas yang dibuatnya itu membuat namanya cukup dikenal di kalangan masyarakat. Bahkan, Juyono mengaku sudah punya banyak pelanggan dari Semarang maupun luar daerah.

“Pembeli datang dari berbagai daerah, mulai dari Temanggung, Magelang, Kendal, dan lain lain. Biasanya dalam sekali pesen ada puluhan atau ratusan unit,” ungkap Juyono sembari bekerja. "Selain membuat, saya juga menajamkan perkakas."

Saat saya tiba di rumah Juyono, kebetulan ada salah seorang pelanggan yang bertandang. Munir Susilo namanya. Dia datang dari Sukorejo, Kabupaten Kendal, untuk mengantarkan 50 pisau tumpul agar bisa ditajamkan kembali.

Munir, begitu Juyono menyapa lelaki yang mudah akrab tersebut, mengaku sudah bertahun-tahun dirinya menjadi pelanggan tetap Juyono. Menurutnya, dia sudah sangat percaya dengan kualitas pekerjaan Juyono.

"Harganya juga terjangkau buat saya,” ujar Munir yang juga mengatakan bahwa untuk pisau ukuran paling kecil, harganya mulai dari Rp 75 ribu, sedangkan yang paling besar adalah 150 ribu. (Triawanda Tirta Aditya/E03).

Juyono butuh konsentrasi tinggi saat bekerja.
Suasana bengkel Juyono.
Butuh konsentrasi tinggi saat bekerja sebagai Pande Besi.
Landskap Kampung Pande Besi di Semarang.
Sosok Juyono tersenyum sembari membawa hasil produk buatanya.
Bak berisi air untuk mendinginkan barang buatan Juyono.
Beberapa palu sebagai alat bantu pekerjaan Juyono
Juyono memakai masker sebagai protokol kesehatan Covid-19.
Ikon Kampung Pande Besi di Mijen, Kota Semarang.
Bekas arang yang sudah dipakai.

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024