BerandaFoto Esai
Senin, 9 Mei 2021 12:01

Ngopi dan Ngaji di Kompleks 'Kafe Warna-warni' Masjid Kontainer Semarang

Masjid adalah syiar Islam: keberadaannya menjadi penanda eksistensi umat; saf-saf yang terisi adalah simbol kekukuhan penganutnya. Nah, untuk menjadikan anak muda sebagai bagian dari jemaahnya, Masjid Ahmad Bin Adenan memilih konsep bangunan yang menyatu dengan kafe warna-warni; menjadi paket komplet untuk nongkrong sekaligus beribadah.<br>

Inibaru.id - Sejumlah peti kemas berbagai ukuran dicat warna-warni, disusun dengan apik di sepetak tanah di sudut Jalan MH Thamrin Kota Semarang. Tumpukan kontainer itu membentuk sebuah kompleks bangunan yang unik. Ah, satu kafe lagi berdiri di pusat kota, pikir saya.

Namun, sepertinya saya keliru begitu melihat orang-orang bersarung memasuki kompleks bergaya industrial tersebut. Sebuah masjid?

Yap, seorang pemuda tanggung yang berada sepelemparan batu dari tempat ibadah umat muslim yang kemudian saya ketahui bernama Masjid Ahmad Bin Adenan itu mengonfirmasi. Saya bukanlah yang pertama kecele. Dari luar, kompleks kontainer yang dilengkapi deretan lampu warna-warni dan hiasan meriah itu memang lebih mirip kafe ketimbang masjid.

Namun, cobalah masuk ke masjid yang berlokasi nggak jauh dari Simpang Lima Semarang tersebut. Interior masjid sudah diberi lantai dan plafon kayu dengan dinding berwarna dominan putih. Laiknya kebanyakan masjid, bangunan ini juga memiliki mimbar, tempat imam, garis saf untuk makmum, serta penanda waktu salat.

Berbeda dari tampilan luarnya yang cukup ramai, desain interior masjid ini lebih kalem. Hangat, tapi terasa adem karena beberapa sudut ruangan tersebut telah dilengkapi AC. Berada di dalam masjid ini, saya merasa betah.

Pengurus Masjid Ahmad Bin Adenan Reza Mahardika mengklaim, mungkin inilah masjid pertama dan satu-satunya di Kota Semarang yang dibangun dari susunan kontainer.

“Kami sengaja pakai (konsep) kontainer biar kekinian dan memantik minat anak muda untuk berkunjung ke masjid ini,” terang Reza sembari mengajak saya melakukan tur singkat, belum lama ini.

Menurutnya, masjid kontainer Semarang ini memang sengaja dibangun dengan arsitektur kiwari agar bisa menjadi sarana dakwah dengan sasaran kaum muda. Kemudian, agar betah "nongkrong" di masjid, kompleks itu pun dilengkapi kafe dengan menu utama kopi kekinian dan camilan-camilan modern seperti kentang goreng dan burger.

Farhan, salah seorang pengunjung mengaku nggak menyangka bakal menemukan masjid dengan konsep seperti Masjid Ahmad Bin Adenan ini. Pemuda yang saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa aktif di Universitas Diponegoro Semarang tersebut juga merasa cocok dengan kafenya.

“Nggak menyangka ternyata di dalamnya ada masjid. Keren!" kata Farhan yang kebetulan duduk nggak jauh dari tempat saya nongkrong malam itu.

Oiya, selama Ramadan, Masjid Ahmad Bin Adenan buka 24 jam. Kebijakan tersebut dilakukan karena selama bulan suci nggak sedikit umat muslim yang umumnya beriktikaf atau berdiam diri di masjid pada malam hari, khususnya pada sepuluh hari terakhir.

Terus, mereka juga menggelar kajian singkat atau tausiah tiap hari selama bulan puasa. Kajian itu dilakukan saban sore sembari menunggu waktu berbuka puasa tiba.

Hm, konsep masjid yang menarik! Menurut saya, cara pendekatan seperti ini bakal lebih ngena di hati dan mudah diterima anak muda. Ramadan sudah mau habis nih; jangan lupa main ke kafe bermasjid, eh, masjid berkafe ini ya! (Triawanda Tirta Aditya/E03)

Suasana masjid kontainer menjelang buka puasa.<br>
Suasana di dalam masjid saat tausiah menjelang berbuka puasa.<br>
Para jemaah mendengarkan kajian singkat di dalam masjid kontainer.<br>
Selain mendengarkan kajian selama Ramadan, kamu juga bisa ngopi dan nongki di sini semalaman.<br>
Kafe ini menjadi bagian dari kompleks masjid kontainer yang ada di Jalan MH Thamrin Semarang.<br>
Kopi dan camilan yang bisa dinikmati di kafe nggak jauh dari masjid kontainer Semarang.
Dengan dominasi warna putih, masjid kontainer ini tampak nyaman.
Selama Ramadan, masjid kontainer Semarang ini dibuka selama 24 jam.<br>
Dinding kontainer juga dipasangi lampu warna-warni biar makin kece.<br>
Kafe kontainer di kompleks masjid ini cukup nyaman untuk dijadikan sebagai tempat nongkrong. Eits, tapi jangan luoa protokol kesehatan ya!<br>

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024