Inibaru.id – Kevin Henadi yang semula hanya iseng bermain skateboard saat duduk di bangku SMA nggak pernah menyangka bahwa hidupnya sekarang malah nggak bisa dilepas dari papan luncur empat roda itu, setelah 16 tahun lamanya.
Saat saya menemuinya pada awal Maret lalu, lelaki yang gemar mengenakan topi itu tengah melakukan pemanasan sembari menunggu anak didiknya datang. Ya, saat ini Kevin adalah pelatih skateboard. Sejak menggeluti profesi ini pada 2019, dia terbiasa datang satu jam lebih awal untuk peregangan otot.
Nggak sekadar pelatih, dia juga menjadi pendiri Crossfireskateschool, sekolah skateboard pertama di Kota Semarang. Dalam satu sesi latihan, kelas Kevin bisa berisikan belasan hingga puluhan anak kalau semuanya masuk. Menarik, bukan?
Sebagai skater berpengalaman cum atlet peraih penghargaan nasional, nama Kevin memang jaminan mutu. Namun, bukan itu yang menurutnya paling penting. Sesaat sebelum para muridnya berdatangan, dia sempat mengatakan, Crossfireskateschool adalah bentuk kerisauannya.
"Ini kerisauan saya, berkaitan dengan generasi penerus dari angkatan saya dan teman-teman,” ucap lelaki asal Ungaran, Kabupaten Semarang tersebut.
Keinginan untuk mencetak generasi penerus dimulai Kevin dengan mengangkat murid pertama pada 2019; dengan latihan perdana di Alun-Alun Bung Karno Ungaran. Namun, itu nggak berlangsung lama, karena selanjutnya dia memilih memindahkan pusat latihan utamanya ke Semarang.
Pertaruhan Kevin membuka kelas di Kota Lunpia disambut antusias anak-anak yang sebelumnya main secara autodidak. Skate Park Tri Lomba Juang (TLJ) Semarang pun kemudian menjadi tempat latihan utama mereka.
"Sekarang lumayan banyak murid; yang paling kecil 4 tahun, yang paling gede usia anak SMP," ujar Kevin di tengah kesibukannya menyambut para peserta didiknya. "Usia terbaik ya segini, golden age; mereka masih mudah menangkap yang diajarkan dan berani mengeksplorasi hal baru."
Belajar Sesuai Jam Terbang
Oya, jangan membayangkan Crossfireskateschool laiknya sekolah formal yang identik dengan materi nan seragam dan pembelajaran serupa, ya, Millens! Kevin membeberkan, kelasnya punya kurikulum yang unik, karena tiap murid bakal mendapatkan pembelajaran yang berbeda-beda.
"Setiap murid wajib punya skateboard sendiri dan mengenakan pelindung kepala, sikut, serta lutut,“ jelas Kevin. "Nantinya, mereka bakal diberi metode pembelajaran sesuai jam terbang dan materi yang sudah mereka pahami.”
Menurut Kevin, metode pembelajaran seperti itu penting untuk mengembangkan potensi para muridnya yang didominasi anak-anak. Baginya, yang terpenting adalah mencetak generasi baru. Dia bahkan mematok biaya latihan yang terbilang murah agar para muridnya nggak merasa terlalu terbebani
"Kami ada paket trial, yakni Rp50 ribu untuk 1x30 menit latihan. Terus, paket tertinggi adalah Rp500 ribu untuk delapan pertemuan, tapi dibagi dua kali per minggu," terangnya.
Crossfireskateschool nantinya akan mengeluarkan dua jenis rapor, yakni Basic dan Expert. Basic jika sudah memenuhi sejumlah skill seperti balance, push down, maneuver, ollie, dan slide down; sedangkan Expert untuk yang pernah mengikuti kompetisi tingkat lokal dan luar kota.
Keinginan Anak, Dukungan Orang Tua
Tentu saja nggak mudah bagi para orang tua membiarkan anak-anaknya belajar olahraga ekstrem seperti skateboarding. Namun, hal ini nggak berlaku untuk Anindya Silvyana. Kendati pernah melihat Jeje, buah hatinya, terjerembap saat main skateboard, dia memilih membiarkannya tetap berlatih.
"Jeje masih empat tahun, sempat jatuh dan dagunya sedikit tergores. Tapi, ngelihat semangatnya untuk berlatih dan ketemu teman baru, saya bakal terus mendukungnya," ujar perempuan yang akrab disapa Anin tersebut. "Meski sekarang sudah tinggal di Yogyakarta, sebulan sekali kami latihan ke sini."
Hal serupa juga dilakukan Yuliska. Selama yang dilakukan anaknya positif dan aman, perempuan yang selalu mendampingi buah hatinya berlatih di TLJ dalam setahun terakhir ini mengaku nggak mau ambil pusing.
"Yang penting Agra (anaknya) enjoy. Saya pasti dukung," jelasnya sembari mengambil beberapa foto anaknya yang tengah beraksi di atas papan luncur.
Dukungan orang tuanya itu rupanya begitu bermakna bagi Agra. Bocah 11 tahun bernama lengkap Maleakhi Agra Raditya ini merasa lebih percaya diri saat berlatih, yang menurutnya berhasil membuat kemampuannya terus berkembang dan bertambah.
“Sebelum ini aku belajar sendiri. Nah, pas main ke TLJ, kebetulan ketemu Coach Kevin,” kenang Agra, menceritakan kembali ihwal mula dirinya bisa menjadi bagian dari Crossfireskateschool. "Sekarang, keinginanku adalah jadi pemain profesional."
Duh, melihat bocah-bocah ini bermain skateboard rasanya pengin jadi kecil lagi, ya, Millens? Ha-ha. Untuk kamu yang berniat memperkenalkan anak dengan dunia papan luncur, silakan datang ke TLJ tiap Selasa, Kamis, atau Jumat, ya! (Kharisma Ghana Tawakal/E03)