BerandaFoto Esai
Senin, 6 Jun 2021 10:52

Berteduh dan Sejenak Menepi di Gubuk Lereng Merangan Kendal

Nggak hanya wisata pantai, Kendal rupanya juga memiliki tempat wisata alam yang menarik. Yang terbaru, ada Gubuk Lereng Merangan, titian panjang di tengah areal persawahan yang memiliki gubuk-gubuk untuk berteduh atau sejenak menepi dari hiruk-pikuk perkotaan.

Inibaru.id - Menjelang sore, gerimis masih turun ketika saya tiba di Gubuk Lereng Merangan. Rencana memotret lokawisata viral di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, ini agaknya bakal gagal. Terlebih, hamparan sawah berundak yang indah menguning sudah raib karena sudah dipanen petani.

Hampir saja saja memilih putar balik dan pulang kalau nggak disapa seorang petani. Ramah sekali. Saya pun memarkir kendaraan dan memilih sejenak berteduh nggak jauh dari tempat wisata yang berlokasi di Desa Pakis, Kecamatan Limbangan, tersebut.

Untuk mencapai tempat yang terkenal dengan jembatan titian yang terbentang memanjang di antara hamparan sawah berundak ini, kamu bisa menjangkaunya lewat Gunungpati kalau kamu berasal dari Kota Semarang. Atau, kamu bisa melalui Bandungan kalau berangkat dari Kabupaten Semarang atau Solo.

Berkendara dari pusat Kota Semarang kurang lebih menghabiskan waktu satu jam. Jadi, silakan kira-kira sendiri, kapan kamu harus berangkat untuk menyaksikan sunrise atau sunset di sini. Kalau nggak hujan, pagi atau senja memang menjadi waktu terbaik untuk menyambangi Gubuk Lereng Merangan.

Sepeminuman teh berteduh, hujan reda. Saya pun bergegas masuk, membayar tiket sebesar Rp 10 ribu di loket, lalu mulai meniti jembatan sepanjang sekitar 150 meter. Di kanan dan kiri jembatan, ada enam gubuk yang bisa kamu singgahi. Sekelilingnya, areal persawahan terhampar: sebagian masih ditanami padi, sisanya sudah dipanen.

Arif, salah seorang pengelola Gubuk Lereng Merangan yang kebetulan menemani saya mengatakan, saban hari nggak kurang dari 100 pengunjung datang ke lokawisata yang berlokasi di punggung Gunung Ungaran tersebut. Saat akhir pekan atau hari libur, jumlahnya bahkan bisa berlipat-lipat.

“Wisata ini baru sebulan berjalan, mangga, Mas, ajak teman-teman ke sini untuk bersantai,” ungkapnya sembari mempersilakan saya masuk ke salah satu gubuk. “Kalau mau dapat pemandangan yang paling bagus harus ke sini pagi, cuacanya masih jernih; sore takutnya hujan.”

Senyum Ramah Petani

Seperti saya sebutkan sebelumnya, satu alasan yang membuat saya memutuskan untuk nggak buru-buru pulang adalah keramahan para petani di tempat ini. Sore itu beberapa petani memang tampak tengah memanen padi di sekitar gubuk. Di tengah kesibukannya memisahkan padi dari barangnya, mereka masih sempat menyapa kami.

Sekitar sepelemparan tombak dari saya, sejumlah petani juga sedang membersihkan cangkulnya; sepertinya habis membuat pematang sawah dan mempersiapkan lahan untuk kembali ditanami. Karena sudah sore, agaknya mereka tengah bersiap kembali ke peraduan. Saat berpapasan dengan pengunjung, nggak jarang mereka menganggukkan kepala atau menyapa.

Nggak hanya saya, keramahan ini juga dirasakan Novita, salah seorang pengunjung yang datang jauh-jauh dari Mijen, Kota Semarang. Menurutnya, yang membuat dia betah berwisata ke Gubuk Lereng Merangan adalah karena dia merasa disambut dengan baik olah warga setempat.

“Tempatnya asyik banget, pemandanganya bagus, petaninya juga ramah-ramah," ungkapnya.

Novita mengaku nggak menyangka bakal menemukan tempat serupa itu di Kendal. Sebelum ini, yangg dia tahu Kendal lebih terkenal dengan wisata pantainya.

"Nggak menyangka kalau Kendal ada tempat wisata kayak gini,” kata dia.

Tempat wisata alam yang menarik, bukan? Mumpung masih akhir pekan, silakan main ke sini, Millens! (Triawanda Tirta Aditya)

Hamparan sawah luas yang di atasnya didirikan gubuk-gubuk kecil untuk bersantai dan berswafoto.<br>
Wisata ini ada di belakang gunung Ungaran.<br>
Pemandanganya serba hijau dan udaranya sejuk.<br>
Tempat ini juga cocok untuk menikmati matahari terbenam.<br>
Sesekali kamu juga bisa ajak ngobrol petani yang ada di sini.<br>
Petani di sini hampir tiap hari beraktivitas.<br>
Ajak temen-temenmu ke sini supaya makin asyik ngobrolnya.<br>
Tiket masuknya cuman Rp 10 ribu, kok.<br>
Kalau mau bagus, datang ke sini pagi-pagi ya.<br>
Lokasinya ada di Desa Pakis, Kabupaten Kendal.<br>

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024