Inibaru.id - Pandemi corona mengharuskan seluruh kegiatan yang melibatkan banyak orang dibatasi, termasuk ibadah salat berjemaah di masjid atau musala bagi umat muslim. Sebagian orang mengkritik kebijakan ini, sebagian lainnya menawarkan solusi.
Bagi umat muslim, khususnya laki-laki, salat berjemaah adalah kewajiban. Keutamaan itulah yang memantik pitam sebagian orang Islam, yang kemudian dipadamkan fatwa MUI. Sejumlah ulama juga mulai meredam, bahu-membahu agar emosi kemarahan segera padam.
Yang terbaru, sebuah solusi datang dari Pondok Thoriqoh Ar-Rosuly di Desa Keji, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Bagi umat muslim tetap menginginkan salat berjemaah di masjid atau musala, cara ini mungkin bisa diterapkan, yakni dengan memberi semacam sekat atau hijab plastik antarjemaah.
Dengan adanya tabir bening yang terbuat dari plastik di sela para jemaah, kemungkinan Covid-19 menyebar antarmanusia sangatlah kecil. Tabir itu juga cukup bening dan tipis untuk bisa melihat gerakan imam salat dan nggak memberi jarak di antara jemaah.
Hijab plastik terbentang dari tempat imam salat ke belakang, menembus para makmum, hingga sepanjang sekitar 4-5 meter. Tabir setinggi 190 sentimeter dan lebar 70 sentimeter tiap baris itu dipasang di utas pada bagian atas dan direkatkan pada bagian bawahnya agar tetap kokoh dan tegang.
Cukup? Tentu saja tidak. Untuk meminimalisasi penularan, penjaga pondok juga mewajibkan para jemaah mengenakan masker dan mencuci tangan dengan sabun sebelum memasuki masjid. Salat berjemaahnya juga dibatasi maksimal 20 orang.
Usaha pondok pesantren ini tentu patut diapresiasi. Siapa pun bisa mengadopsinya. Yap, ini jauh lebih baik ketimbang terus-menerus berseteru kenapa mal dibuka sementara masid ditutup! Ha-ha. Selamat beribadah! (Triawanda Tirta Aditya/E03)