BerandaBudaya
Rabu, 5 Sep 2017 16:29

Perahu Pinisi Bakal Ditampilkan di Festival Seni-Budaya di Eropa

Perahu Pinisi (Foto: merdeka.com)

Perahu tradisional rakyat Sulawesi Selatan, Pinisi, akan ditampilkan di hadapan seluruh peserta Festival Europalia Indonesia (FEI) di Belgia Oktober 2017 mendatang.

Inibaru.id - Sulawesi Selatan menjadi salah satu peserta undangan dalam Festival Europalia Indonesia (FEI) pada Oktober 2017 mendatang. Perahu Pinisi legendaris yang acap kali hanya kita lihat dalam gambar ilustrasi mata uang itu akan ditampilkan dalam pagelaran tersebut.

Diselenggarakan tiap dua tahun sekali, Festival Europalia adalah ajang seni dan budaya paling bergengsi di Eropa yang berfungsi menguatkan hubungan antara negara Eropa dan negara tamu khusus melalui diplomasi dan pertukaran budaya.

Dilansir dari GNFI, festival yang berlangsung di Belgia ini umumnya menyajikan berbagai karya seni, mulai dari musik, lukis, fotografi, film, teater, tarian, sastra, arsitektur, fashion, dan bahkan gastronomi.

Nah, dalam gala seni Oktober nanti, perahu tradisional rakyat Sulawesi Selatan itu rencananya akan ditampilkan di hadapan seluruh undangan yang hadir. Perahu pinisi akan dihadirkan sebagai bagian dari undangan Europalia terhadap Indonesia.

Baca juga:
Dilupakan di Negeri Sendiri, Wayang Kancil Justru Tenar di Luar Negeri
Rindu Tanah Air, Orang Indonesia Bikin Pasar Hamburg

Dalam perhelatan tersebut, Indonesia menjadi negara tamu ke-26 yang mengikuti festival. Yang membanggakan, Indonesia merupakan “tamu” pertama dari negara-negara kawasan Asia Tenggara yang diundang. Sementara untuk Asia, negeri ini adalah tamu keempat setelah Jepang, Tiongkok, dan India.

Duta Besar Kerajaan Belgia, Patrick Herman, mengatakan bahwa perahu pinisi Sulawesi Selatan itu akan ditampilkan bersama dengan sejumlah kesenian dan kebudayaan dari berbagai daerah di Indonesia.

“Festival ini didedikasikan untuk Indonesia. Kami akan menampilkan kapal Pinisi di festival tersebut," kata Patrick Herman kepada Kompas, Selasa (29/8).

Patrick Herman juga mengundang Presiden Indonesia Joko Widodo dan Gubernur  Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo (SYL) untuk hadir dan menyaksikan kemeriahaan festival tersebut secara langsung.

Dalam prediksi Herman, festival rutin ini bisa mendatangkan sedikitnya satu juta pengunjung dalam sekali perhelatan. Hal ini merupakan asumsi yang dilihat dari antusiasme peserta pada penyelenggaraan sebelumnya.

Baca juga:
Si Kerambit, Kecil-kecil Mematikan
Batik Kembali Jadi Primadona di Laos

Herman yang datang sendiri ke Sulawesi Selatan mengaku, kunjungan ke daerah asal perahu pinisi juga bertujuan untuk menguatkan hubungan bilateral antara Belgia dan Indonesia khususnya Sulawesi Selatan.

“Hubungan yang dijajaki fokus pada kerjasama di bidang maritim, makanan dan minuman, serta pertanian. Termasuk juga kemungkinan menjajaki sektor pariwisata, pembiayaan dan infrastruktur,” tambahnya.

Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo berharap, penampilan perahu Pinisi pada festival itu semakin memopulerkan perahu tradisionalitu dalam kancah Internasional serta bisa menarik masyarakat dunia untuk datang dan berwisata ke Sulawesi Selatan.

Festival  ini akan berlangsung selama 4 bulan mulai Oktober 2017 hingga Januari 2018 berturut-turut di berbagai kota di negara Eropa, di antaranya Belanda, Jerman, Inggris, dan Prancis.

Sebelumnya, FEI 2017 akan dibuka oleh Presiden RI dan Raja Belgia pada 10 Oktober 2017 di BOZAR (Center for Fine Arts, Brussels). (GIL/IB)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024

Menyusuri Perjuangan Ibu Ruswo yang Diabadikan Menjadi Nama Jalan di Yogyakarta

11 Nov 2024

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024