BerandaBudaya
Rabu, 18 Jul 2017 08:25

Gemulai Tari Serimpi, Memesona di Mata Dunia

Indonesia memiliki berbagai ragam seni dan juga budaya, ini dikarenakan banyaknya suku yang ada di Indonesia yaitu hampir 1500 suku tinggal di negeri dengan populasi terbesar ke 4 di dunia. Tiap suku memiliki ciri khas yang jadi daya tarik tersendiri. Salah satunya adalah berbagai jenis tari tradisional Indonesia yang mewakili tiap suku masyarakat di negeri ini.

inibaru.id - Indonesia memiliki berbagai ragam seni dan juga budaya, ini dikarenakan banyaknya suku yang ada di Indonesia yaitu hampir 1500 suku tinggal di negeri dengan populasi terbesar ke 4 di dunia. Tiap suku memiliki ciri khas yang jadi daya tarik tersendiri. Salah satunya adalah berbagai jenis tari tradisional Indonesia yang mewakili tiap suku masyarakat di negeri ini. Banyak orang yang kagum akan tarian Indonesia yang memiliki keunikan dan gaya yang khas.

Masih segar dalam ingatan, saat beberapa tarian Indonesia diakui sebagai tarian asli negara tetangga. Tak perlu disebutkan negara mana dan tarian apa, yang menjadi masalahnya adalah kita sebagai warga negara Indonesia yang tak pandai menjaga warisan budaya. Peristiwa tersebut menjadi teguran untuk diri kita pribadi untuk selalu belajar dan menjaga warisan budaya Indonesia.

Tak banyak yang tahu, bahwa dunia jatuh hati dengan beberapa tarian nusantara. Salah satunya adalah tari Serimpi, yang sering ditampilkan dalam beberapa even yang ada di luar negeri. Nah, seperti apa fakta dibalik tari Serimpi ini, simak ulasannya berikut.

Tarian dari Surakarta dan Yogyakarta

Tari Serimpi berasal dari daerah Surakarta dan Yogyakarta. Tarian Serimpi merupakan salah satu tari klasik yang dimainkan oleh beberapa penari wanita cantik dan anggun.

Bentuk Kesopanan Perilaku Masyarakat

Tarian ini menggambarkan kelemah-lembutan dan kesopanan yang diperlihatkan dari gerakan yang pelan dan lembut oleh masing-masing penarinya. Tarian yang sarat akan makna untuk selalu mengajarkan dan menjaga kesopanan diri dimanapun berada serta selalu bersikap baik terhadap semua orang tanpa memandang agama, suku, ras ataupun warna kulit.

Sebagai Perantara ke Alam Mimpi

Nama Serimpi sendiri oleh Dr. Priyono dikaitkan dengan akar kata “impi” atau mimpi. Gerakan lemah gemulai tarian serimpi yang berdurasi 3/4 hingga 1 jam itu dianggap mampu membawa para penonton ke alam lain (alam mimpi). Penonton akan terhanyut dan terbawa oleh alur tarian Serimpi yang memiliki waktu pementasan cukup lama. Tak banyak yang menyadari bahwa tarian ini merupakan tarian yang menggerakkan alam bawah sadar penonton untuk ikut ambil bagian dalam setiap alur tarian.

Tarian Sakral Keraton

Konon, munculnya tari Serimpi berawal dari masa kejayaan Kerajaan Mataram, saat Sultan Agung memerintah antara 1613-1646. Dan tarian ini dianggap sakral karena hanya dipentaskan dalam lingkungan keraton sebagai ritual kenegaraan hingga peringatan Naik Tahta Sultan.

Menjaga Keaslian Tari

Pada era sekarang ini tari Serimpi sendiri tak hanya dipentaskan dalam lingkungan keraton, namun sudah dipentaskan di berbagai negara sebagai wujud pengenalan budaya kepada negara lain. Meskipun telah dipentaskan di negara lain, tidak mengurangi kesakralan tarian Serimpi sendiri. Karena pada saat sebelum pentas, terdapat ritual sendiri dari tetua, untuk memohon ijin kepada leluhur, hal itu dilakukan untuk menjaga warisan leluhur agar tetap terlindungi, dan terjaga keasliannya.

Itulah Tarian Asli Indonesia, tari Serimpi yang sudah mendunia, sebenarnya masih banyak lagi tarian Indonesia lainnya jadi ciri khas tiap daerah yang memesona di mata dunia. Indonesia sangat terkenal dengan seni dan budayanya, sudah sepatutnya kita menjaga dan melestarikannya budaya yang kita punya. Untuk itu marilah kita bersama-sama belajar untuk tidak sekedar mengerti nama tarian saja, namun juga sedikit banyak tahu gerakan-gerakannya. Setuju? . (HH/IB)

 

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024