BerandaAdventurial
Kamis, 3 Feb 2021 16:00

Kunci Menahan Napas di Kedalaman ala Suku Bajau yang Ribuan Tahun Hidup di Lautan

Suku Bajau, ahli menyelam tanpa peralatan yang mampu menahan napas sangat lama. (Getty Images/Timothy Allen)

Suku Bajau yang ribuan tahun hidup di lautan bisa ditemukan di sejumlah tempat, termasuk di wilayah Indonesia. Sekali menyelam, mereka konon bisa bertahan sangat lama hingga ke dasar laut. Gimana kunci menahan napas di kedalaman ala Suku Bajau?

Inibaru.id – Guinness Book of World Records mencatat, free-diver Jerman Tom Sietas mampu menahan napas di dalam air selama 22 menit 22 detik pada 2012. Sementara, rekor menahan napas terlama untuk perempuan dipegang Karoline Meyer pada 2009 dengan 18 menit 32,59 detik.

Catatan ini tentu saja mencengangkan, karena umumnya manusia hanya bisa menahan napas di dalam air selama 1-3 menit. Namun, agaknya pencapaian mengagumkan itu nggak berlaku untuk Suku Bajau Laut atau biasa disingkat Bajau saja.

Konon, suku yang ribuan tahun hidup berdampingan dengan lautan itu bisa bertahan lebih lama di kedalaman ketimbang kemampuan rata-rata manusia.

Anak-anak dari Suku Bajau. (Pinterest)

Nggak hanya kemampuan menahan napas yang mengagumkan, suku yang mendiami sejumlah perairan di Indonesia, Filipina, Thailand, dan Malaysia itu juga diyakini mempunyai kemampuan fisik yang baik untuk beradaptasi dengan lautan yang ganas. Hal ini bahkan membuat para peneliti berdecak kagum.

Dikutip dari jurnal Human Evolution, Vol 29 n. 1.3 yang terbit pada 2014 lalu, dua peneliti dari Swedia, Erik Abrahamsson dan Erika Schagatay, menjabarkan orang-orang Suku Bajau sebagai pengelana samudera. Mereka secara alami menjadi penyelam gaya bebas yang andal di laut lepas.

Menyelam tanpa peralatan diving apa pun, para lelaki Suku Bajau dikenal ahli dalam menombak ikan di dalam lautan, sedangkan para perempuannya cermat mengumpulkan hasil laut di perairan yang lebih dangkal. Mereka terlatih menjadi penyelam sejak belia.

Kehidupan Suku Bajau. (Beritagar/EPA/Ahmad Yusni)

Nggak berhenti di situ, mereka juga mampu mengembangkan kemampuan fisiknya untuk menyelam lebih dalam dan lama hingga seiring dengan bertumbahnya usia. Mereka terus mengembangkan kemampuan itu hingga akhir hayat.

Di Indonesia, Suku Bajau bisa ditemukan di perairan Buton, La Solo, serta Pulau Tukang Besi di Sulawesi Tenggara, Ambon, serta Riau. Orang-orang Suku Bajau ini tinggal di rumah yang didirikan di tengah laut dengan tiang-tiang pancang yang cukup tinggi.

Selain itu, ada pula orang Bajau yang tinggal di pinggir pantai. Bahkan, ada orang yang tinggal di rumah yang juga bisa berfungsi sebagai perahu.

Teknik menyelam 'tarawi' menjadi kunci Suku Bajau mampu bertahan lama di dalam air. (Divershome)

Abrahamsson dan Schagatay mengatakan, orang Bajau umumnya bisa menahan napas selama 3-4 menit sekali menyelam. Konon, kemampuan ini sudah diturunkan sejak ribuan tahun lalu. Mereka memakai teknik “Tarawi”.

Tarawi adalah teknik menyelam khusus yang diajarkan secara turun-temurun, yang menirukan gaya menyelam seekor bebak atau disebut gaya bebek. Cara ini dilakukan demi menghemat tenaga dan napas.

Kemampuan menyelam ini juga diikuti dengan kemampuan berburu ikan yang mereka tangkap dengan peralatan seadanya seperti tombak. Oya, untuk bisa melihat di dalam air, mereka membuat kacamata selam sendiri.

Orang Bajau tengah berburu binatang laut. (Lostininternet/James Morgan)

Nggak cuma dikonsumsi pribadi, hasil laut yang mereka dapatkan kemudian juga diperdagangkan atau ditukar dengan bahan-bahan pokok lain seperti beras, sayur, dan lain-lain.

Kemampuan menyelam Suku Bajau ini memang sangat luar biasa, ya Millens! Selain kemampuan alami dan teknik menyelam turun-temurun, kunci menawan napas di kedalaman ala Suku Bajau ternyata juga diikuti latihan terus-menerus seumur hidup. Hm, bisa nggak ya? (Ind/IB09/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Harga Gabah Naik, Sumanto Ajak Petani Jalan dengan Kepala Tegak

3 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: