Inibaru.id – Setelah terjadinya transisi antara pengaruh Hindu dan Islam, tentu saja banyak berkembang akulturasi budaya di Indonesia. Salah satu buktinya ialah bangunan yang bercorak Hindu dan Islam.
Selain Masjid Agung Kudus yang memiliki bentuk bangunan mirip pura atau candi pada menara masjidnya, di Kudus kamu juga bisa menemukan bangunan serupa pada Masjid Jami Wali Al-Ma’mur.
Masjid yang juga dikenal dengan nama Masjid Wali Jepang Kudus ini dibangun sekitar abad ke-16. Masjid Wali Jepang Kudus berlokasi di Jalan Suryo Kudumo gang 6, Desa Jepang, Kecamatan Mejono, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
FYI, nama Jepang nggak ada hubungannya dengan negara Jepang ya. ‘Jepang’ berasal dari kata Jipang, nama kadipaten di mana Arya Penangsang pernah memerintah.
Bangunan yang dibangun oleh Arya Penangsang, murid kesayangan Sunan Kudus ini awalnya digunakan sebagai tempat istirahat setelah ia menempuh perjalanan jauh dari Jipang.
Bentuk gapura yang menonjol juga sebenarnya dibangun menyesuaikan dengan bentuk bangunan yang ada di kompleks Menara Kudus. Maklum, Arya Penangsang merupakan murid dari Sunan Kudus.
“Dulu Arya Penangsang, murid kinasih dari Sunan Kudus. Beliau itu berasal dari Cepu, Blora, Jawa Tengah. Kalau ke Kudus mampir ke sini, kemudian membuat tempat istirahat dan berdakwah beribadah dan membangun sebuah masjid ini dengan gapura,” ungkap Juru Pelihara Masjid Wali Al-Ma’mur Fatkhur Rokhman Aziz yang dilansir dari Muria News, Rabu (9/11/2022).
“Arya Penangsang mengacu kepada gurunya, yakni membuat gapura yang dipadukan kebudayaan Hindu yang dibuat oleh Sunan Kudus. Kemudian, beliau membangun sebuah masjid ada gapura dan jadilah masjid,” dia menambahkan.
Masjid Jami Wali Al-Ma’mur kini menjadi salah satu tempat wisata religi yang menyimpan nilai sejarah. Gapura Paduraksa kini juga masuk ke dalam benda cagar budaya yang dilindungi, lo, Millens.
Di Masjid Wali Jepang Kudus juga menyimpan benda-benda peninggalan Sunan Kudus. Di antaranya mustoko masjid, empat saka guru, hingga makam kuno.
Omong – omong ya, nggak hanya bentuknya yang mirip candi, Gapura Paduraksa Masjid Wali ini merupakan bentuk simbol sinergi antara ulama dan pemerintah kerajaan kala itu.
“Kalau mengacu pada penerjemah serat Jawa Kuno yang bernama Ki Herman Sinung Janutama beliau mengatakan bahwa Gapura Paduraksa merupakan perpaduan pangiwo (kiri) dan panengen (kanan),” ungkap Juru Pelihara Masjid Wali Al-Ma’mur Fatkhur Rokhman Aziz yang dilansir dari Muria News, Rabu (9/11/2022).
Pangiwo mewakili pemerintah kerajaan saat itu. Sedangkan panengen mewakili ulama. Nama Padureksan atau Paduraksa itu memiliki makna perpaduan yang dijaga. Jadi awal tujuan dibangunnya Gapura Paduraksa itu untuk ngemong masyakarat.
Oya, meski masjid sudah beberapa kali mengalami perbaikan, namun bentuk bangunan Gapura Paduraksa ini masih otentik. Hanya saja kalau dulu di atas pintunya itu ada ukiran-ukiran bermotif daun dan bunga-bungaan.
Duh, jadi pengin berkunjung ke Masjid Jami Wali Al-Ma’mur dan melihat Gapura Paduraksa, ya, Millens. (Fatkha Karinda Putri/E05)