Inibaru.id - Jika ada daerah yang terlambat merasakan listrik dan kemudahan menyelesaikan kegiatan rumah tangga menggunakan alat-alat elektronik, Dusun Bondan, Desa Ujungalang Kecamatan Kampung Laut Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah adalah salah satunya. Sebelum tahun 2017, desa ini belum tersentuh listrik sama sekali lo, Millens.
Saat listrik menjadi kebutuhan pokok kita, Warga Dusun Bondan dulu masih terbiasa melewati malam dengan suasana gelap. Hanya lentera dengan bahan bakar minyak tanah (sempor) yang mereka gunakan untuk penerangan.
“Sebelum ada listrik, penerangan hanya memakai sempor. Mau gimana lagi. Karena sudah niat untuk mengelola tambak di sini ya kami menjalaninya saja,” kata Karsih, perempuan berusia 40 tahun yang jadi salah satu penduduk Dusun Bondan, sebagaimana dilansir dari Serayunews, Kamis (27/10/2022).
Warga lain Jamaludin juga mengenang cara dia menjalani hari-hari sebelum listrik datang ke wilayahnya. Katanya, satu-satunya hiburan yang bisa dia dapatkan saat beristirahat di malam hari adalah radio baterai.
“Dulu, kami hanya bisa mendengarkan radio sebagai hiburan dan sumber informasi. Yang kasihan anak-anak, kalau belajar hanya bisa memakai lampu minyak. Kini, kami sudah bisa memakai lampu dan menyalakan televisi,” ujar Jamaludin sebagaimana dilansir dari Kompas, (29/4/2022).
Pasti kamu bertanya, kenapa Dusun Bondan nggak ada jaringan listrik PLN? Alasannya adalah karena lokasinya terpencil di Segara Anakan. Jadi, daerah ini terpisah dari Cilacap yang ada di Pulau Jawa. Dari kota Cilacap, satu-satunya cara agar kamu bisa mencapai dusun ini adalah dengan naik perahu kecil selama 2 jam.
Kehidupan Berubah Sejak 2017
Tahun 2017 Dusun Bondan telah sedikit lebih terang. Pasalnya, meski nggak dijangkau jaringan PLN, mereka mendapatkan sumber energi sendiri dari Pembangkit Listik Tenaga Hybrid (PLTH). PT Pertamina memutuskan untuk membantu menginstalasi Hybrid Electric One Pool (HEOP). Perangkat ini adalah pembangkit listrik yang mendapatkan sumber energi dari angin dan sinar matahari.
Pada awalnya, perangkat masih terbatas karena hanya terdiri atas 14 kincir angin serta panel surya. Otomatis, listrik yang dihasilkan hanya bisa menerangi lampu empat rumah saja.
Pada 2018, perangkat lain berupa 5 kincir angin serta 24 panel surya kembali dipasang. Jumlahnya pun terus meningkat. Pada 2021 setidaknya ada 16.200 Watt Peak (WP) listrik yang bisa diproduksi pembangkit listrik tersebut. Hal itu membuat senggaknya 78 Kepala Keluarga di sana bisa menikmati listrik meski jatahnya cukup kecil, yaitu 500 Watt setiap hari.
“Sekarang listrik sudah masuk. Anak-anak bisa belajar dan mengaji di masjid. Manfaat lain juga banyak,” ujar warga lain, Abudin sebagaimana dilansir dari Serayunews (10/10/2021).
Setiap bulan, warga diwajibkan membayar uang Rp25 ribu untuk mendapatkan listrik tersebut. Nggak hanya mendapatkan imbalan uang, kepada pihak koperasi yang mengurus iuran terkadang warga membayarnya dengan hasil laut seperti udang totok, kerang, dan lain-lain asalkan nilainya setara.
Kini, warga Dusun Bondan juga bisa merasakan dampak lain dari masuknya tenaga listrik di tempat tinggal mereka, yaitu tersedianya freezer. Kotak pendingin yang dikelola koperasi setempat itu berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil tambak sebelum dijual ke luar. Ada juga fasilitas desilanisasi air bersih dan peringatan dini banjir rob.
Wah, salut dengan kesabaran yang dimiliki oleh warga Dusun Bondan ini ya. Semoga dengan adanya listrik beberapa tahun lalu, perekonomian juga ikut maju. (Arie Widodo/E10)