Inibaru.id – Kampung Ketandan merupakan salah satu kawasan pecinan di Yogyakarta. Untuk menyokong ekonomi di sana, masyarakat Tionghoa menjadikan kawasan ini sebagai salah satu pusat bisnis mereka. Namun, sebelum terbentuk seperti sekarang, bagaimana ihwal Kampung Ketandan terbentuk?
Tan Jin Sing-lah orang yang berjasa membangun kawasan ini. Menjabat sebagai bupati pada 1760-1831, dia diangkat dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung Secadiningrat.
Lahir sebagai keturunan Sultan Amangkurat dari Mataram, Tan Jin Sing hidup bersama warga Tionghoa. Setelah orang tuanya meninggal, dia diasuh oleh warga Tionghoa bernama Oei The Long dan menikah dengan perempuan Tionghoa.
Salah satu sudut di Kampung Ketandan. (Panduan Wisata)
Lantaran memiliki garis keturunan sebagai bangsawan, Tan Jin Sing menjadi penghubung Sultan Hamengku Buwana III dan Thomas Stamford Bingley Raffles. Di kawasan ini, warga Jawa, Tionghoa, dan Eropa bisa tinggal bersama. Lantaran berjasa dalam menyatukan masyarakat, dia pun diabadikan menjadi nama sebuah jalan di kawasan tersebut.
Menurut masyarakat setempat, nama “Ketandan” berasal dari kata tanda. Tanda adalah sebutan bagi petugas yang menarik pajak warga Tionghoa.
Namun, cerita ini bukanlah satu-satunya versi terbentuknya Kampung Ketandan. Ada juga versi yang menyebutkan bahwa Sultan Hamengku Buwana III-lah yang memberikan nama untuk kawasan ini lewat sebuah prasasti.
Kampung Ketandan saat perayaan Imlek. (Instagram/berliando.hanif)
Meski nggak seramai dulu, kawasan Pecinan masih menyimpan pesonanya bagi wisatawan dan warga Yogyakarta. Di sana, kamu masih bisa menjumpai toko yang menjual aneka obat tradisional Tiongkok hingga roti dengan resep klasik.
Daripada bingung mau ke mana, nggak ada salahnya mengeksplorasi kawasan ini. Yuk, jalan-jalan ke Kampung Ketandan! (IB15/E03)