BerandaAdventurial
Rabu, 2 Jan 2024 19:01

Berkereta Membelah Lautan ke Pulau Oland di Jerman

Oland, sebuah pulau kecil di Jerman yang hanya bisa ditempuh dengan berkereta. (dagebuell-tourismus)

Hanya dihuni 16 orang, pulau di lepas pantai Jerman ini hanya bisa dicapai dengan berkereta. Pulau Oland namanya.

Inibaru.id – Di berbagai forum pelancong dunia, pulau-pulau kecil di Eropa acap menjadi bahasan lantaran dianggap menyimpan keunikan yang menarik untuk disinggahi. Salah satunya adalah Oland, salah satu pulau kecil (hallig) di lepas pantai Laut Utara Jerman yang hanya bisa dicapai dengan kereta.

Oland berlokasi di Perairan Wadden, bagian dari Laut Utara yang berjarak sekitar 25 kilometer saja dari Denmark, negara tetangga Jerman. Pulau yang diyakini telah didiami orang sejak Abad Pertengahan ini terbilang menarik karena semua terasa serba mini di sini.

Dengan luas wilayah nggak lebih dari 15 kilometer persegi, titik tertinggi dari Oland hanyalah satu meter di atas permukaan laut (mdpl). Yang lebih mengejutkan, berdasarkan sensus penduduk pada 2019, cuma tersisa 16 orang yang mendiami pulau tersebut.

Karena air laut di sekitar Oland cukup dangkal, moda yang bisa menjangkau pulau ini hanyalah kereta kecil dengan jalur tunggal dari Dagebull. Mereka punya pelabuhan, tapi minim digunakan karena cuma bisa dimasuki perahu berlambung kecil saat air pasang, yang mana jarang terjadi di wilayah tersebut.

Dampak Badai Buchardi

Sebagian besar wilayah Oland adalah padang rumput, dengan permukiman terpusat di sisi barat pulau. (Wikipedia/Ra Boe)

Semula, Oland bukanlah pulau yang benar-benar terpisah dari daratan Jerman, karena pada Abad Pertengahan wilayah ini masih menyatu dengan Pulau Langeness. Namun, badai besar Buchardi yang menghantam pada 1634 membuat wilayah ini terpisah menjadi pulau-pulau kecil.

Oland terhubung dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya melalui jalur kereta api yang dibangun di atas perairan dangkal sepanjang 5,7 kilometer dari Dangebull, kota pesisir yang terletak di pantai barat Schleswig-Holstein di distrik Nordfriesland, Jerman daratan, menuju pulau ini pada 1927.

Awal-awal dioperasikan, kereta yang melintas di atas jalur tersebut digerakkan dengan tenaga angin. Kereta berukuran kecil dengan layar terbentang laiknya kapal. Namun, situasi ini sudah berbeda sekarang, karena tenaga penggerak kereta tersebut kini telah diubah menjadi tenaga mesin.

Oya, sebagian besar wilayah Oland adalah padang rumput yang dikenal sebagai land unter (tanah yang tenggelam) karena acap terendam air saat musim dingin. Sementara, permukiman dan kandang ternak dipusatkan di titik tertinggi, berbentuk melingkar, yang ada di sisi barat pulau, yang nggak tergenang air.

Jadi Destinasi Wisata

Kereta yang menghubungkan Oland dengan Jerman daratan. (Googleuser/Ralf Diel)

Oland menjadi salah satu destinasi wisata paling banyak dikunjungi pelancong, baik lokal maupun asing, di Jerman. Selain keunikan dan keindahan tempat tersebut, termasuk pengalaman berkereta membelah lautan yang ditawarkan, wilayah ini juga mempunyai mercusuar mini yang nggak kalah menawan.

Mercusuar ini disebut mini, bahkan menjadi menara pemancar terpendek di Jerman, karena tingginya nggak lebih dari 7,4 meter. Sejak dibangun pada 1929, bangunan menara tersebut nggak banyak berubah, terbuat dari batu bata dengan atap jerami kering.

Sebelum Oland dialiri listrik pada 1954, lampu mercusuar memakai lentera berbahan bakar gas cair. Mercusuar bernama Leuchtturm Oland itu berfungsi sebagai lampu persimpangan antara jalur kereta Föhr dengan Dangebull yang bertemu di Oland.

Cahaya mercusuar ini menyorot dengan tiga warna berbeda, yakni merah, hijau, dan putih. Sisi merah menyorot ke utara, sedangkan hijau ke barat. Sementara, cahaya putih menyorot secara luas ke arah barat laut hingga bisa dilihat dari Kota Wyk di Pulau Fohr.

Hm, menarik bukan? Buat kamu yang menginginkan berwisata ke tempat yang tenang dan unik, melancong ke Pulau Oland agaknya bisa jadi salah satu pilihan yang patut dicoba, ya, Millens? (Arie Widodo/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024