Inibaru.id - Moses Wolff dalam bukunya Meet Me in Munich mengatakan, masyarakat Munchen bisa bertahan dalam pelbagai kondisi buruk, tapi hampir nggak bisa hidup tanpa bir. Sedikit banyak hal ini menjelaskan kenapa Oktoberfest begitu meriah setiap tahun.
Perlu kamu tahu, Oktoberfest adalah festival bir tahunan terbesar di dunia yang digelar di Jerman, tepatnya di Theresienwiese, Munchen. Tiap tahun, festival yang biasanya berlangsung selama 16 hari sejak pertengahan September hingga awal Oktober ini selalu dibanjiri pengunjung, termasuk tahun ini.
Setelah vakum selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, tahun ini Oktoberfest kembali digelar dan saat ini tengah berlangsung. Pembukaan festival yang agaknya ditunggu hampir tiap orang di Jerman itu berlangsung pekan lalu, Sabtu (17/9/2022), ditandai dengan teriakan, "O'zapft is!" oleh Walikota Munich Dieter Reiter.
Teriakan itu kemudian disertai penyadapan bir pertama dengan cara menancapkan semacam keran yang dipukul memakai palu. Segelas bir yang ditampung dari tong tersebut lalu diserahkan ke Perdana Menteri Bavaria Markus Soder sekaligus menandakan digelarnya kembali Oktoberfest.
Minum dan Bersenang-senang
Namanya juga festival bir, tentu saja semua orang ke Oktoberfest untuk menikmati bir dan mabuk. Seperti kata Wolff, masyarakat Jerman memang nggak bisa lepas dari minuman beralkohol yang dibuat dengan teknik fermentasi tersebut.
Wolff menulis, jauh sebelum Oktoberfest digelar, orang Munchen sudah mengenal semacam perayaan minum bir bersama. Tradisi yang biasa dimulai pada Oktober tersebut digelar untuk menghabiskan stok bir yang ada sekaligus menandai musim baru pembuatan bir.
Pesta rakyat tersebut terus bertahan hingga sekarang. Di tenda-tenda besar, masyarakat dari berbagai kalangan bercengkerama, tertawa dan bersenang-senang sembari menenggak bir dan kudapan khas Bavaria. Ingar-bingar itu kian meriah dengan lantunan musik folk yang seperti nggak pernah berhenti.
Oya, satu ciri khas yang juga melekat dalam Oktoberfest adalah busana tradisional yang mereka kenakan; para perempuan memakai dirndl dress, sedangkan laki-laki mengenakan lederhosen atau celana kulit selutut. Lalu, mereka menari!
Sejarah Oktoberfest
Oktoberfest kali pertama digelar pada 12 Oktober 1810. Namun, bentuknya belum seperti sekarang. Semula, festival ini merupakan pesta pernikahan antara pangeran Bavaria yang kelak menjadi Raja Ludwig I dengan Theresa, seorang putri dari Sachsen Hildburghausen.
Pesta selama enam hari itu dilangsungkan di tanah lapang di gerbang kota yang saat ini dikenal sebagai Theresienweise. Seluruh warga diundang, lengkap dengan jamuan makan dan minum tanpa henti, serta parade yang nggak ada habisnya; juga pacuan kuda yang menjadi hiburan utamanya.
Dikutip dari Tirto (12/10/2019), pesta rakyat yang terbilang sukses itu kemudian memantik para pejabat setempat untuk menggelar pesta rakyat serupa, tapi dengan konsep berbeda. Ludwig I menginginkan konsep adu kuat, tangkas, dan cepat; tapi sirkus, komedi putar, dan minum bir lebih menggiurkan.
Ludwig I sempat mencoba membatasi bir pada perayaan itu dengan menaikkan harga bir pada 1844, tapi ditentang keras oleh orang Munchen. Sejak itu, Oktoberfest justru menjadi lebih besar dan begitu identik dengan pesta bir. Pada 1896, tenda-tenda bir pun berdiri.
Oktoberfest menjadi incaran banyak orang di seluruh dunia karena menurut Beergembira, festival itu selalu menawarkan varian bir edisi terbatas dari enam bir lokal Bavaria, yakni Augustiner, Hacker-Pschorr, Hofrau, Lowenbrau, Paulaner, dan Spaten.
Kamu tertarik menyambangi Oktoberfest juga, Millens? Segera ke Jerman deh, mumpung pestanya belum berakhir! (Siti Khatijah/E07)