Inibaru.id – Pemugaran candi yang beberapa tahun ini dilakukan di Klaten dan sekitarnya mulai membuahkan hasil. Sejumlah candi kini telah menunjukkan bentuk utuhnya yang megah, menawan, dan sarat makna, bukan lagi serupa tumpukan batu yang berserak di mana-mana.
Kecantikan candi-candi ini sayang untuk kamu lewatkan. Maka, sambangilah candi-candi tersebut jika ada waktu libur tersisa. Yap, karena di sana, kamu nggak hanya bakal melihat kemolekan bangunan, tapi menjangkau sejauh mana peradaban nenek moyang kita. Indah, bukan?
Khusus buatmu yang mudik di Klaten dan sekitarnya, beberapa candi di sana sudah selesai dipugar, lo. Jadi, kalau punya waktu, coba berkunjung ke sana yuk! Ke mana saja?
Candi Plaosan
Suasana senja di Candi Plaosan, Klaten. (Kotajogja)
Berlokasi di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, candi ini merupakan peninggalan dari kerajaan Mataram Hindu. Konon, candi tersebut dibangun sebagai bukti cinta Rakai Pikatan yang beragama Hindu kepada Pramodawardhani yang berkeyakinan Buddha
(Baca Juga: Candi Plaosan dan Penyatuan Cinta Beda Keyakinan Pramodawardhani-Rakai Pikatan)
Oya, candi ini terbagi di dua lokasi yang disebut Plaosan Lor (utara) dan Plaosan Kidul (selatan). Banyak yang mengatakan kedua candi itu identik, meski kenyataannya Plaosan Lor lebih besar ketimbang Plaosan Kidul.
Candi Sewu
Candi Sewu, candi Buddha terbesar kedua di Indonesia. (Jogjamotor)
Candi ini merupakan candi Buddha terbesar kedua setelah Borobudur. Dulu, candi tersebut difungsikan sebagai pusat peribadatan para penganut ajaran Buddha. Oya, candi ini memiliki sebuah candi utama di tengah, 8 candi pengapit dan 240 candi perwara yang reliefnya masih terjaga baik.
(Baca Juga: Mengagumi Kebesaran Manjusrigrha, Candi Buddha yang Terpengaruh Hindu)
Lokasi candi tersebut berada di Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Jadi, jangan lupa mampir ya! Lumayan buat wisata sejarah peradaban Buddha di Tanah Jawa. He-he.
Candi Bubrah
Candi Bubrah yang menjadi salah satu rujukan wisata candi di Klaten. (Sasadaramk.blogspot)
Dalam bahasa Jawa, “bubrah” berarti bubar atau hancur. Tapi, untuk sejarah dan filosofi dari penamaan pada candi tersebut hingga kini belum diketahui secara pasti.
(Baca Juga: Menelisik Simbol-Simbol Buddha di Candi Bubrah Klaten)
Anyway, candi ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno. Bentuk denahnya persegi dengan sisi 12 meter yang hanya berbentuk reruntuhan besar dan lebar, tapi tidak menjulang tinggi. Lokasinya berada di Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.
Candi Gana
Candi Gana, kadang disebut juga Candi Asu di Kabupaten Klaten. (Youtube)
Berlokasi di Desa Sanggrahan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang bangunannya menghadap kiblat.
(Baca Juga: Berjalan di Antara Batu-Batu Candi Gana yang Terserak di Tengah Pemukiman Warga)
Relief yang terdapat pada candi ini rata-rata berbentuk hewan seperti relief ular dan burung. Sedangkan untuk bentuk utuh dari candi ini diperkirakan adalah bujur sangkar karena pada saat rekontruksi, terdapat struktur batur candi dan anak tangga.
Candi Sojiwan
Candi Sojiwan yang memiliki perpaduan arsitektur Hindu dan Buddha. (Kumparan)
Berlokasi di Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, candi ini termasuk peninggalan sejarah yang masih utuh bentuknya.
Bagi para pemburu foto, reliefnya bangunan yang masih tampak sempurna membuat mereka kerap mengabadikan candi ini.
(Baca Juga: Di Candi Sojiwan Klaten, Pengaruh Arsitektur Hindu dan Buddha Menjadi Satu)
Berbeda dengan kebanyakan candi yang berkisah tentang orang, relief pada Candi Sojiwan kebanyakan merupakan fabel atau cerita hewan. Adapun coraknya, konon candi ini merupakan kolaborasi antara arsitektur Hindu dan Buddha.
Gimana, tertarik menyambangi candi-candi tersebut? Mumpung libur masih lama, nggak ada salahnya, lo, mengunjunginya satu per satu. (IB23/E03)