BerandaTradisinesia
Selasa, 4 Mei 2020 17:00

Yang Baru dari Aksi Bagi-Bagi Takjil

Mahasiswa Undip hendak mengantar takjil ke kos mahasiswa. (Inibaru.id/ Audrian F)

Wabah boleh melanda, tapi kebijakan harus tetap dijaga. Termasuk kebaikan untuk membagikan takjil saat puasa. Jika sebelumnya pembagiannya lebih simpel, kini para donatur harus bekerja ekstra untuk menyalurkannya. <br>

Inibaru.id - Masjid Kampus Diponegoro hari itu nggak seperti Ramadan tahun lalu. Dulu, ramai oleh aktivitas mahasiswa dalam menyemarakkan bulan suci. Menjelang Magrib, tempat tersebut makin sesak karena banyak orang antre untuk menanti pembagian takjil.

Sore itu, masjid sepi karena sudah ditutup sejak kampus memberlakukan WFH. Hanya ada segelintir orang yang beraktivitas di sana. Mereka merupakan panitia Ramadan. Mereka tampak menenteng satu plastik besar yang berisi nasi kotak.

Nasi kotak tersebut hendak dibagi-bagikan kepada mahasiswa di kos masing-masing. Doni Pratama Siregar, pemuda asli Padang tersebut adalah salah seorang panitianya. Berminggu-minggu "terjebak" di Tembalang, Doni mengisi hari-harinya dengan mendistribusikan makanan buka puasa.

“Sudah dari awal Ramadan. Sehari ada 200-an nasi,” kata Doni pada Kamis (30/4/2020).

Doni Pratama Siregar mengantar menu buka puasa untuk teman-teman mahasiswa yang bertahan di kos. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Tahun ini pembagian takjil dan makanan berbuka di Masjid Kampus Undip memang berbeda. Nggak lagi dibagikan di masjid tapi langsung diantar ke kos. Tapi memang hanya mahasiswa yang lolos seleksi yang dapat menerima donasi ini. "Diseleksi lewat pendaftaran di Official Account Indah Persaudaraan Islam (Insani) Undip," kata Doni.

Lain Undip, lain juga Universitas Dian Nuswantoro (Udinus). Di sini mahasiswa yang pengin mendapat pembagian menu buka puasa atau takjil gratis harus datang ke kampus.

Tiap harinya, Udinus menyediakan seratus hingga dua ratus nasi kotak untuk mahasiswa perantau. Mereka harus datang ke Gedung A lantai 1 Udinus dengan menunjukkan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan KTP. Hm

“Soalnya takjil hanya untuk mahasiswa perantau,” ucap Nining Sekar, Kahumas Udinus saat dihubungi via Whatsapp pada Minggu (3/5), “Kami dibantu oleh teman-teman BEM Udinus,” lanjutnya.

Di Udinus, mahasiswa diminta menunjukkan KTM dan KTP agar bisa medapatkan takjil gratis. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Meskipun banyak orang, nyatanya mereka bisa tertib. Selama pembagian, sejumlah petugas mengukur suhu badan dan meminta cuci tangan.

Transformasi cara pembagian makanan berbuka juga terjadi di Masjid Pekojan. Kamu sudah tahu kan kalau di sana ada tradisi membuat Bubur India sebagai takjil?

Dapur pembuatan bubur India pada tahun 2019 yang masih ramai aktivitas. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)<br>

Menurut sang juru masak Bubur India yaitu Ahmad Ali, pada awal-awal Ramadan, Bubur India masih produksi. SOP kesehatan pun juga dijalankan misalnya mencuci tangan, mengenakan masker, dan memberi jarak saat berbuka.

Namun, Ahmad Ali mengaku kalau pihaknya nggak selalu bisa mengontrol masyarakat. Terlebih kondisi masyarakat yang serba susah menyebabkan mereka berdatangan. Akhirnya masjid jadi ramai.

“Berkah bagi kami sebetulnya. Tapi kemudian kelurahan meminta untuk memberhentikan produksi Bubur India,” ungkap Ahmad pada Sabtu (2/5).

Dapur pembuatan bubur India harus berhenti mengepul untuk mencegah kerumunan massa. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Hal ini sungguh disayangkan mengingat sumbangan beras dan rempah-rempah sudah melimpah. Namun apa daya, Ahmad Ali harus ikut berkompromi. Takjil bubur India sudah ditiadakan dari Kamis (30/4).

Pandemi memang mengubah banyak hal ya, Millens. Kalau di tempatmu bagi-bagi takjilnya dengan cara seperti apa? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024