BerandaTradisinesia
Senin, 18 Mar 2018 07:40

Menumbuhkan Sportivitas melalui Permainan Betengan

Anak-anak bermain betengan. (antaranews.com)

Betengan merupakan salah satu permainan tradisional yang kaya akan sportivitas. Dalam bermain betengan, pemain perlu menjaga benteng dari serangan musuh.

Inibaru.id – Millens, kamu tahu permainan betengan? Pernah memainkannya? Yuk, kita bernostalgia dengan permainan yang satu ini.

Mengutip blog uun-halimah.blogspot.com, “beteng” merupakan kata bahasa Jawa yang bermakna benteng. Inti dari permainan betengan adalah menjaga benteng dari serangan musuh. Benteng yang digunakan biasanya berupa pohon besar atau tiang.

Tidak diketahui secara pasti kapan permainan ini muncul. Tetapi, karena berkaitan dengan benteng dan pertahanan, sejumlah pihak menduga permainan ini sudah ada sejak zaman kerajaan atau zaman kolonial.

Dulu, permainan yang banyak berkembang di daerah Jawa Tengah ini sering dimainkan pada malam hari, lo. Saat itu, banyak daerah yang belum mendapatkan listrik. Cahaya hanya dinyalakan di dalam rumah, itu pun dengan penerangan seadanya. Ketika malam tiba, langit menjadi gelap gulita. Nah, karena itulah anak-anak sangat menyukai bulan purnama pada saat malam.

Pada malam itu, langit lebih terang dari hari biasa sehingga mereka bisa bermain bersama. Mereka pun berkumpul di halaman rumah atau pekarangan yang luas. Salah satu permainan yang mereka lakukan adalah betengan.

Baca juga:
Keseruan Main Gobak Sodor
Dakon, Permainan Tradisional yang Hampir Punah

Alur Permainan

Karena memerlukan tenaga yang kuat untuk memainkan betengan, biasanya permainan ini dilakukan oleh anak laki-laki. Namun, anak-anak perempuan juga dapat ikut serta. Jumlah pemain nggak terbatas, tetapi jumlahnya harus genap karena peserta akan dibagi menjadi dua kelompok.

Setelah kelompok terbentuk, betengan pun bisa dimulai. Permainan diawali dengan keluarnya salah seorang pemain dari benteng A untuk mendekati benteng lawan yaitu benteng A. Salah seorang pemain lawan harus berusaha untuk mengejar dan menangkapnya. Untuk membantu teman yang dikejar, pemain kedua dari benteng A pun menolong dengan mengejar pemain pertama dari benteng B. Kalau tertangkap, pemain B menjadi tahanan.

Setelah itu, pemain kedua dari benteng B keluar dan mengejar pemain kedua dari benteng A. Permainan ini terus dilakukan sampai salah satu kelompok berhasil menawan semua anggota kelompok lawan.

Nah, tetapi permainan ini nggak semudah itu, lo. Pemain yang menjadi tahanan berpeluang untuk bebas. Ini bisa dilakukan jika teman sekelompoknya saling bergandengan untuk mengurangi jarak kedua benteng, lalu menyambar teman yang menjadi tawanan itu.

Dalam permainan betengan, anak-anak dapat belajar untuk bersikap kompetitif, sportif, dan pantang menyerah. Selain itu, tolong-menolong juga menjadi cerminan perilaku yang perlu ditumbuhkan. Yup, betengan nggak hanya sekadar permainan, Millens. Pemain dapat mempelajari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Baca juga:
Filsafat Hidup dalam Permainan Tradisional Cublak-cublak Suweng
Ritus-Ritus sebelum Hari Nyepi

Betengan masih dimainkan banyak anak-anak, lo. Salah satu contohnya adalah kegiatan ini dilakukan oleh anak-anak di SDN Kebandungan, Kecamatan Bodeh, Kabupaten Pemalang. Mengutip undip.ac.id (16/7/2017), murid laki-laki biasa memainkan betengan di lapangan sekolah mereka.

Sebagai salah satu warisan leluhur yang bernilai positif, yuk kita turut melestarikan permainan tradisional ini, Millens. (AYU/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024