BerandaTradisinesia
Rabu, 2 Jun 2020 16:34

Tradisi Kupat Jembut di Semarang, Semacam Trick-or-Treat saat Syawalan

Ternyata di Pedurungan Tengah Kota Semarang terdapat Tradisi Bagi-bagi Kupat Jembut. (Inibaru.id/ Audrian F)

Namanya bikin siapa pun mengernyit: kupat jembut? Namun, tradisi di Semarang ini rupanya jauh dari kesan saru seperti namanya, lo! <br>

Inibaru.id - Tradisi Kupat Jembut, begitulah masyarakat Kota Semarang menyebutnya. Kendati sudah digelar puluhan tahun, baru tahun lalu saya mengetahuinya, itu pun via media sosial. Yang bikin saya merasa malu, tradisi tersebut rupanya berlokasi nggak jauh dari kediaman saya. Duh!

Dari namanya, tradisi syawalan yang umum digelar di Kelurahan Pedurungan Tengah, Kecamatan Pedurungan, itu memang cukup mengundang tanya. Dalam bahasa Jawa, jembut berarti rambut kemaluan. Lantaran namanya yang "unik", tradisi ini belakangan cukup menyedot perhatian publik.

Namun, berbeda dengan kebanyakan tradisi syawalan yang digelar terpusat, kupat jembut memang diselenggarakan secara terpisah, biasanya cuma selevel RT atau RW. Penasaran, saya pun menyambangi salah satunya, yakni di RW 1 Kelurahan Pedurungan Tengah.

Adonan Kupat Jembut. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Kupat jembut digelar pada pagi hari, tujuh hari pasca-Idulfitri, yang tahun ini jatuh pada 31 Mei silam. Sejumlah anak sedang berkumpul di musala saat saya tiba di lokasi sekitar pukul 06.00 WIB. Sepelemparan batu dari sana, ada Mbah Mutia yang tampak membawa isian kupat jembut.

“Ya, ini yang belum jadi," ujar nenek 63 tersebut sembari menunjukkan isian kupat jembut berupa campuran tauge, sayuran, dan kelapa parut. "Ada juga yang sudah jadi, tinggal dibagikan.”

Jujur, hingga saat itu saya belum ada gambaran tentang kupat jembut. Seolah mengerti dengan rasa penasaran yang saya tunjukkan, Mbah Mutia pun menerangkan bahwa kupat jembut adalah istilah untuk menyebut ketupat yang dibelah dua, lalu tengahnya diisi campuran sayuran dan tauge.

“Ya kalau di RT sini pakai gudangan (sebagai isian), lalu dibagi ke anak-anak,” terangnya, ramah.

Berganti Nama

Dari segi tampilan, ketupat yang dibelah lalu tengahnya diberi isian gudangan memang mirip (maaf) alat kemaluan perempuan. Inilah yang membuat kupat jembut dinamai demikian. Nah, lantaran memiliki nama yang terkesan saru, masyarakat setempat pun berusaha mengganti nama itu.

Mbah Mutia mengatakan, warga saat ini mulai mengganti istilah tersebut menjadi "kupat sumpel". Yap, terdengar lebih nyaman di telinga saya! Ha-ha.

Dengan sejumlah protokol kesehatan RW 1 Pedurungan Tengah tetap melaksanakan Tradisi Bagi-bagi Kupat Jembut. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Dia menambahkan, waktu itu kupat jembut digunakan untuk semacam selamatan kalau ada keluarga yang meninggal. "Jadi, semacam sedekah kupat saat syawalan," kata nenek yang dikenal sebagai salah seorang sesepuh di desa tersebut.

Belum sempat bertanya lebih lanjut, nggak jauh dari tempat kami, saya mendengar dentingan tiang listrik yang dipukul seseorang. Mbah Mutia mengatakan, itulah pertanda kupat jembut bakal segera dibagikan.

Anak-Anak Berbaris dan Pakai Masker

Semula saya berpikir bakal ada prosesi atau ritual tertentu dalam tradisi ini. Namun, ternyata saya keliru. Anak-anak hanya datang dari rumah ke rumah, mirip trick-or-treating saat Halloween, untuk menerima kupat jembut dan uang saku.

"Kalau rumah nggak bisa kasih ketupat, cukup memberi uang saku," kata Mbah Mutia.

Warga juga membagi-bagikan uang saku kepada anak-anak. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

Yap, prosesi itu mungkin hanya berlangsung sekitar 10 menit. Anak-anak yang semula berkumpul di musala, berbaris dengan membawa plastik kresek untuk tempat kupat. Mereka datang dari rumah ke rumah untuk mengambil "jatah" mereka.

Pandemi corona memang membuat tradisi ini sedikit berbeda. Bagi-bagi ketupat masih dilakukan, doa bersama yang dipimpin oleh pemuka agama setempat juga masih dilaksanakan, tapi ritual makan bersama ditiadakan. Anak-anak juga diminta berbaris, menjaga jarak, dan mengenakan masker.

Hafiza, salah seorang anak yang mengaku sudah dua kali mengikuti tradisi tersebut, mengaku senang. Namun, berbeda dengan tahun lalu, tahun ini dia harus mengenakan masker dan melakukan physical distancing.

"Senangnya dapat duit, ketupatnya nggak suka," katanya dengan riang.

Wah, unik sih! Menurutmu, lebih bagus pakai kata "kupat sumpel" atau tetap pakai "kupat jembut" ya, Millens? (Audrian F/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: