BerandaTradisinesia
Rabu, 25 Jan 2022 19:50

Tingkeban, Cara Orang Jawa Menebak Kelamin Bayi Tanpa USG

Prosesi siraman pada tradisi tingkeban. (Twitter @CantikaCahyani)

Tradisi syukuran ibu hamil bagi masyarakat Jawa sangat kental akan harapan bagi sang anak. Nggak cuma itu, prosesi ini juga bisa membantu orang tua menebak kelamin calon bayi lo! Seperti apa sih tradisi tingkeban yang unik ini?

Inibaru.id – Seperti di banyak daerah lain, masyarakat Jawa juga memiliki tradisi unik yang diwariskan dari para leluhur. Nggak cuman sebagai syarat, tradisi warisan nenek moyang ini ada kaitannya dengan kepercayaan yang bisa memberikan fungsi tertentu lo.

Salah satu tradisi yang masih lestari adalah tradisi tingkeban (tujuh bulanan). Tradisi ini dilakukan pada bulan ke tujuh masa kehamilan sang calon ibu. Uniknya, tradisi tingkeban biasanya dilakukan hanya sekali untuk anak pertama, sehingga pada kehamilan anak kedua, ketiga, dan seterusnya, nggak perlu dilakukan.

Upacara tingkeban bagi masyarakat Jawa adalah wujud permohonan kepada Sang Pencipta agar sang ibu yang sedang mengandung diberi keselamatan saat proses mengandung dan melahirkan calon bayi. Begitu juga bayi diharapkan dapat tetap sehat, selamat, hingga lahir ke dunia.

Tradisi ini biasa dilakukan pada tanggal 7, 17, atau 27 sebelum purnama menurut penanggalan Jawa. Kalau soal tempat upacara, diadakan di samping kiri atau kanan rumah dengan menghadap ke arah timur.

Rangkaian Prosesi Tingkeban

Prosesi dimulai dengan membaca beberapa surat Al Quran seperti Al-Fatihah, Al-Ikhlas (3x), Al-Falaq, An-Nas, dan Ayat Qursi (7x). Selain itu, bisa juga membaca Surat Luqman dan Maryam. Jika sudah selesai, dilanjutkan dengan prosesi penyiraman ibu hamil oleh sesepuh dan suami.

Prosesi tujuh kali ganti busana pada tradisi tingkeban. (Twitter @Allwahid805)

Siraman dilakukan oleh lima hingga sembilan orang, bersamaan dengan sang ibu yang memegang seekor ayam, telur ayam kampung, dan buah kelapa. Benda-benda ini disiram bersama dengan air yang didapatkan dari sendang atau sumber air terdekat dengan rumah.

Omong-omong, ya, siraman ini bisa dianggap sebagai simbol harapan bahwa kelak bayi akan lahir dengan suci dan bersih.

Setelah prosesi ini selesai, sang ibu wajib melepaskan ayam dan memasukkan telur kampung ke dalam kain. Telur akan menggelinding ke bawah dan pecah. Ini menyimbolkan makna bahwa bayi nantinya lahir dengan mudah laiknya telur yang menggelinding.

Menebak Kelamin Calon Bayi dengan Kelapa

Prosesi siraman telah selesai, sang ibu selanjutnya melaksanakan upacara ganti busana kain dan kemben sebanyak tujuh buah. Busana yang terakhir dipakai adalah busana yang terbaik. Harapannya, prosesi ini bisa membuat bayi memiliki sifat yang baik.

Dua kelapa yang dikuri tokoh pewayangan dengan gentong dan gayung dari tempurung kelapa bergagang kayu kemuning. (Twitter @Allwahid805)

Lanjutan dari prosesi ini adalah brojolan. Nah, prosesi ini adalah yang paling ditunggu-tunggu. Di prosesi brojolan ini, ada sepasang kelapa gading muda yang diukir laiknya tokoh pewayangan Janaka dan Srikandi. Keduanya dipilih sejak dulu karena sifat mereka yang dikenal baik.

Kelapa diletakkan di atas perut sang ibu dan kemudian diambil lalu dipecah oleh suaminya. Jika pecahan berupa garis lurus, bisa dikatakan bayi yang dikandung adalah perempuan. Sebaliknya, jika pecahan berupa garis miring, bayi adalah laki-laki.

Setelah upacara brojolan selesai, upacara pecah gentong air dan gayung dari tempurung kelapa bergagang kayu kemuning dilanjutkan. Prosesi ini adalah simbol agar bayi dapat memiliki cengkir (kenceng pikir) yang berarti lurus jalan pikirannya.

Dodol Dawet ayu, Rujak, dan Prosesi Kenduren

Hampir selesai, selanjutnya sang ibu melakukan treatikal berjualan dawet ayu dan rujak. Dalam prosesi ini, disediakan uang mainan dari pecahan genteng yang dimasukkan ke dalam gerabah dan bisa dipakai untuk membeli apa yang dijual oleh sang ibu.

Prosesi jualan rujak oleh sang ibu pada tradisi tingkeban. (Twitter @Allwahid805)

Jika sudah, gerabah akan dipecah tepat di depan pintu rumah. Hal ini adalah simbol agar kelak sang bayi mendapatkan rezeki yang berlimpah ruah.

Acara tingkeban dilanjutkan dengan acara kenduren atau kenduri. Prosesi ini dilengkapi dengan sajian tujuh tumpeng dengan lauk pauk yang khas, tepatnya satu tumpeng besar di tengah dan enam lain yang mengitarinya. Kamu juga bisa menemukan jenang merah dan putih. Semua penganan itu adalah simbol agar bayi yang lahir dapat sehat dan kuat laiknya tumpeng yang megah.

Nah, prosesi yang terakhir adalah seret tikar. Prosesi ini dilakukan oleh seseorang yang pertama kali keluar dari acara kenduren. Hal ini diartikan agar sang bayi dapat dipermudah dalam kelahirannya nanti.

Hm, menarik ya, Millens. Kamu pernah mengikuti acara tingkeban nggak, nih? (Geo/IB31/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: