BerandaTradisinesia
Jumat, 3 Mar 2022 16:28

Tetap Khusyuk, Tawur Agung Kesanga di Tengah Hujan dan Pandemi

Persiapan sesaji berupa buah dan makanan pada Upacara Tawur Agung Kesanga. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Selamat Hari Raya Nyepi untuk umat Hindu. Gimana Tawur Agung Kesanga di Semarang yang digelar di tengah hujan dan pandemi kemarin?

Inibaru.id – Tawur Agung di Kota Semarang yang digelar Rabu (2/3/2022) di Pura Agung Giri Natha menjadi prosesi terakhir sebelum perayaan Tahun Baru Nyepi yang jatuh hari ini. Sebelumnya, serangkaian acara sudah digelar Parisada Hindu Indonesia Kota Semarang.

Bertemakan "Aktualisasi Nilai Tat Twam Asi dalam Moderasi Beragama Menuju Indonesia Tangguh", rangkaian acara menjelang Nyepi itu di antaranya kegiatan bakti sosial, bazar, donor darah, dan senam bersama. Mereka juga menggelar Upacara Melasti di Pantai Marina pada 27 Februari lalu.

Namun, lantaran masih berada di tengah pandemi Covid-19, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Semarang I Nengah Wirta Dharmayana mengungkapkan, perayaan Nyepi tahun ini digelar terbatas dan wajib taat prokes, termasuk Tawur Agung kemarin.

“Upacara Tawur Agung kali ini hanya diikuti sekitar 75-80 persen kapasitas, sekitar 100 orang saja. Prokes ketat. Semua demi keselamatan dan agar kegiatan tetap kondusif," terangnya.

Tetua yang memimpin Upacara Tawur Agung Kesanga di Puri Agung Giri Natha. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Dibuka sekitar pukul 15.00 WIB, Tawur Agung dimulai dengan dimainkannya lagu-lagu gamelan khas Bali. Kala itu panitia bekerja sama dengan sebagian umat Hindu yang hadir tengah mempersiapkan sesajen berupa buah, makanan, dan ubo rampe lain yang diletakkan pada tampah-tampah bambu.

Selanjutnya tampah akan diletakkan di lantai dan bambu anyam berukuran 3x3 meter mengitari sesajen tersebut. Dalam kotak anyaman bambu juga ada bambu setinggi 1,5 meter yang di dalamnya berisi satu sesaji dan air mineral kemasan gelas.

Menjelang prosesi, seluruh umat Hindu pun bersiap. Mereka tampak anggun dan gagah mengenakan payas alit, pakaian tradisional Bali yang biasa dikenakan dalam upacara adat. Para perempuan mengenakan kebaya Bali, sedangkan laki-laki memakai setelan yoko (baju putih) dan kamen (kain penutup bagian bawah), serta menyematkan udeng di kepala.

“Tujuan Tawur Agung ini simpel. Kami ingin bersyukur kepada Tuhan dan alam semesta atas apa yang telah mereka berikan kepada kami,” ungkap Putu Adi, Humas Tawur Agung Kesanga sesaat sebelum acara resmi digelar

Prosesi memutar sesaji sebanyak tiga kali pada Upacara Tawur Agung Kesanga. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Setelah semua siap, ritus pun dimulai dengan merapal doa-doa diiringi alunan musik yang berbeda dari sebelumnya. Seluruh peserta yang hadir duduk di pelataran area tengah Pura Agung Giri Natha, sembari sesekali mencipratkan air pada sesaji yang telah ditata.

Sebelum prosesi Tawur Agung digelar, cuaca di sekitar pura yang berlokasi di Jalan Sumbing, Kelurahan Bendungan, Kecamatan Gajahmungkur itu sejatinya cukup cerah, bahkan cenderung panas. Sejumlah peserta bahkan sempat terlihat kegerahan dengan pakaian adat mereka.

Namun, cuaca berubah drastis menjelang kegiatan. Hujan turun dengan derasnya. Sesekali sempat berhenti, tapi kembali turun nggak lama kemudian. Namun demikian, upacara Tawur Agung tetap berjalan khidmat.

Seluruh peserta dan panitia tampak khusuk dan memilih tetap mengikuti seluruh prosesi hingga akhir, yakni saat mereka mengitari sesaji yang sebelumnya telah diciprati air sebanyak tiga kali, sementara beberapa orang terlihat menggebukkan bambu.

"Prosesi berakhir setelah anyaman bambu dirusak, lalu dibakar," ungkap Putu Adi, lalu segera melanjutkan, “Tawur Agung ini menyiratkan agar kita selalu percaya dan bersyukur pada dunia alit (diri kita) dan dunia gede (alam).”

Sesaji yang telah dirusak seusai Upacara Tawur Agung Kesanga. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Setelah upacara simbolis berakhir, peserta yang hadir pun berkumpul, lalu mengelar makan bersama. Salah satu menu yang hampir selalu disajikkan pada perayaan tersebut adalah sayur ares, kuah bersantan berbahan dasar batang pisang muda yang dipadukan dengan tulang ayam sebagai penyedap.

Belum selesai, menjelang malam para peserta yang hadir melakukan sembahyang. Inilah inti dari Tawur Agung. Mereka bergantian bersembahyang di Utama Mandala, area penting pada sebuah pura yang paling disucikan, yang juga disebut area jeroan.

Nyoman Witana, salah seorang peserta yang tiap tahun mengikuti Tawur Agung Kesanga di Semarang mengatakan, sebelum pandemi acara sembahyang bisa dibagi menjadi tiga sesi. Tiap sesi bisa diikuti hingga 700-an orang.

“Sesi pertama biasanya lebih lama, bisa memakan waktu 1,5 jam karena ada khotbahnya," kenangnya.

Sebagian peserta Tawur Agung bersama-sama memainkan gamelan Bali setelah Upacara Tawur Agung Kesanga. (Inibaru.id/ Kharisma Ghana Tawakal)

Selepas sembahyang, Tawur Agung pun resmi berakhir. Ini berarti umat Hindu telah siap melaksanakan Nyepi keesokan harinya. Dimulai hari ini Kamis atau tepatnya pukul 06.00 tadi pagi, mereka akan berdiam diri di rumah hingga 24 jam setelahnya atau pukul 06.00 esok Jumat (4/3).

Selama berdiam diri, mereka menerapkan Amati Geni (pantang menyalakan api atau berpuasa), Amati Karya (pantang bekerja), Amati Lelungaan (pantang bepergian), dan Amati Lelanguan (pantang mencari hiburan).

Untuk para penganut Hindu, Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Sakka 1944, Millens! Semoga perenungan diri tahun ini dapat menjadikan jiwa kembali bersih dan suci! (Kharisma Ghana Tawakal/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024