BerandaTradisinesia
Minggu, 20 Jan 2018 10:28

Tari Angguk Masih Menarik Disajikan

Tari Angguk (Tribunnews.com)

Tarian angguk dibuat oleh sekelompok masyarakat dari luar wilayah Keraton. Penciptaannya untuk penyebaran agama dan sarana berinteraksi di antara anggota masyarakat. Ini jadi salah satu tarian tradisional yang kudu dilestarikan.

Inibaru – Selain banyak jenis kulinernya, Tanah Air kita juga kaya tradisi ya, Millens. Nah, ini kewajiban bagi kita untuk terus melestarikannya. Pasalnya, pertunjukan kesenian tradisi sudah mulai ditinggalkan. Padahal tarian tradisi masih menarik untuk dipentaskan, salah satunya Tari Angguk. Millens tahu Tari Angguk, kesenian khas Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta?

Mengutip watespahpoh.net (19/1/2018), Tari Angguk diciptakan sekelompok masyarakat yang terpisah secara sosial di luar wilayah Keraton. Fungsinya untuk menyebarkan nilai positif seperti penyebaran agama dan sarana interaksi masyarakat. Selain itu, fungsi lain Tari Angguk yakni sebagai medium hiburan.

Konon, pada awal perkembangannya Tari Angguk digunakan sebagai medium penyebaran agama Islam.

Oh ya Millens, meskipun tetap kental dengan nuansa Islam, tarian tradisi ini punya fungsi sekuler. Maksudnya bisa dinikmati oleh siapa pun.

Kamu bisa menikmati penampilan Tari Angguk ketika ada yang melangsungkan pernikahan, sunatan, dan hajatan lainnya.

Mengutip dari Tribunnews.com, di Dusun Tlogolelo, Hargomulyo, Kokap, kesenian Angguk ada sejak tahun 1954, hanya berjarak 9 tahun sejak bangsa ini merdeka. Hal ini menjadi bukti bahwa meskipun saat itu Kulonprogo tak luput dari penjajahan, warganya selalu berkreasi menciptakan kesenian sebagai sarana penyampaian nilai tertentu dan hiburan.

Tari Angguk mungkin banget punya ikatan dengan Tari Dolalak yang berkembang di Kabupaten Purworejo. Kenapa demikian? Akulturasi budaya tentu bisa terjadi mengingat Kabupaten Kulonprogo secara geografis berbatasan langsung dengan Kabupaten Purworejo di Jawa Tengah.

Perpaduan budaya dalam Tari Angguk juga tampak dari instrumen musik pengiringnya. Saat ini sudah mulai disisipi alat musik seperti rebana, beduk, simbal, snare drum, bahkan kibor.

Gerakan Serdadu Belanda

Millens bisa lihat, nuansa Arab dan Jawa terlihat dari lantunan syair, dan nuansa Eropa tergambar dari kostum yang dikenakan penari. Musik pengiring Angguk terdiri atas kendang, terbang, kacer, dan jedor. Pengrawitnya biasa berpakaian adat Jawa namun terkadang islami tergantung pada acara pentas.

Nah, berdasarkan cerita dari masyarakat, gerakan Angguk terinspirasi dari gerakan berbaris serdadu Kompeni atau Belanda. Jika dilihat secara visual, gerakan Tari Angguk memang mirip gerakan berbaris serdadu berpadu dengan kegemulaian khas tarian tradisional Jawa.

Perlu kamu ketahui, Tari Angguk termasuk jenis tarian kelompok berjumlah 10 orang atau lebih. Ia dapat dipentaskan di dalam ruangan dan di luar ruangan selama kondisi permukaan tanahnya datar. Posisi kaki penari Angguk pada umumnya terbuka dengan lengan pada posisi sedang.

Oya, Tari Angguk menceritakan kisah yang berasal dari Cerita Wayang Menak yang tokoh-tokohnya terbagi ke dalam dua golongan, yaitu peran utama dan peran pengiring. Peran utama terdiri atas tokoh Umarmoyo, Sekar Mawar, Dewi Kuning-Kuning, Air Gunung, Trisnowati, dan Awang-awang.

Kamu yang tertarik menari bisa belajar tarian ini. Seenggak-enggak dengan menarikannya kamu jadi orang yang ikut melestarikannya. (LAM/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024