BerandaTradisinesia
Rabu, 25 Jul 2023 10:48

SMPN 2 Semarang dan Sebutan MULO yang Tetap Bertahan

Bangunan SMP N 2 Semarang. (Google Street View)

SMPN 2 Semarang sering disebut sebagai Mulo. Rupanya alasannya berhubungan dengan sistem pendidikan zaman penjajahan. Bagaimana ceritanya?

Inibaru.id - Jika kamu sering berkutat di jalanan Semarang terutama bagian kota, pasti nggak asing dengan daerah yang bernama Milo. Daerah itu merujuk ke perempatan SMPN 2 Semarang yang ada di Jalan Brigjen Katamso. Kali ini kita bakal membahas kenapa daerah tersebut terkenal dengan sebutan Milo.

Mendengar kata "Milo" bisa saja pikiran kita terhenti pada jenama susu ternama. Tapi, Milo ini sama sekali nggak berhubungan dengan itu, Millens.

Istilah "Perempatan Milo" oleh masyarakat Semarang tempo dulu awalnya disebut juga dengan "Perempatan MULO". MULO tersebut merupakan singkatan dari Meer Ultgebreid Lager Onderwijs, sebutan untuk sekolah umum tingkat menengah pertama pada zaman Hindia Belanda. Nah, sekolah yang sekarang SMPN 2 Semarang tersebut, dulunya adalah MULO.

Per 1930-an, sekolah MULO sebenarnya hampir bisa kita temui di setiap kota besar yang ada di Jawa. Nah, salah satu MULO yang ada di Kota Semarang kala itu adalah SMPN 2 Semarang ini.

Kisah tentang sekolah ini bermula pada 1906. Kala itu, Kota Semarang sudah mendapatkan status gementee alias Kota Praja. Artinya, pemerintahan kota ini sudah mendapatkan otonomi penuh untuk memutuskan berbagai hal yang diperlukan. Salah satunya adalah membangun sekolah.

Dua sekolah MULO pun dibangun. Yang pertama adalah yang kini jadi lokasi SMP N 2 Semarang di Jalan Brigjen Katamso nomor 14. Yang kedua ada di Jalan Imam Bonjol. Sekolah-sekolah ini jadi tujuan siswa yang sudah lulus Sekolah Rendah Belanda di Kota Semarang untuk belajar Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, Bahasa Melayu, kebudayaan barat, serta olahraga.

Dulu, SMPN 2 Semarang dikenal sebagai MULO. (IG/smpn2semarang)

Menurut keterangan Kompas, (4/10/2021), MULO pada saat itu bisa dibedakan menjadi dua jenis. Yang pertama adalah Europeesche Lagere School (ELS) dengan masa belajar 3 tahun. Ada juga yang masa belajarnya 4 tahun karena ada satu tahun tambahan sebagai masa persiapan belajar. Nah, lulusan ELS 3 tahun bisa melanjutkan ke Algeemene Middlebare School (AMS) yang sama dengan jenjang SMA sekarang.

Saat Jepang menguasai Indonesia sejak 1942, nama MULO berubah jadi Dai Ichi Tyu Gakko yang jika diartikan dalam Bahasa Indonesia adalah SMP 1.

Nah, bangunan SMPN 2 Semarang yang ada sekarang dulunya digunakan sebagai ruang kelas 2 dan kelas 3. Sementara itu, kegiatan belajar kelas 1 digelar di bangunan yang kini dikenal sebagai SMK N 6 Semarang yang beralamat di Jalan Sidodadi Barat, nggak jauh dari SMP N 2.

Beda dengan saat masih bernama MULO, di bawah pemerintahan Jepang, pengajaran Bahasa Indonesia justru jauh lebih intens. Hal serupa berlaku pada pengajaran kesenian dan latihan kemiliteran atau Kyoren.

Setelah masa kemerdekaan dan perang mempertahankan kemerdekaan, nama sekolah ini diubah menjadi SMP 1 Pandean Lamper. Namun, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kemudian mengubah namanya jadi SMP Negeri 2 Kota Semarang.

Meski namanya lebih lokal, banyak generasi tua pada zaman dahulu tetap menyebut sekolah tersebut dengan nama MULO. Lambat laun, nama tersebut berubah menjadi Milo dan akhirnya jadi sebutan untuk area sekitar SMPN 2 Semarang.

Jadi, sekarang sudah nggak bertanya-tanya lagi kenapa daerah tersebut disebut Milo kan, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: