Inibaru.id - Jika kamu melintasi Jalan Menoreh Raya, Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang pasti sudah nggak asing dengan penampakkan Tugu Soeharto yang berdiri kokoh di bawah jembatan Sungai Kaligarang.
Monumen Tugu Soeharto berbentuk sederhana, berupa tugu yang menjulang tinggi sekitar 8 meter. Sedangkan bagian bawahnya hanya berupa beton penyangga yang dikelilingi semak belukar.
Tugu Soeharto sering ramai dikunjungi orang-orang setiap Malam Satu Suro. Biasanya pada malam pergantian tahun itu, warga sekitar bahkan luar Semarang melakukan tradisi kungkum atau beredam di tempuran dua aliran, Sungai Kaligarang dan Kali Kreo.
Sampai detik ini belum banyak yang tahu hubungan sejarah antara Tugu Soeharto dan tradisi kungkum setiap Malam Satu Suro. Kendati begitu, ada secuil kisah perjalanan di balik berdirinya tugu untuk mengenang mantan Presiden RI kedua tersebut.
Dibuat oleh Guru Spiritual
Menurut pemerhati sejarah Johanes Christiono, Tugu Soeharto dibangun tahun 1965 oleh guru spiritual sang 'Smiling General' itu. Waktu itu lelaki yang pernah berkuasa di Indonesia selama 32 tahun masih menjabat sebagai Pangdam IV Diponegoro.
"Jadi ceritanya ketika agresi Belanda tahun 1947, Pak Harto terselamatkan di sini karena kungkum untuk bersembunyi," ucap Johanes.
"Bukan kasekten (mencari kesaktian) atau apa. Bukan!"
Diakui Johanes, dirinya tidak tahu secara detail alasan guru spiritual Soeharto, Romo Diyat sampai mendirikan sebuah tugu untuk "Bapak Pembangunan" tersebut.
"Tidak tahu untuk apa (didirikannya Tugu Soeharto)," papar Johanes dengan raut muka kebingungan.
Lelaki yang pernah berprofesi sebagai jurnalis itu menjelaskan Tugu Soeharto awal berdiri berada persis di tengah kali. Sayangnya, banjir bandang tahun 1990 merobohkan bangunan tersebut.
"Dibangun ulang, lalu beberapa tahun kemudian dibangunlah jembatan di atas sungai ini," imbuhnya.
Terkait ihwal tradisi kungkum, Johanes enggan berkomentar panjang. Tradisi itu menurutnya tiba-tiba ada dan semakin marak setelah Tugu Soeharto dibangun. Sampai sekarang warga sekitar masih merawat tradisi peninggalan leluhurnya tersebut.
Alasan warga kungkum di Malam Suro, sepengetahuan Johanes hanya untuk sekedar membersihkan diri atau menolak bala. Sebab orang Jawa beranggapan kalau Malam Suro itu terbilang sakral.
"Rentan tahun 1970-2000 ramai sekali yang mengikuti kungkum. Tapi seiring perkembangan zaman, alasannya ikut kungkum jadi macam-macam, mulai dari cari jodoh hingga cari nomor," tutup Johanes diiringi gelak tawa.
Begitulah sedikit sejarah tentang berdirinya Tugu Soeharto. Cukup menggobati rasa keingintahuanmu, Millens? (Fitroh Nurikhsan/E10)