BerandaTradisinesia
Kamis, 9 Des 2020 19:00

Sesajen, Cok Bakal, Dan Ubo Rampe, Apa Bedanya?

Meski sering kita temukan, sesajen, cok bakal, dan ubo rampe sering disalahartikan. Nah, lalu apa sih yang membedakan ketiganya? Yuk cari tahu!

Inibaru.id – Masyarakat Indonesia masih memegang erat tradisi yang diwariskan turun-temurun. Salah satunya adalah kepercayaan bahwa mereka hidup saling berdampingan di alam ini.

Sebagai wujud saling menghormati, mengasihi, dan menghargai antarmakhluk hidup, masyarakat mengekspresikannya dengan memberikan sesajen, cok bakal, dan ubo rampe sebagai wujud kesadaran kosmoligis.

Sejatinya ketiganya merupakan sedekah yang diberikan kepada sesama makhluk hidup sebagai ekspresi kasih sayang. Sebelum menafsirkan ketiganya sebagai hal yeng negatif, yuk cari tahu dulu maknanya!

Sesajen

Sesaji bancakan, satu dari berbagai sesajen yang ada. (Kompas.com)

Sesajen dapat berupa makanan atau barang-barang yang disajikan untuk kebutuhan ritual atau upacara adat. Hal yang disertakan dalam sesajen biasanya berbeda, tergantung kebutuhan.

Misalnya, sesajen untuk tujuh bulanan bakal berbeda dengan sesajen untuk peringatan kematian. Namun, dalam tiap sesajen biasanya ada hal wajib yang harus disertakan seperti bunga-bungaan, kemenyan, atau jajan pasar.

Pada dasarnya, sesajen dibagi menjadi tiga macam. Pertama, sesaji bancakan yang diperuntukkan bagi manusia dalam rangka selamatan atau doa permohonan. Biasanya berupa tumpeng atau hidangan khusus yang menimbulkan selera makan.

Kedua, sesajen bebono yang merupakan sesajen yang bukan bancakan yang nggak selalu berbentuk hidangan untuk dimakan. Sesajen ini berisi bunga setaman, minyak wangi, kemenyan, dlingo, maupun bengle. Tujuannya adalah untuk menghargai makhluk hidup yang nggak kasat mata.

Ketiga, sesajen pisungsung yang diperuntukkan sebagai wujud bakti kepada leluhur. Nggak selalu berupa fisik, pisungsung bisa juga berupa ucapan terima kasih atau sembah bekti. Atau, bisa pula dilakukan dengan berziarah dan membersihkan pusara leluhur disertai dengan nyekar.

 Cok Bakal

Cok bakal dipergunakan untuk berbagai rirual. (Kompasiana)

Cok (cikal) bakal (permulaan) atau gacok bakal bermakna simbol permulaan hidup yang melibatkan hubungan Tuhan dengan manusia atau sangkan paraning dumadi. Masyarakat Jawa menggunakan cok bakal sebagai media awal sebelum melakukan suatu kegiatan sebagai sarana sedekah dan rasa syukur agar diberi kelancaran.

Beberapa acara atau ritual yang menggunakan cok bakal di antaranya: awal tanam dan panen padi, pernikahan, pembangunan rumah baru, bersih desa, tujuh bulanan, ruwahan, sedekah gunung, serta ritual adat yang lain.

Beberapa barang yang digunakan untuk cok bakal berupa telur, bunga setaman, buah-buahan, jajan pasar, bumbu dapur, dan jamu atau tanaman obat yang ditempatkan dalam takir. Keberadaan telur bermakna awal mula kehidupan.

Ubo Rampe

Ubo rampe merupakan seperangkat peranti untuk sesajen. (Cipakudarmaja)

Ubo rampe mengacu pada seperangkat makanan, minuman, peranti, atau alat yang digunakan untuk ritual. Sesajen, cok bakal, atau ubo rampe biasanya dimaknai sama saja. Namun, sebetulnya, ubo rempe adalah seluruh peranti yang dibutuhkan dalam sesajen.

Ubo rampe digunakan untuk menyebut peranti yang dibutuhkan dalam ritual sesajen seperti kemenyan, bunga setaman, kelapa muda, tumpeng, ingkung, dan lain sebagainya. Bedanya dengan cok bakal, cok bakal merupakan sajen khusus yang nggak bisa ditawar, khususnya keberadaan telur sebagai peranti utama.

Meski tampak serupa, ketiganya ternyata punya makna dan tujuan masing-masing. Nah, lalu mana nih yang paling sering kamu temui, Millens? (Nar/IB27/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024