BerandaTradisinesia
Minggu, 6 Okt 2018 14:30

Serupa Tapi Tak Sama, Inilah Perbedaan Gaya Tari Solo dan Yogyakarta

Tari Golek Lambang Sari Gaya Yogya. (myimage.id)

Meski sama-sama menjadi kota budaya, Solo dan Yogya memiliki beberapa perbedaan. Dalam hal tarian, keduanya memiliki ciri khas masing-masing. Seperti apa ya? Yuk simak!

Inibaru.id– Sejak Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, kekuasaan Mataram terpecah menjadi dua yaitu Keraton Surakarta Hadiningrat atau Solo dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kendati terpecah, keduanya sama-sama mewarisi kebudayaan Jawa yang kental yang membungkus kehidupan masyarakat keduanya.

Sama-sama merupakan keraton, Solo dan Yogyakarta selalu disebut sebagai kota kembar. Meski memiliki persamaan karena DNA Jawa-nya yang memiliki sejumlah kemiripan, Solo dan Yogyakarta memiliki beberapa perbedaan dalam beberapa hal. Misalnya gaya tarian keraton.

Antara Solo dan Yogya, keduanya memiliki jenis tarian keraton yang sama. Seperti tari bedhaya, tari lawung, drama tari wayang wong, dan sebagainya. Namun keduanya memiliki perbedaan pada dasar tuntunannya.

Untuk Yogyakarta, memahami 7 hal yaitu: wiraga, wirama, wirasa, sawiji, greget, sengguh, ora mingkuh. Sedangkan Surakarta memiliki 8 macam yaitu pacak, pancat, ulat, lulut, luwes, wilet, wirama, dan gendhing.

Bila melihat tarian gaya Solo dan Yogya, kamu akan merasakan sebuah ekspresi yang berbeda walaupun jenis tarian dan gerakan yang ditarikan sama. Sebab tarian klasik keduanya memiliki pembawaan tema yang berbeda.

Tarian klasik Solo kebanyakan bertema romantik dan ditarikan dengan sedikit cita rasa sensual yang elegan. Sedangkan tarian klasik gaya Yogya kebanyakan bertema heroik dan memiliki sebuah alur cerita di mana terdapat sebuah ekspresi konflik sebagai klimaksnya. Misalnya dalam tari srimpi, keduanya menunjukkan ekspresi yang berbeda.

Saat ini terdapat dua jenis mainstream yang berkembang pada tari klasik gaya surakarta, yaitu gaya Kasunanan dan Mangkunegaran. Sikap dasar adeg tari Kasunanan Solo terdiri dari 6 titik daya.

Untuk kasunanan, yaitu dlamakan, boyok (cetik), buthung, pundak kiri, pundak kanan, dan cengel (kepala bagian belakang). Sedangkan untuk Mangkunegaran, yaitu dlamakan, puser, jaja, entong-entong kiri, entong-entong kanan, dan bathuk.

Sementara itu, tari klasik gaya Yogyakarta dominan dengan melipat ibu jari dan membiarkan empat jemari lainnya terbuka rapat. Kemudian jari tangan yang lainnya akan dirapatkan antara telunjuk dengan ibu jari sehingga membentuk gelungan tangan yang terlihat lentik. Gerakan tersebut hadir dalam jenis tari putri maupun tari putra. Dari gerakan ini, akan menimbukan kesan lentik dan tegas, kombinasi antara kekuatan dan kelembutan.

Dari segi kostum, penampilan tari klasik gaya Yogyakarta terlihat lebih sederhana, nggak mengumbar warna-warni kain maupun kilau kemilau perhiasan emas. Sedangkan Solo lebih mewah, karena merupakan bentuk pembaruan dan lebih modern.

Kendati begitu, kedua kota ini merupakan kota kembar yang sama-sama mewarisi budaya yang harus terus dilestarikan. Setuju nggak, Millens? (IB07/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: