BerandaTradisinesia
Rabu, 30 Jul 2019 12:10

Sedekah Bumi Sendang Pengilon sebagai Hormat Atas Air yang Berlimpah

Warga menari tayup setelah menyantap makanan saat tradisi sedekah bumi Sendang Pengilon, Sabtu (27/7). (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Warga membawa jubungan dengan isi nasi dan lauk pauk seadanya menuju Sendang Pengilon yang berada perbukitan Patiayam di Dukuh Ngrangit dalam rangka sedekah bumi, Sabtu (27/7). Sedekah bumi yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali tersebut merupakan wujud rasa syukur atas limpahan rezeki dan keselamatan yang diberikan Tuhan kepada seluruh warga desa.

Inibaru.id - Sampai di Sendang Pengilon masyarakat berkerumun menata makanan yang mereka bawa dalam jubungan berjajar dan bersiap makan sambil menunggu sesepuh desa membacakan doa. “Dari Sendang Pengilon inilah warga Dukuh Ngrangit yang berjumlah sekitar 200 Kepala Keluaga (KK) mengantungkan air dari sumber alam,” kata Mustaqim, salah satu warga Dukuh Ngrangit yang mengikuti acara tersebut.

Jarak Sendang Pengilon ke pemukinan Dukuh Ngrangit Baru sekitar 5 km. Meskipun demikian masyarakat tetep mengalirkan air sendang sampai ke pemukiman warga. “Dulu warga Ngrangit hidup di sekitar sendang ini, tapi sejak longsor 2001 dan pada 2004 warga akhirnya mendapat ganti rugi dan permintaan untuk pindah disetujui pemerintah dan akhirnya sekarang berada di Dukuh Ngrangit Baru, yang jaraknya kurang lebih lima kilometer dari Dukuh Ngrangit lama,” tambah Mustaqim.

Sesepuh desa sedang memanjatkan doa. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Paijan, sesepuh desa setempat dengan khusuk membacakan doa di sekitar sumber Sendang Pengilon. Katanya, tradisi sedekah bumi di Sendang Pengilon ini sudah ada sejak zaman dia masih kecil dan diadakan rutin setiap tahun pada Bulan Apit dalam penanggalan Jawa. “Sejak saya kecil sudah ada, bahkan saya sudah mengikiti sejak saya kecil,” jalasnya.

Eko Nurul Huda, salah satu panitia sedekah bumi Dukuh Ngrangit menjelaskan bagi masyarakat Ngrangit acara ini sangat penting karena sumber mata air dari sendang pengilon yang sampai sekarang menghidupi warga Ngrangit. “Ini sebagai ungkapan syukur kami sebagai warga, karena air masih mengalir di bulan yang panas ini,” katanya.

Menurut Eko, tradisi sedakah bumi di Sendang Pengilon mempunyai makna yang lebih dari itu, lo. Upacara tradisional sedekah bumi itu sudah menjadi salah satu bagian dari masyarakat yang nggak akan mampu untuk dipisahkan dari alam dan leluhurnya. “Buktinya masyarakat bergotong-royong bersih sendang sehari sebelum acara di mulai dan iuran agar terlaksana acara ini,” tambahnya.

Perempuan dan anak-anak juga ikut dalam tradisi ini. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Acara yang khas dari Sedekah Bumi Sendang Pengilon ini adalah Tayub. Eko menjelakan, tayub yang ada di sedekah bumi Sendang Pengilon ini berbeda dengan lainnya. Alat yang dibawa sangat sederhana, yang penting menghasilkan gending yang bisa buat ngibing atau joget tayub yang khas. “Selain itu tayub cuma sebentar, hanya lima lagu saja dan yang berjoget juga hanya beberapa warga yang mau,” tambahnya.

Tayub dilakukan setelah warga bersama-sama menyantap makanan dalam jubungan yang dibawa masing-masing warga. Setalah itu acaranya senang-senang atau tayub dan setelah itu warga bersama-sama kembali ke Ngrangit Baru. “Kalau dulu dilanjut, sebelum 2004, sebelum pindah acara di sendang dilanjutkan tayub semalam suntuk di rumah Bayan atau kepala dusun setempat,” jelasnya.

Warga sedang menikmati makanan yang mereka bawa usai doa bersama. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Berbeda dengan dulu, sekarang warga mengganti dengan acara ketoprakan di Ngrangit Baru dan semua warga malamnya akan nonton Ketoprak. “Selain hormat air yang berlimpah dari Sendang Pengilon, acara demi acara juga ungkapan syukur kami atas semua nikmat rejeki,” pungkas Eko.

Seru ya. Di desamu ada tradisi seperti ini juga nggak Millens? Yuk cerita di kolom komentar. (Imam Khanafi/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024