BerandaTradisinesia
Minggu, 24 Jun 2023 14:00

Sedekah Bumi, Momentum Nguri-Uri Kesenian Jawa

Kesenian barongan ikut memeriahkan karnaval sedekah bumi. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Tradisi sedekah bumi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah menjadi momentum untuk mengenalkan berbagai macam kesenian Jawa yang mulai tergeser dengan perkembangan zaman.

Inibaru.id - Ada satu pepatah Jawa yang berbunyi 'Wong Jawa aja nganti ilang Jawane!'. Artinya adalah 'sebagai orang Jawa harus selalu ingat jati dirinya'. Yap, jika kamu orang Jawa, maka tata krama, unggah-ungguh, dan budaya Jawa lainnya harus selalu tercermin dalam sikap dan perilakumu.

Selain itu, orang Jawa juga harus mengenal tradisi dan kesenian tradisional Jawa yang semakin terkikis arus globalisasi. Nah, jika kamu pengin tahu bagaimana masyarakat masih menjunjung tinggi kesenian Jawa, tengoklah di Bumi Mina Tani, Pati!

Belakangan ini, banyak desa di Kabupaten Pati menggelar tradisi sedekah bumi. Tradisi yang dilaksanakan pada Bulan Apit sampai awal Bulan Suro itu biasanya digelar sampai beberapa hari untuk menampilkan berbagai kesenian Jawa.

Ada banyak sekali kesenian-kesenian Jawa sebagai rangkaian ritual tradisi sedekah bumi di Pati. Ada ketoprak, wayang kulit, barongan, tayuban, dan masih banyak lagi. Biasanya, kesenian ini dihelat di lapangan desa pelaksana sedekah bumi dan bisa disaksikan siapa saja secara gratis.

Kepala Desa Gulangpongge sedang asyik nyawer barongan. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Kesenian Jawa ini kebanyakan memang menjadi syarat rangkaian sedekah bumi yang harus selalu ada. Contohnya ada beberapa kesenian yang wajib digelar sebagai pelengkap ritual pada sedekah bumi Desa Gulangpongge, Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati.

“Yang harus selalu ada itu kesenian Tayuban, terbang rebana, serta wayang kulit. Itu memang sudah menjadi syarat mutlak pada tata upacara sedekah bumi di desa kami,” terang Kuntardi, kepala desa Gulangpongge beberapa waktu lalu.

Menurut penjelasan Kuntardi, di Desa Gulangpongge memang banyak ritual dalam tradisi sedekah bumi yang urutannya nggak bisa dibolak-balik. Untuk penampilan kesenian yang paling awal digelar adalah seni tayuban.

“Seni tayuban digelar pada hari Rabu malam sebelum karnaval sedekah bumi, Mbak. Ini dilaksanakan setelah kepala desa dan perangkat desa mengadakan hajatan rasulan sebagai simbol meminta restu untuk pelaksanaan sedekah bumi,” tutur Kuntardi.

Pertandingan pencik di acara sedekah bumi berlangsung sangat seru. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Saat tayuban digelar, kesenian terbang rebana juga mulai dibunyikan sebagai salah satu bentuk ritual. Terbang rebana itu ditabuh selama beberapa saat di tempat pucak berada. FYI, pucak adalah miniatur rumah-rumahan yang diisi jajanan sedekah bumi dan diarak mengikuti karnaval sedekah bumi.

Nah, sebagai penutup rangkaian ritual sedekah bumi di desa yang terletak di lereng Gunung Muria itu, digelarlah wayang kulit selama sehari semalam di kediaman kepala desa. Pagelaran wayang kulit itu dilaksanakan pada hari H sedekah bumi yakni pada hari Kamis Pahing.

“Setelah ritual sedekah bumi diakhiri dengan penampilan wayang kulit, masyarakat dipersilakan nanggap kesenian apa pun untuk hiburan masyarakat," tambahnya.

Penampilan marching band yang ikut memeriahkan sedekah bumi. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Momen sedekah bumi ini kemudian menjadi ajang pagelaran berbagai kesenian Jawa. Masing-masing dukuh umumnya menggelar pementasan kesenian sesuai keinginan warganya. Biasanya para warga menanggap kesenian ketoprak, campur sari, barongan, bahkan dangdutan.

Banyaknya penampilan kesenian di acara sedekah bumi ini, ternyata menarik perhatian anak-anak muda desa setempat. Salah satunya Kartika Nur Alfaeny yang mengaku tertarik menonton beberapa pentas kesenian.

“Selain nonton acara utama yaitu pawai sedekah bumi, aku juga nonton kesenian campursari dan ketoprak,” terang perempuan 23 tahun itu.

Kartika, panggilan akrabnya, mengaku sangat senang menyaksikan tradisi sedekah bumi di desa tercintanya itu.

“Aku senang banget! Karena seiring pergantian zaman ternyata masih banyak generasi muda yang antusias untuk memeriahkan acara ini dengan banyaknya kesenian tradisional,” seru Kartika.

Namun, Kartika menyayangkan informasi terkait jadwal tontonan kesenian yang nggak banyak diketahui para warga. Menurutnya, informasi jadwal acara atau tontonan yang lengkap di tiap perdukuhan dibagikan di sosial media.

Yap, saran Kartika ini boleh banget diterapkan oleh panitia acara kesenian di desa-desa, ya. Dengan publikasi yang masif di sosial media, pastinya akan lebih banyak lagi anak muda yang tahu dengan adanya acara bermuatan seni dan tradisi Jawa itu. (Rizki Arganingsih/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT