BerandaTradisinesia
Minggu, 22 Jul 2017 04:01

Puputan dan Selapanan, Upacara Khas Masyarakat Jawa Setelah Mendapatkan Bayi

Puputan dan selapanan merupakan upacara khas dari masyarakat jawa setelah mendapat bayi (Sutrisno.co)

Bagi masyarakat Jawa, kelahiran bayi adalah hal yang sakral sehingga sebaiknya diadakan upacara adat untuk menyambutnya. Setidaknya, ada dua upacara adat yang akan dilakukan yakni puputan dan selapanan. Kapankah upacara ini dilakukan?

Inibaru.id - Bagi masyarakat Jawa, kelahiran bayi adalah hal yang sakral sehingga sebaiknya diadakan upacara adat untuk menyambutnya. Setidaknya, ada dua upacara adat yang akan dilakukan yakni puputan dan selapanan. Kapankah upacara ini dilakukan?

Upacara puputan akan dilakukan saat tali pusar terlepas dari perut bayi. Sebagaimana diketahui, tali pusar bayi akan mengering dan terlepas dengan sendirinya. Pada saat inilah, upacara puputan atau yang dalam Bahasa Jawa disebut sebagai puput puser ini dilakukan.

Tujuannya untuk memohon keselamatan bagi bayi yang besangkutan. Pada bayi perempuan, upacara puputan ini dilakukan dengan cara menutup pusar yang baru saja mengering dengan sepasang ketumbar. Sementara itu, pada bayi laki-laki, pusar ini ditutupi dengan sepasang merica.

Sebelum mengadakan upacara puputan ini, pihak orang tua atau keluarga biasanya akan memagari sekeliling rumah dengan benang Lawe. Setelahnya, pintu rumah diberi beberapa dedaunan seperti daun nanas, daun lolan, daun widara, dan daun girang.

Bancakan menjadi salah satu sajian yang harus ada dalam tradisi puputan dan bancakan. (Shopify)

Oya, pintu rumah juga dicoreti dengan injet dan jelaga serta dipasangi duri-durian yang berasal dari pohon kemarung. Hal ini bertujuan untuk menolak sawan atau mahluk halus yang bisa membuat bayi ketakutan atau jatuh sakit.

Masyarakat Jawa percaya jika ari-ari atau plasenta bayi adalah saudara bayi saat berada dalam kandungan. Karena alasan inilah saat upacara puputan, ari-ari ini disediakan mainan seperti umbul-umbul, bendera, tombak mainan yang ditempatkan pada batang pohon pisang, serta semacam payung unik.

Prosesi upacara puputan sendiri diawali dengan menutup pusar bayi yang sudah mengering dengan merica atau ketumbar, tergantung pada jenis kelamin bayi tersebut. Saat malam hari, bayi kemudian dipangku para sesepuh secara bergantian.

Setelahnya, menjelang pagi hari, barulah bayi ditidurkan pada tempat tidur yang diberi batu gilig yang digambari bentuk manusia. Batu gilig inilah yang kemudian digendong layaknya bayi dan juga ditidurkan pada tempat tidur.

Potong rambut menjadi bagian dari upacara Selapanan. (Republika)

Menurut kepercayaan Jawa, prosesi terakhir ini bisa menipu mahluk halus sehingga akan menakuti batu gilig tersebut, bukannya bayi yang bersangkutan. Saat jam 1 malam, dikeluarkanlah nasi dan lauk pauk, termasuk pisang mas sebagai hidangan pencuci mulut bagi para tamu yang mengikuti upacara ini.

Setelah makan, tamu yang mengikuti upacara puputan pun bisa pulang ke rumah masing-masing meskipun ada pula yang masih tetap tinggal untuk tirakatan.

Selain upacara puputan yang rumit ini, ada pula cara yang lebih sederhana yakni dengan cara membuat tumpeng yang terbuat dari nasi dan sayuran, bubur merah putih, jajan pasar, dan baro-baro pada saat bayi berusia sepasar atau 5 hari.

Setelah bayi berusia 35 hari, upacara selapanan pun dilakukan dengan cara memotong rambut bayi untuk kali pertamanya. Biasanya, proses pemotongan rambut ini dilakukan oleh nenek bayi yang bersangkutan. Setelahnya, kepala bayi juga diolesi oleh air perasan dari dadap aren.

Saat upacara selapanan ini, pihak keluarga juga membuat tumpeng yang dilengkapi bawang merah, cabai merah, telur, dan inthuk-inthuk berupa batok bolu dengan wadah daun pisang. Inthuk-inthuk ini sendiri akan ditempatkan pada tempat tidur bayi dengan tujuan mengelabui mahluk halus sehingga bayi pun tidak akan mengalami gangguan atau mara bahaya ke depannya.

Meskipun memiliki banyak nilai tradisi yang luar biasa, sayangnya kini upacara puputan dan selapanan ini semakin jarang untuk dilakukan karena dianggap cukup merepotkan. Padahal, tradisi ini sangat menarik dan memiliki keluhuran yang luar biasa. (IB02/E01)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: