BerandaTradisinesia
Kamis, 17 Feb 2021 18:30

Prekuel Kisah Arok-Dedes: Dendam Mpu Purwa pada Tunggul Ametung

Ilustrasi: Sosok Ken Arok dalam sampul buku karya Damar Shashangka. (Historyofjava)

Legitimasi kekuasaan melalui karya sastra sudah dilakukan sejak dahulu kala. Dalam Pararaton, Ken Angrok atau Ken Arok digambarkan seolah sudah mendapat restu para dewa untuk menjadi pemimpin di Jawa. Dia bahkan dikatakan anak dari Dewa Guru.

Inibaru.id – Dalam kitab Pararaton yang ditulis pada 1613, Ken Angrok atau Ken Arok bersembunyi di balik tempat sampah. Tujuannya, menguping pembicaraan para dewa di Gunung Lejar yang sedang memilih sosok yang paling tepat untuk memimpin Pulau Jawa.

Bumi gonjang-ganjing, langit berhias kilat dan guntur, angin ribut dan hujan bergemuruh di bumi, tapi Ken Arok tetap khusyuk di bawah timbunan semak belukar. Lalu, tibalah saat Dewa Guru berkata, “Ketahuilah dewa semua, adalah anakku, seorang manusia yang lahir dari Pangkur, itulah yang memperkokoh Tanah Jawa.”

Begitu mendengar kalimat tersebut, Ken Arok keluar dari tempat persembunyiannya. Semua dewa yang hadir melihat dan merestuinya. Ditahbiskanlah Ken Arok dengan nama Bhatara Guru.

Kamu nggak perlu heran sih dengan kisah-kisah semacam itu. Orang zaman dulu sudah paham betul cara melegitimasi kekuasaan. Dengan embel-embel terpilih oleh para dewa, seseorang bisa dengan mudah berjaya.

Menurut Suwardono, sejarawan Malang, rapat para dewa itu dapat dimaknai sebagai pertemuan tokoh-tokoh yang mempunyai kedudukan tinggi pada masa itu. Cerita ini merupakan prekuel dari kisah Arok-Dedes dan saga kutukan keris Mpu Gandring yang merenggut keturunan Ken Arok yang terkenal itu.

Dalam prekuel tersebut, Suwardono mengatakan, sejumlah brahmana, terutama Mpu Purwa dan Dang Hyang Lohgawe, bersatu untuk menggulingkan Tunggul Ametung, akuwu di Tumapel, daerah bawahan Kadiri.

Usaha penggulingan pejabat setingkat camat itu didasari dendam Mpu Purwa terhadap Tunggul Ametung. Kenapa?

Dendam Berujung Rencana Kudeta

Ken Arok menguasai Tumapel setelah menikam Tunggul Ametung dengan keris setengah jadi milik Mpu Gandring. (Aksara)

Perlu kamu tahu, Mpu Purwa adalah ayah dari Ken Dedes. Pendeta Buddha aliran Mahayana ini nggak terima putrinya diculik dan dikawini Tunggul Ametung. Sedih lantaran kehilangan putrinya, dia pun menyumpahi Tunggul Ametung: hidup nggak tenang, istri diambil orang, dan mati ditikam keris.

Dalam tata pemerintahan kerajaan era Jawa Kuno, ada perundang-undangan agama yang umumnya diambil dari kitab Kutara Manawa. Meski seorang pejabat berkuasa, dia nggak bisa memaksakan kehendak pada brahmana. Jika sampai melarikan anak pendeta, pejabat tersebut harus mati.

Sebagai pemuka agama, Mpu Purwa nggak mau tangannya berlumuran darah. namun, dia juga nggak menolak pasrah. Anak dari Dewi Amertha Manggali dengan Mpu Wiranatha itu pun nabok nyilih tangan, mencari tangan lain untuk menuntaskan kesumatnya.

Mpu Purwa kemudian menjatuhkan pilihan pada Ken Arok. Dengan pendekatan yang persuasif, dia membujuk Arok, yang kemudian membuatnya berada di tengah rapat para dewa di Gunung Lejar. Mpu Purwa lalu mengutarakan niatnya menghabisi Tunggul Ametung. Nggak ada yang mencegah.

Dalam rapat itu, para dewa memerintahkan Ken Arok bertemu Lohgawe. Pada saat yang sama, Lohgawe juga diutus Batara Brahma untuk mencari Ken Arok. Mereka bertemu di tempat perjudian. Diajaklah Ken Arok menghadap Tunggul Ametung.

Ada dugaan, Lohgawe dan Mpu Purwa saling mengenal. Dengan bantuan Lohgawe, Arok bekerja sebagai abdi Tunggul Ametung. Nah, di sinilah perjumpaan dengan Ken Dedes bermula. Arok tertarik pada Dedes.

Lebih dari itu, di hadapan Arok, Lohgawe meramalkan bahwa Dedes bakal menurunkan raja-raja di Tanah Jawa. Arok akhirnya membunuh Tunggul Ametung dengan keris Mpu Gandring, mengawini Dedes, dan menjadi penguasa Tumapel. Dendam Mpu Purwa pun terbayar lunas.

Namun, pertumpahan darah ini rupanya bukanlah akhir, melainkan permulaan. Pada akhirnya, Arok dan keturunannya juga meninggal ditikam keris bertuah buatan Mpu Gandring. Fyuuh! (His/IB21/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: