BerandaTradisinesia
Rabu, 22 Jun 2021 16:00

Nyatakan Cinta dengan Kaset Pita, Cara Lama yang Bersemi Kembali

Meski terkesan zadul, rilisan fisik masih banyak digandrungi anak muda. (Inibaru.id/ Bayu N)

Pernah ada masa ketika menyatakan cinta dengan kaset pita berisi daftar lagu romantis dianggap so sweet. Namun, lantaran banyak yang melakukannya, cara tersebut menjadi terlihat norak dan pasaran. Nah, di era digital seperti sekarang ini, konon cara itu kembali dianggap spesial. Mau coba?

Inibaru.id - Menyatakan cinta melalui perantara kaset pita berisikan daftar lagu romantis atau yang biasa didengarkan berdua sempat ngetren di kalangan milenial. "Membajak" lagu lalu menyusunnya dengan cara merekamnya ini bahkan masih dilestarikan hingga era compact disk (CD) tiba.

Namun, cara ini kemudian dianggap pasaran, bahkan terkesan norak. Mereka pun kemudian mulai meninggalkannya. Nggak lama, menyatakan cinta dengan kaset pita mulai dilupakan, apalagi sejak era musik digital tiba.

Kamu yang lahir sekitar pertengahan 1980-an hingga 1990-an tentu pernah mengalami tren ini. Berbeda dengan era digital yang untuk membajak lagu tinggal salin-tempel, menyusun playlist di kaset pita memerlukan effort lebih, karena butuh pemutar kaset ganda yang bisa merekam. Hasilnya pun belum tentu bagus.

Maka, nggak heran kalau waktu itu banyak yang "meleleh" saat ada yang menyatakan cinta dengan kaset pita. Hm, romantis, bukan? Oya, belakangan cara ini kembali ngetren, lo. Brury Prasetyo, pemilik Come Store, salah satu toko rilisan fisik musik paling terkenal di Kota Semarang, yang mengatakannya.

Barisan kaset pita dan <i>tape recorder</i>, alat untuk memutarnya. (Inibaru.id/ Bayu N)

Perlu kamu tahu, rilisan fisik adalah daftar musik yang dikeluarkan penyanyi, biasanya melalui label, pada periode tertentu, dalam bentuk fisik. Rilisan fisik bisa berbentuk piringan hitam (vinyl), kaset pita, atau CD.

Nah, di Come Store ini, kata Brury, cerita anak muda yang pengin menghadiahi gebetannya dengan kaset pita nggak sekali dua kali mampir di telinganya. Mulai membuka toko rilisan fisik sejak 2017, kisah-kisah unik semacam itu memang menjadi santapan sehari-hari yang sangat dinikmati Brury.

Come Store berlokasi di Jalan Pamularsih Barat VIII No 4, Semarang Barat. Lelaki yang akrab disapa Mas Brur itu memang sengaja mendirikan toko rilisan fisik bukan hanya untuk jual beli kaset, melainkan juga menjadi tempat para penikmat musik bisa berkumpul dan saling berbagi cerita dan informasi.

"Aku malah lebih suka kalau ada orang datang, terus tanya-tanya tentang barang yang mau dibeli. Intinya, ngobrol dululah sebelum beli ini-itu,” terang Brury kepada Inibaru.id, belum lama ini.

Nostalgia, Bukan Sekadar Kaset Pita

Koleksi kaset pita yang ada di Come Store. Nggak cuma media mendengarkan musik, kaset pita punya berbagai kenangannya bagi beberapa orang. (Inibaru.id/ Bayu N)

Jika rilisan fisik disandingkan apple to apple dengan rilisan digital, sudah pasti kaset pita dan kawan-kawannya itu kalah telak. Inilah yang membuat banyak toko kaset tutup dan sebagian penyanyi memilih merilis musik secara digital. Namun, Come Store rupanya berhasil melihat celah yang lain.

Andai Brury hanya fokus pada penjualan, mungkin tokonya sudah gulung tikar juga. Namun, dia sepertinya nggak hanya melihat kaset sebagai penyimpan lagu, melainkan sebagai bentuk nostalgia, karena bagi sebagian besar orang, tiap kaset pita selalu punya cerita di dalamnya.

Brury yang punya kebiasaan mengajak ngobrol pelanggan nggak jarang mendapatkan cerita unik di balik ketertarikan mereka pada rilisan fisik. Obrolannya pun nggak hanya berkutat tentang musik, tapi juga di luar itu. Bahkan, dia mengatakan, ada pelanggan yang minta dibantu perihal asmara. Ahaaay!

Menurut Brury, orang-orang yang tumbuh di era keemasan kaset pita pastilah punya memori tersendiri dalam memandang benda yang belakangan banyak diburu kolektor tersebut. Pemilik rambut sebahu itu mengungkapkan, pernah suatu ketika ada anak muda yang membawa ibunya ke Come Store.

"Ibu itu tanya-tanya, ada kaset ini atau itu, nggak? Terus, dia malah nostalgia masa mudanya," kata lelaki yang juga dikenal sebagai gitaris band Octopuz itu, lalu tertawa.

Punya Ruang Tersendiri

Nggak cuma anak 90-an, milenial pun banyak yang menggemari rilisan fisik, terutama kaset pita. (Inibaru.id/Bayu N)

Isac Anggito, kolektor cum penjual rilisan fisik asal Semarang, nggak menampik pendapat Brury. Menurut dia, musik dan kaset pita memang penuh kenangan; ada ruang tersendiri dari lagu-lagu yang dibekukan dalam bentuk fisik tersebut.

"Setiap memutar kaset pita, saya selalu teringat masa kecil," ungkap lelaki berambut gondrong tersebut.

Musik memang begitu familiar di telinga Isac kecil. Dia mengenang, ayahnya sering memutar lagu-lagu via pemutar musik kaset pita saat dirinya masih kecil. Nah, dari situlah Isac mulai mengenal rilisan fisik dan menyukai musik, yang berlangsung hingga sekarang.

Kendati saat ini rilisan fisik sudah zadul, Isac mengaku nggak peduli. Menurutnya, keberadaan kaset pita belum tamat. Bahkan, banyak anak muda yang masih memburunya. Hal ini juga diamini Brury. Selain sebagai barang koleksi, belakangan romantisme kaset pita juga muncul lagi.

Nilai klasik, ungkap Brury, menjadi nilai tersendiri pada kaset pita. Dia pun bercerita, pernah suatu ketika ada satu pelanggan yang meminta dia membuat kumpulan lagu romantis ke dalam kaset pita.

"Kaset itu bakal dipakai untuk nembak cewek," beber Brury, lalu kembali tertawa.

Wah, wah, sepertinya sejarah dan tren memang bakal selalu berulang ya, Millens! Tertarik melakukannya juga? Hm, saatnya cari tahu lagu kesukaan gebetanmu ya! (Bayu N/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024