BerandaTradisinesia
Selasa, 7 Mei 2018 08:00

Menyusuri Legenda Goa Kreo Semarang

Tugu Legenda Goa Kreo (inibaru.id/Faidah Umu)

Menjadi salah satu destinasi wisata unggulan Kota Semarang, Goa Kreo menyimpan cerita yang cukup panjang. Gimana ya ceritanya?

Inibaru.id – Semarang menjadi sebuah kota yang nggak pernah kehabisan cerita. Ada saja hal yang dapat dikulik dari tiap tempat yang ada di Kota ATLAS. Nah, Goa Kreo merupakan satu dari sekian tempat wisata di Semarang yang punya cerita menarik. Konon, sejarah Goa Kreo ada hubungannya dengan asal usul nama Jatingaleh, satu desa di Kecamatan Candisari.

Cerita bermula ketika Sunan Kalijaga tengah mencari pohon jati untuk dijadikan saka (tiang) Masjid Demak. Tokoh Walisanga itu kemudian menemukan pohon jati yang diingininya di lereng Bukit Gombel. Namun, ketika mau menebangnya, tetiba pohon tersebut berpindah tempat. Dari situ muncul nama Jatingaleh a.k.a "jati yang berpindah".

Sunan Kalijaga lalu mencari pohon jati yang berpindah itu dan menemukannya di suatu daerah yang sekarang bernama Kreo. Namun, kendala kembali menghadang. Pohon jati yang telah ditebang dan dihanyutkan ke sungai rupanya terjepit di antara bebatuan dan sangat sulit untuk diambil.

Ulama yang juga dikenal sebagai Syekh Malaya itu pun bertafakur di dalam sebuah goa dan berdoa. Nggak lama kemudian, datanglah empat ekor kera yang masing-masing berwarna merah, hitam, putih, dan kuning, untuk membantu Sunan Kalijaga.

Berkat bantuan keempat kera itu Sunan Kalijaga mampu menghanyutkan pohon jati ke Demak. Ketika Sunan Kalijaga pamit, para kera mau ikut. Namun, dia menolak permintaan itu. Sebagai gantinya, Sunan Kalijaga menyerahkan kawasan itu untuk dijaga kera-kera tersebut.

Nama Kreo berasal dari kata “Mangreho” yang berarti "jagalah" atau "periharalah". Keempat kera itu akhirnya berkembang biak dan menghuni kawasan Kreo hingga sekarang.

Mbah Sumar, seorang pemandu lokal sekaligus juru kunci Goa Kreo menyebutkan, kawasan yang termasuk wilayah Kreo ini ada hutan, sungai, Goa Kreo, dan Goa Landak. Sedangkan Waduk Jatibarang baru dibangun pada 2010-2015 karena pada 1991 Semarang pernah tertimpa musibah banjir bandang yang juga berimbas buruk di wilayah ini.

Mbah Sumar (kanan) ketika menceritakan kisah Goa Kreo kepada inibaru.id (inibaru.id/Verawati Meidiana)

“Dulu itu belum seperti sekarang. Objek wisata ini baru dibangun pada 1985 oleh camat sama lurah waktu itu. Jalan-jalan ini dulu masih sempit, belum ada pelebaran dan pagar-pagar. Kalau sekarang ya sudah bagus, aman, tertib, bersih,” ungkap Mbah Sumar kepada inibaru.id.

Waduk Jatibarang dibangun dengan "membanjiri" sebagian kawasan Goa Kreo beberapa tahun silam. Air menggenangi sekitar goa, menjadikan goa tersebut berada di tengah waduk. Kemudian, untuk menjangkau Goa Kreo, sebuah jembatan dibangun, sekaligus memoles kawasan itu agar lebih diminati wisatawan.

Selain untuk menanggulangi banjir, Waduk Jatibarang berfungsi sebagai PLTA dan keperluan air PDAM. Kawasan tersebut juga menjadi tempat favorit untuk memancing ikan. Bahkan, Waduk Jatibarang dan Goa Kreo kini menjadi salah satu lanskap Kota Semarang yang selalu ramai dikunjungi wisatawan.

Pengunjung yang sedang berfoto di jembatan penghubung (inibaru.id/Faidah Umu)

Sakral

Kendati sudah mengalami beberapa perkembangan, Goa Kreo masih dianggap sebagai tempat sakral oleh sebagian besar penduduk setempat. Mbah Sumar mengungkapkan, masih banyak orang yang melakukan meditasi dan berdoa di dalam goa yang memiliki kedalaman 15 meter tersebut. Nggak hanya dari Semarang, mereka juga datang dari luar Jawa.

“Banyak yang meditasi di sini. Ada yang dari Sumatra, Jawa Barat, dan juga Jawa Tengah. Yang dari sekitar sini juga banyak. Mereka yang berani bisa semalaman di dalam goa, kalau yang nggak ya paling setengah jam berdoa di dalam,” jelas lelaki 80 tahun tersebut.

Nggak hanya bermeditasi, para pengunjung juga terkadang ada yang sengaja membawa makanan dalam jumlah banyak seperti kacang, timun, dan pisang, untuk dibagikan kepada kera-kera di situ. Menurut Mbah Sumar, ada beberapa orang yang beranggapan bahwa siapapun memberi makan kera di Goa Kreo akan mendapatkan rezeki yang berlimpah.

Hm, percaya nggak percaya sih! (Faidah Umu/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: