Inibaru.id - Gedung Soedharto yang dijadikan spot langganan wisuda universitas tampak sepi. Hanya ada beberapa petugas sedang menatap laptop dan memastikan sambungan nggak ngadat. Di sebelah kiri meja mereka, terkembang layar besar yang menampilkan calon wisudawan yang mengikuti siaran ini.
Rektor beserta jajaran senat sudah siap di atas panggung. Di depan mereka, ratusan kursi kosong melompong. Saya nggak ngerti sih untuk apa diberi kursi sebanyak itu. Tapi sudahlah.
Situasi ini jelas beda banget dengan wisuda periode lalu. Berada di gedung ini dan sekitarnya terasa seperti di pasar. Saya harus berimpitan dengan para wisudawan beserta sanak keluarganya dan mencoba mengenali kawan-kawan saya yang bermekap.
Belum lagi kondisi parkiran yang penuh dan jalanan macet cukup menguji kesabaran. Mangkel sih pas terjebak dalam situasi itu. Tapi menyaksikan acara wisuda dengan kondisi 180 derajat berbeda rasanya aneh juga. He
Sedikit cerita ya, ada beberapa "ritual" yang tetap dilaksanakan, Millens. Sambutan rektor salah satunya. Laki-laki bernama Yos Johan Utama itu menyampaikan sambutannya di depan kursi-kursi tanpa pemilik.
Para wisudawan pun hanya bisa menyaksikannya di balik layar laptop atau komputer dari rumah masing-masing. Sesekali terdengar keriuhan kru operator kamera dan teknisi yang saling berkoordinasi menata live streaming.
Prosesi yang hilang adalah memindahkan tali toga dari kiri ke kanan. Khusus wisuda online, universitas nggak lagi meminjamkan seperangkat toga. Karena itu, simbolis menggeser tali topi toga di-skip. Wisudawan yang ikut acara ini hanya diharuskan mengenakan dress code hitam-putih. Ini lebih mirip mau ujian skripsi sih. Tapi kali ini tanpa deg-degan.
Untuk menunjang acara, tiap wisudawan diberi bantuan kuota sebesar Rp 100 ribu. Wisuda kali ini akan dilaksanakan selama 3 hari dan terdiri atas 7 tahap. O ya, acara ini sifatnya nggak wajib. Ikut boleh, nggak juga nggak ada sanksinya.
“Ini pertama kalinya sejak berdiri (Undip) tahun 1956. Semua esensi pelaksanaan wisuda masih sama, hanya prosesi yang mengharuskan bersentuhan langsung ditiadakan,” ucap Yos Utama usai acara pada Selasa (16/5/2020).
Dalam kesempatan ini, rektor Undip juga titip pesan agar alumni nggak lupa pada almamaternya. Dia juga berharap lulusan Undip mampu menghadapi gejolak dunia.
“Pendek kata semua harus dibuat seluwes mungkin untuk mengatasi gejolak,” katanya.
Meski acara jauh dari kesan meriah dan tanpa selebrasi, saya yakin para wisudawan tetap merasa bangga bisa menjadi bagian dari sejarah baru. Seenggaknya, mereka bangga dan lega karena sudah lulus! Satu lagi pertanyaan "kapan" bisa dijawab secara ikhlas dunia dan akhirat. Bisa banget untuk bahan cerita ke anak-cucu nanti. He (Audrian F/E05)