BerandaTradisinesia
Senin, 3 Sep 2023 11:00

Mengenal Bulgur, Pakan Kuda yang Menyelamatkan Indonesia dari Krisis Pangan

Bulgur, pakan kuda penyelamat Indonesia dari krisis pangan. (Cevizhane.org/KAPTAN'IN CEVİZ ÇİFTLİĞİ)

Krisis pangan parah pada dekade 1960-an membuat banyak masyarakat mengonsumsi bulgur, penganan yang disebut-sebut sebagai pakan kuda. Seperti apa ya penganan ini?

Inibaru.id – Coba deh kamu tanya ke orang tuamu atau kakek nenekmu. Mereka pasti pernah mendengar atau bahkan makan bulgur. Penganan ini kabarnya jadi penyelamat Indonesia dari krisis pangan yang terjadi pada dekade 1960-an, Millens.

Kisah tentang bulgur ini diceritakan oleh jurnalis bernama Teguh Setiawan kepada jurnalis lainnya, Muhammad Subarkah. Kabarnya, pada tahun-tahun terakhir Sukarno berkuasa, beras langka ditemui di banyak daerah. Nah, bulgur yang merupakan sejenis gandum ini jadi pilihan bagi banyak orang yang berharga murah, mengenyangkan, dan lebih mudah didapat.

“Pas kecil sempat makan bulgur, sejenis gandum. Saat itu, beras langka sampai-sampai banyak warga yang mengantre. Itu pun pembeliannya dibatasi hanya lima liter. Saat itu saya tinggal di Cengkareng,” cerita Teguh sebagaimana dikutip dari Republika, Selasa (26/5/2020).

Ada yang menyebut bulgur sebagai pakan ayam. Ada pula yang menyebutnya sebagai pakan kuda. Yang pasti, bulgur memang termasuk dalam jenis biji gandum, tepatnya triticum yang ditumbuk kasar dan bisa dimakan oleh manusia. Pakar makanan sendiri memasukkan bulgur sebagai salah satu jenis sereal.

Bulgur sudah masuk di Indonesia sesaat setelah masa kemerdekaan. Kondisi ekonomi yang masih kacau akibat perang mempertahankan kemerdekaan sekaligus banyaknya hasil bumi Nusantara yang dijarah para penjajah membuat pemerintah mengimpor bulgur dari Amerika Serikat.

Nah, di negara itu, bulgur memang dipakai sebagai pakan kuda. Nggak disangka, keputusan ini mampu menyelamatkan Indonesia dari krisis pangan parah pada masa itu.

Sosialisasi bulgur oleh pemerintah pada dekade 1960-an. (Ensiklo.com)

Meski pemerintah sampai memberikan sosialisasi di media massa dengan menyebut bulgur sebagai makanan sehat dan serba guna, nyatanya bulgur kadung identik dengan penganan orang miskin pada masa itu. Maklum, harga beras yang saat itu sulit dicari juga cukup mahal. Otomatis, nasi pun hanya bisa dikonsumsi orang orang berada.

Apalagi, memasak bulgur juga nggak mudah. Kalau nggak direndam semalaman terlebih dahulu, kulit arinya yang keras membuat penganan ini suit untuk dicerna dan seret di kerongkongan. Ditambah dengan rasanya yang cenderung hambar, bulgur pun dulu lebih sering dicampur dengan singkong atau jagung.

“Rakyat Indonesia nggak hanya makan beras. Hal ini selalu kukatakan kepada wartawan-wartawan asing yang menanyakan apakah rakyat Indonesia kekurangan pangan,” kata Sukarno sebagaimana diungkap wartawan senior Republika lainnya Alwi Shahab terkait dengan kontroversi bulgur pada dekade 1960-an.

Yap, meski terkait dengan sejarah kelam berupa krisis pangan di masa lalu, nyatanya bulgur punya ‘jasa’ besar dalam menyelamatkan banyak masyarakat di Indonesia.

Menariknya, kini bulgur yang dulu disebut sebagai makanan orang miskin kini sering disebut sebagai penganan yang baik untuk program diet. Sayangnya, nggak seperti pada dekade 1960-an, kini bulgur nggak mudah untuk dicari, Millens. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: