BerandaTradisinesia
Sabtu, 13 Okt 2023 10:53

Mengapa Dialek Bahasa Jawa Banyumasan Berbeda dengan Bahasa Jawa?

Ilustrasi: Penutur Bahasa Jawa Banyumasan. (Flickr/Jean-Marie Hullot)

Dialek Bahasa Jawa Banyumasan atau kita kenal dengan bahasa ngapak terdengar sangat berbeda dengan Bahasa Jawa pada umumnya. Ternyata hal ini alasannya.

Inibaru.id – “Ora ngapak ora kepenak”. Istilah ini populer untuk merujuk uniknya Bahasa Jawa Banyumasan. Meski secara struktur kalimat dan kata-katanya nggak jauh beda dengan Bahasa Jawa pada umumnya, dialeknya bisa sangat kontras jika dibandingkan dengan Bahasa Jawa Mataraman, Pantura, atau Jawa Timuran.

Omong-omong, bahasa ngapak yang dimaksud ini adalah bahasa yang dipakai oleh warga eks-Karesidenan Banyumas seperti di Banyumas, Purwokerto, Purbalingga, serta Cilacap. Ada alasan mengapa dialeknya bisa begitu berbeda dengan Bahasa Jawa. Kalau menurut budayawan Ahmad Tohari, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor pertama adalah orang Banyumas ternyata nggak benar-benar asli orang Jawa. Menurut laki-laki asli Banyumas tersebut, orang Banyumas aslinya berasal dari Kalimantan Timur.

“Banyak orang yang nggak tahu soal hal ini. Tapi menurut antropolog Van der Meulen, orang Banyumas datang dari Kalimantan Timur sekitar 1.000 tahun yang lalu,” ungkap penulis buku Ronggeng Dukuh Paruk tersebut dalam acara Dies Natalies ke-21 Institut Teknologi Telkom Purwokerto dan dikutip dari Kompas, Senin (29/5/2023).

Nah, karena berasal dari daerah lain, orang-orang asli Banyumas ini masih membawa dialek dari tempat asalnya. Mereka cenderung mengucapkan kalimat dengan huruf “k” yang lebih tajam dari kebiasaan orang-orang Jawa. Mereka juga lebih suka mengucap huruf vokal “a” untuk kata-kata Bahasa Jawa yang banyak memakai huruf vokal “o”.

Ada sejumlah alasan yang membuat dialek Bahasa Jawa Banyumasan begitu berbeda. (Antara/Asprilla Dwi Adha)

Nah, perkembangan Bahasa Jawa ngapak ini terjadi pada abad ke-17. Selain karena kebiasaan memakai dialek aslinya, orang-orang Banyumas yang lokasinya jauh dari pusat kebudayaan Jawa kala itu, yaitu Mataram, membuat mereka nggak tahu seperti apa Bahasa Jawa dengan logat aslinya.

“Letak Banyumas kan cukup jauh dari pusat kebudayaan Jawa yaitu Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Kala itu, sarana transportasi dan jalan penghubung antara Mataram dan Banyumas nggak sebaik sekarang,” lanjut Tohari.

Karena jarak yang cukup jauh itulah, saat Bahasa Jawa Baru mulai berkembang di pesisir Pantai Utara Jawa dan di sekitar wilayah Mataram, Bahasa Jawa Banyumasan seperti nggak terpengaruh. Warganya tetap memakai dialek yang sama seperti sebelumnya. Hal ini terus bertahan hingga Bahasa Jawa Modern berkembang sejak awal abad ke-20.

Jadi, sudah mengerti kan mengapa bahasa ngapak alias Bahasa Banyumasan bisa begitu berbeda dialeknya jika dibandingkan dengan Bahasa Jawa? Untungnya, meski berbeda, baik penutur Bahasa Banyumasan ataupun Bahasa Jawa nggak kebingungan saat berkomunikasi ya, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

KPU Jateng Fasilitasi Debat Cagub-Cawagub Tiga Kali di Semarang

4 Okt 2024

Masih Berdiri, Begini Keindahan Bekas Kantor Onderdistrict Rongkop Peninggalan Zaman Belanda

4 Okt 2024

Gen Z Cantumkan Tagar DESPERATE di LinkedIn, Ekspresikan Keputusasaan

4 Okt 2024

Sekarang, Video Call di WhatsApp Bisa Pakai Filter dan Latar Belakang!

4 Okt 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Indonesia Terjerat Pinjol?

4 Okt 2024

Ini Waktu Terbaik untuk Memakai Parfum

4 Okt 2024

Wisata Alam di Pati, Hutan Pinus Gunungsari: Fasilitas dan Rencana Pengembangan

4 Okt 2024

KAI Daop 4 Semarang Pastikan Petugas Operasional Bebas Narkoba Lewat Tes Urine

4 Okt 2024

Indahnya Pemandangan Atas Awan Kabupaten Semarang di Goa Rong View

5 Okt 2024

Gelar HC Raffi Ahmad Terancam Nggak Diakui, Dirjen Dikti: Kampusnya Ilegal

5 Okt 2024

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

5 Okt 2024

Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa, Pengakuan atas Kontribusi Luar Biasa

5 Okt 2024

Ekonom Beberkan Tanda-Tanda Kondisi Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik

5 Okt 2024

Tembakau Kambangan dan Tingwe Gambang Sutra di Kudus

5 Okt 2024

Peparnas XVII Solo Raya Dibuka Besok, Tiket Sudah Habis Diserbu dalam 24 Jam

5 Okt 2024

Pantura Masih Pancaroba, Akhir Oktober Hujan, Masyarakat Diminta Jaga Kesehatan

6 Okt 2024

Pasrah Melihat Masa Depan, Gen Z dan Milenial Lebih Memilih Doom Spending

6 Okt 2024

Menikmati Keseruan Susur Gua Pancur Pati

6 Okt 2024

Menilik Tempat Produksi Blangkon di Gunungkidul

6 Okt 2024

Hanya Menerima 10 Pengunjung Per Hari, Begini Uniknya Warung Tepi Kota Sleman

6 Okt 2024