BerandaTradisinesia
Jumat, 10 Okt 2019 12:00

Melihat Proses <em>Nglinting</em> Manual di Pabrik Rokok Indie; Praoe Lajar Semarang

Proses pelintingan rokok Praoe Lajar yang (masih) dilakukan secara manual. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Bertahan di tengah bombardir rokok-rokok modern tentu bukan perkara mudah. Tapi nyatanya Pabrik Rokok Praoe Lajar ini berhasil. Nggak cuma itu, pabrik yang terletak di Jl. Merak No. 15 Semarang ini juga nggak tertarik membawa peralatan canggih lantaran nggak pengin merumahkan karyawan.

Inibaru.id - Jika melintas di Jl. Merak No. 15 Kota Lama Semarang, kamu pasti nggak asing dengan bangunan kokoh bertuliskan Pabrik Praoe Lajar. Ejaan kuno itu selalu menarik mata untuk melirik. Namun tahukah kamu apa yang ada di balik pabrik dengan cat dasar putih tersebut?

Melirik bangunan itu memang mudah, tapi nggak dengan memasukinya. Perlu usaha keras untuk dapat masuk ke bangunan kuno tersebut. Saya yang berkesempatan memasuki tempat yang beralih fungsi menjadi pabrik rokok pada 1955 ini pun sempat menemui berbagai kendala. Namun setelah bernegosiasi dengan pengelola serta bagian keamanan, saya pun diberi kesempatan beberapa menit untuk mengambil gambar.

Setidaknya 40 ribu batang rokok dihasilkan setiap harinya dari Pabrik Rokok Praoe Lajar. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Saat kaki melangkah mendekati bagian produksi, seketika bau tembakau menyeruak memenuhi hidung. Irawan, bagian supervisi mempersilakan saya mengambil beberapa gambar. “Sebentar saja ya mbak,” kata pria yang nampaknya sudah sepuh ini. Saya menyapa pekerja perempuan yang sedang melinting tembakau menggunakan alat manual. Menurut Irawan, ada 340 pekerja yang setiap hari nglinting di pabrik ini.

Baca juga: Selisik Sejarah Pabrik Rokok Praoe Lajar di Kota Lama

Kunjungan saya ke pabrik rokok Praoe Lajar masih menyisakan berbagai pertanyaan. Sayangnya pengelola pabrik nggak tahu menahu terkait riwayat gedung cagar budaya yang satu itu.

Rokok Proletar

Bangunan yang masuk dalam bangunan lawas di Kota Lama ini masih terjaga hingga saat ini. Meski terlihat agak kusam di luar, tapi semangat produksi di dalamnya nggak bisa dianggap remeh. Pabrik rokok dengan angka produksi mencapai 40 ribu batang rokok per hari ini masih mampu bertahan di tengah gempuran rokok nasional maupun internasional yang lebih disukai masyarakat.

Rokok Praoe Lajar populer di kalangan petani dan nelayan di wilayah Tegal, Pekalongan, dan kendal. (inibaru.id/ Zulfa Anisah)

“Pemasarannya di wilayah Pekalongan, Kendal, dan Tegal,” kata Irawan lirih. Menurut Irawan, pembeli rokoknya adalah kalangan nelayan dan petani dari tiga wilayah tersebut. Di warung, sebungkus rokok berisi 10 batang dihargai Rp 5.500.

Meski di Kota Semarang pemasaran ini kalah dengan rokok modern, ternyata ada yang mencoba dipertahankan oleh pengelola pabrik berupa kekhasan produknya yang pakai proses produksi manual. Pengelola ternyata juga ogah jika harus merumahkan ratusan pegawainya jika harus mengganti proses produksi dengan mesin. Salut deh!

Selain sebagai suatu kekhasan, perusahaan juga enggan menggunakan mesin agar nggak berdampak pada pengurangan tenaga manusia lo. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Oh ya, untuk bisa berkunjung ke sini, kamu bisa menghubungi beberapa agen tur di Kota Semarang. Bersukaria Walk adalah salah satu penyedia jasa tur di berbagai bangunan dan tempat bersejarah di Kota Semarang termasuk ke pabrik rokok indie ini.

Nggak nyangka banget kan pabrik tua ini masih beroperasi hingga sekarang? (Zulfa Anisah/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024