BerandaTradisinesia
Sabtu, 28 Jul 2023 11:00

Mariënburg, Pabrik Gula yang Jadi Tujuan Orang Jawa di Suriname

Mariënburg, pabrik gula tempat orang Jawa dulu bekerja di Suriname. (FB/cutlassmagazine)

Kali pertama orang Jawa tiba di Suriname pada 1890, mereka dipekerjakan di pabrik gula Mariënburg. Seperti apa ya cerita tentang pabrik gula ini?

Inibaru.id – Meski sekarang nggak dikenal sebagai bangsa perantau, nyatanya orang Jawa bisa ditemukan di berbagai belahan dunia. Yang paling populer tentu saja adalah keberadaan mereka di Suriname, Amerika Selatan.

Per sensus 2021, jumlah orang Jawa di Suriname mencapai lebih dari 80 ribu jiwa atau sekitar 13,7 persen dari total populasi negara tersebut. Kali pertama orang-orang Jawa tiba di negara tersebut adalah pada 9 Agustus 1890, beberapa tahun setelah aturan perbudakan dihapus di sana pada 1 Juli 1863.

“Belanda membawa buruh-buruh kontrak dari Jawa ke Suriname. Kebanyakan dari Semarang dan daerah Jawa Tengah lainnya, Surabaya, dan daerah di sekitar Batavia,” ungkap anggota organisasi budaya Jawa di Suriname, Vereniging Herdenking Javaanese Immigratie (VHIJ) Sharon Pawiroredjo sebagaimana dilansir dari Kompas, (14/7/2022).

Saat kontrak mereka habis, ternyata sebagian besar orang Jawa di Suriname memilih untuk nggak pulang kampung. Bahkan, sebelum Perang Dunia II, tercatat hanya sekitar 20 sampai 25 persen saja yang kembali ke Tanah Jawa.

O ya, kalau dipekerjakan sebagai buruh kontrak, lantas mereka kerja di mana? Ternyata, mereka didatangkan sebagai tenaga kerja di berbagai perkebunan yang ada di sana. Menurut catatan VHIJ, gelombang pertama orang-orang Jawa yang tiba di Suriname dengan jumlah 94 orang dipekerjakan di perkebunan dan pabrik gula di Mariënburg, sebuah desa di distrik Commewijne, sekitar 30 kilometer ke arah timur dari ibu kota Suriname, Paramaribo.

Bekas tempat tinggal orang Jawa yang bekerja di Mariënburg . (Wikipedia/Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures)

Menurut cerita warga keturunan Jawa di Suriname Toekijan Soekardi, pabrik gula Mariënburg didirikan pada 1882. Dia sempat bekerja di sana selama 40 tahun, tepatnya sampai pabrik gula tersebut dinyatakan pailit dan akhirnya nggak lagi beroperasi pada 1986.

“Dulu bekerja 12 jam sehari, 6 hari atau 7 hari seminggu. Dalam setahun, pabrik gula beroperasi selama 8 bulan. Sisa 4 bulan digunakan untuk pemeliharaan mesin dan peralatan lain. Para pekerja mendapatkan fasilitas toko yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, tempat hiburan, hingga rumah sakit,” cerita Toekijan sebagaimana dilansir dari Kumparan, (15/5/2023).

Selama lebih dari 100 tahun, pabrik gula Mariënburg mampu mengekspor gula dan rum ke luar negeri. Keberadaan pabrik gula ini pun sangat penting bagi perekonomian Suriname. Sayangnya, anjloknya harga gula pada dekade 1980-an dan masalah manajemen membuat pabrik tersebut bangkrut.

Kini, yang tersisa di Mariënburg hanyalah bekas bangunan pabrik gula dan berbagai peralatannya yang terbengkalai. Desanya yang dulu ramai juga sudah ditinggalkan sebagian besar penduduknya yang harus mencari nafkah di tempat lain. Mariënburg sekarang pun lebih populer sebagai lokasi wisata sejarah.

Begitu rupanya cerita orang Jawa zaman dahulu yang diperkerjakan di Suriname. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: